Setiap mahluk yang ada di jalur iblis tercipta dari seluruh sifat jahat manusia yang hidup di belahan bumi tengah. Rasa dendam, kesedihan, dan kemarahan menjelma menjadi sosok yang mengerikan, dan terjebak di jalur iblis.
Lanting Beruga tidak tahu apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi, dan kenapa hanya di tempat ini saja ada mahluk-mahluk ini.
Namun dalam dunia lelembut, mahluk ini disebut sebagai Hasrat.
Keberadaan mereka bukan hanya mengganggu ketenangan komunitas mahluk nyata, tapi juga berdampak pada mahluk lelembut. Pada dasarnya mereka bisa keluar masuk ke alam lelembut sesuka hati mereka, dengan catatan ketika berada di alam nyata mereka hanya bisa tinggal di jalur iblis.
"Jadi kau dulunya adalah orang jahat?" tanya Lanting Beruga.
Pohon itu menjawab dengan angkuh, "Aku tidak akan lenyap sebelum berhasil membalas dendam."
"Kau tidak mungkin bisa membalas dendam jika terjebak di jalur iblis seperti ini," timpal Lanting Beruga.
Pendekar Timur Beralis Putih bergerak di belakang anak buahnya. Sekarang mereka mulai memasuki wilayah pedalaman barat Jalur Iblis.Meski dia enggan memberi tahu anak buahnya, pendekar itu merasakan aura mengerikan berselimut di Jalur Iblis. Aura itu kini mulai mengusik mereka.Di dalam pandanga mata Pendekar Timur Beralis Tebal, seolah dia menggiring anak buahnya masuk ke dalam mulut seorang monster yang buas, dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk keluar dari mulut tersebut."Tuan ...apa kau melihatnya?!" salah satu anak buahnya bergerak mendekati, kemudian menunjuk ke arah kiri, pada sekelebatan kabut tipis yang bergerak tidak menentu.Kabut seperti apa yang dapat berputar-putar di antara pohon kering, kemudian lenyap lalu muncul lagi diantara pohon kering."Mahluk seperti apa itu?" gumam Pendekar Timur Dari Barat, kemudian dia meminta dua anak buahnya utuk memeriksa asap tipis tersebut."Kami akan melakukan yang terbaik, Tuan."
Semua pendekar yang ada dibawah pimpinan Pendekar Timur Beralis Putih serentak menjauhi pohon aneh itu.Namun beberapa orang tidak cukup cepat. Akar pohon berhasil ditangkap oleh pohon angker itu."Tuan tolong aku ......"Pendekar Timur Beralis Putih tidak dapat melakukan apapun saat ini, kecuali melihat satu persatu anak buahnya ditangkap oleh akar tersebut.Dalam sebuah momen, akar pohon angker hampir saja berhasil menangkap kaki Pendekar Timur Beralis Putih, tapi pak tua itu menumbalkan seorang anak buahnya.Setelah cukup jauh melarikan diri, kini yang tersisa hanya tiga orang lagi, termasuk Pendekar Timur Beralis Putih."Tuan mahluk apa itu tadi?" Salah satu bawahannya bertanya dengan nada bergetar karena ketakutan.Tentu saja, setengah dari jumlah mereka telah mati oleh satu mahluk yang jelas-jelas tidak pernah mereka temui sebelumnya.Dalam dunia persilatan, informasi mengenai musuh adalah satu dari beberapa senjata
Lanting Beruga mulai bosan, telah berteriak sepanjang waktu tapi pohon aneh yang dapat bicara tak kunjung pula muncul.Akhirnya dia menyerah.Dengan langkah gontai, Lanting Beruga akhirnya berjalan membuntuti Li Wei.Bayi mungil mulai menangis saat ini, sementara persediaan susu mulai menipis. Jika sampai besok hari mereka tidak dapat keluar dari tempat ini, khawatirnya bayi ini dalam masalah.Apa yang bisa dimakan oleh balita kecil di tempat seperti ini, tidak ada. Bahkan Lanting Beruga tidak bisa menemukan satu ekor hewan untuk dimakan.Sekarang mungkin sudah malam, suasana di Jalur Iblis semakin mencekam. Pandangan Li Wei mulai terbatas, dia bahkan mulai kesulitan membedakan pohon dengan batu yang ada di dihadapannya."Tuan pendekar ..." ucap Li Wei.Lanting Beruga mengerti maksud ucapan wanita itu. Langsung mengambil baju dan merobeknya menjadi kain yang cukup panjang.Tubuh Li Wei diikat dengan kain tersebut, kemudian ujun
Lanting Beruga mungkin tidak menyadari bahwa energi panas yang dimilikinya adalah sumber kelemahan para Hasrat ini.Ya, tampaknya mereka benar-benar takut dengan api, mungkin pula karena hal itu, tempat ini diselimuti oleh kabut tebal agar cahaya matahari tidak berhasil menembus hingga ke permukaan tanah.Masih diliputi dengan perasaan yang kesal, Lanting Beruga melepaskan banyak serangan ke arah mahluk putih berkuku tajam tersebut.Entah sudah berapa belas buah dia melempar pedang ke arah mereka, Lanting Beruga tidak sempat menghitungnya.Namun yang jelas, sekarang hanya tersisa 1 hasrat lagi.Mahluk itu terkena lemparan pedang Lanting Beruga tepat di bagian bawah, -Lanting Beruga menganggapnya sebagai bagian kaki-, dan tidka bisa melepaskan pedang itu meskipun mahluk tersebut telah berusaha keras.Sementara Li Wei hanya bisa menelan ludah karena menyaksikan kebrutalan yang ditunjukan oleh Lanting Beruga.Sungguh tidak bisa diterima
Dimata Li Wei, orang yang mengaku sebagai dewa kematian itu, benar-benar mengerikan. Wajahnya diselimuti oleh bintik-bintik aneh seperti kutil berwarna merah.Ketika di berbicara, kulit merah itu tampak bergerak kian kemari. Sedikit jijik, tapi juga menakutkan.Dari semua orang yang pernah dilihat Li Wei, mahluk di depannya mungkin yang paling menakutkan. Gelar dewa kematian tampaknya tidak berlebihan untuk mahluk satu ini.Tepat di tengah keningnya ada sebuah tanduk perunggu. Li Wei tidak tahu apakah tanduk itu hasil dari modifikasi, atau memang tumbuh seperti itu ketika mahluk ini baru lahir ke dunia.Ah, sudah seberapa tua dewa kematian ini? gumam Lanting Beruga.Rambutnya putih dan tipis. Saat udara gersang gurun pasir menerpa rambut mahluk tersebut, terlihat seperti helaian rambut jagung di musim panas."Apa kau yang menguasai tempat ini?" tanya Lanting Beruga, pemuda itu menggaruk dagunya, mata tajamnya meneliti setiap jengkal bagian d
Belasan serangan yang diarahkan oleh Dewa Kematian, berhasil ditahan oleh Lanting Beruga. Sejauh ini yang bisa dilakukan oleh Lanting Beruga hanyalah bertahan.Namun hal itu tidak berlangsung lama, sebab sekarang Lanting Beruga mulai bergerak meninggalkan bayangannya.Pertempuran jarak dekat pada akhirnya terjadi pula.Benturan antara pedang dan tombak menciptakan percikan bunga api, degan suara dentingan yang terdengar ngilu.Namun satu hal yang dirasakan oleh Lanting Beruga, bahwa lawannya tidak menggunakan aura alam atau tenaga dalam sebagai sumber kekuatan.Ini adalah energi lain, Lanting Beruga tidak pernah merasakan energi semacam ini sebelumnya.Lebih mengerikan dari energi siluman milik gurunya Pramudhita."Setiap ayunan tombak mahluk ini benar-benar berbahaya ..." gumam Lanting Beruga, mencoba menganalisa kekuatan lawannya. "Energi hitam yang berpijar keluar dari tombak ini dapat membuat benda apapun menjadi busuk, bahkan bat
Setelah cukup banyak menyerap energi kegelapan, mahluk yang mengaku sebagai dewa kematian berteriak keras. Suaranya dapat membuat bebatuan di sekitarnya pecah menjadi kepingan kecil.Li Wei menutup telinga bayi mungil di dalam pelukannya, tapi karena hal ini, dia malah membiarkan telinganya berdarah."Ah ...kau mungkin memiliki kekuatan kegelapan, tapi aku yakin kekuatanmu bukan berasal dari Dewa Kegelapan ..." ledek Lanting Beruga. "Mungkin iblis kelas rendah.""Meski jantung iblis ini bukan yang terkuat dari kelas para iblis, tapi kekuatan yang kumiliki sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan dirimu, manusia!""Oh, jantung iblis?" tanya Lanting Beruga. "Kau ingin sesuatu yang lebih menarik?"Lanting Beruga menunjuk ke arah mata kirinya, "Mata ini berasal dari mata asura, tapi akulah tuannya!"Wush.Mata kiri pemuda tersebut memancarkan sinar redup, pada saat yang sama dia melepaskan sebuah teknik yang dapat membunuh lawan hanya d
Mendengar tantangan tersebut, jelas mahluk yang mengaku sebagai Dewa Kematian tidak terima.Dia kembali melompat ke atas langit, menunjukan jurus yang sama dengan yang ditunjukannya barusan.Namun, kali ini Lanting Beruga tidak akan menahan setengah kekuatannya."Angkara Jagat!"Booom.Benturan untuk yang ke dua kali terjadi di awang-awang. Satu sisi energi tombak berusaha menghantam tubuh Lanting Beruga, satu sisi kekuatan pedang menghentikannya.Gelombang kejut yang begitu dahsyat kembali menyapu pasir yang ada di sekitar mereka berdua, tapi kali ini badai yang tercipta sedikit lebih besar dari sebelumnya."Celaka!" Li Wei tersentak.Mula-mula energi hitam kemerahan mencoba mendominasi serangan, membuat Lanting Beruga semakin tertanam ke dalam pasir.Namun hal itu hanya berlangsung sesaat saja. Sambil berteriak keras, Lanting Beruga mendorong kekuatan energi api.Pow Pow.Mata asur