Lanting Beruga mulai bosan, telah berteriak sepanjang waktu tapi pohon aneh yang dapat bicara tak kunjung pula muncul.
Akhirnya dia menyerah.
Dengan langkah gontai, Lanting Beruga akhirnya berjalan membuntuti Li Wei.
Bayi mungil mulai menangis saat ini, sementara persediaan susu mulai menipis. Jika sampai besok hari mereka tidak dapat keluar dari tempat ini, khawatirnya bayi ini dalam masalah.
Apa yang bisa dimakan oleh balita kecil di tempat seperti ini, tidak ada. Bahkan Lanting Beruga tidak bisa menemukan satu ekor hewan untuk dimakan.
Sekarang mungkin sudah malam, suasana di Jalur Iblis semakin mencekam. Pandangan Li Wei mulai terbatas, dia bahkan mulai kesulitan membedakan pohon dengan batu yang ada di dihadapannya.
"Tuan pendekar ..." ucap Li Wei.
Lanting Beruga mengerti maksud ucapan wanita itu. Langsung mengambil baju dan merobeknya menjadi kain yang cukup panjang.
Tubuh Li Wei diikat dengan kain tersebut, kemudian ujun
Lanting Beruga mungkin tidak menyadari bahwa energi panas yang dimilikinya adalah sumber kelemahan para Hasrat ini.Ya, tampaknya mereka benar-benar takut dengan api, mungkin pula karena hal itu, tempat ini diselimuti oleh kabut tebal agar cahaya matahari tidak berhasil menembus hingga ke permukaan tanah.Masih diliputi dengan perasaan yang kesal, Lanting Beruga melepaskan banyak serangan ke arah mahluk putih berkuku tajam tersebut.Entah sudah berapa belas buah dia melempar pedang ke arah mereka, Lanting Beruga tidak sempat menghitungnya.Namun yang jelas, sekarang hanya tersisa 1 hasrat lagi.Mahluk itu terkena lemparan pedang Lanting Beruga tepat di bagian bawah, -Lanting Beruga menganggapnya sebagai bagian kaki-, dan tidka bisa melepaskan pedang itu meskipun mahluk tersebut telah berusaha keras.Sementara Li Wei hanya bisa menelan ludah karena menyaksikan kebrutalan yang ditunjukan oleh Lanting Beruga.Sungguh tidak bisa diterima
Dimata Li Wei, orang yang mengaku sebagai dewa kematian itu, benar-benar mengerikan. Wajahnya diselimuti oleh bintik-bintik aneh seperti kutil berwarna merah.Ketika di berbicara, kulit merah itu tampak bergerak kian kemari. Sedikit jijik, tapi juga menakutkan.Dari semua orang yang pernah dilihat Li Wei, mahluk di depannya mungkin yang paling menakutkan. Gelar dewa kematian tampaknya tidak berlebihan untuk mahluk satu ini.Tepat di tengah keningnya ada sebuah tanduk perunggu. Li Wei tidak tahu apakah tanduk itu hasil dari modifikasi, atau memang tumbuh seperti itu ketika mahluk ini baru lahir ke dunia.Ah, sudah seberapa tua dewa kematian ini? gumam Lanting Beruga.Rambutnya putih dan tipis. Saat udara gersang gurun pasir menerpa rambut mahluk tersebut, terlihat seperti helaian rambut jagung di musim panas."Apa kau yang menguasai tempat ini?" tanya Lanting Beruga, pemuda itu menggaruk dagunya, mata tajamnya meneliti setiap jengkal bagian d
Belasan serangan yang diarahkan oleh Dewa Kematian, berhasil ditahan oleh Lanting Beruga. Sejauh ini yang bisa dilakukan oleh Lanting Beruga hanyalah bertahan.Namun hal itu tidak berlangsung lama, sebab sekarang Lanting Beruga mulai bergerak meninggalkan bayangannya.Pertempuran jarak dekat pada akhirnya terjadi pula.Benturan antara pedang dan tombak menciptakan percikan bunga api, degan suara dentingan yang terdengar ngilu.Namun satu hal yang dirasakan oleh Lanting Beruga, bahwa lawannya tidak menggunakan aura alam atau tenaga dalam sebagai sumber kekuatan.Ini adalah energi lain, Lanting Beruga tidak pernah merasakan energi semacam ini sebelumnya.Lebih mengerikan dari energi siluman milik gurunya Pramudhita."Setiap ayunan tombak mahluk ini benar-benar berbahaya ..." gumam Lanting Beruga, mencoba menganalisa kekuatan lawannya. "Energi hitam yang berpijar keluar dari tombak ini dapat membuat benda apapun menjadi busuk, bahkan bat
Setelah cukup banyak menyerap energi kegelapan, mahluk yang mengaku sebagai dewa kematian berteriak keras. Suaranya dapat membuat bebatuan di sekitarnya pecah menjadi kepingan kecil.Li Wei menutup telinga bayi mungil di dalam pelukannya, tapi karena hal ini, dia malah membiarkan telinganya berdarah."Ah ...kau mungkin memiliki kekuatan kegelapan, tapi aku yakin kekuatanmu bukan berasal dari Dewa Kegelapan ..." ledek Lanting Beruga. "Mungkin iblis kelas rendah.""Meski jantung iblis ini bukan yang terkuat dari kelas para iblis, tapi kekuatan yang kumiliki sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan dirimu, manusia!""Oh, jantung iblis?" tanya Lanting Beruga. "Kau ingin sesuatu yang lebih menarik?"Lanting Beruga menunjuk ke arah mata kirinya, "Mata ini berasal dari mata asura, tapi akulah tuannya!"Wush.Mata kiri pemuda tersebut memancarkan sinar redup, pada saat yang sama dia melepaskan sebuah teknik yang dapat membunuh lawan hanya d
Mendengar tantangan tersebut, jelas mahluk yang mengaku sebagai Dewa Kematian tidak terima.Dia kembali melompat ke atas langit, menunjukan jurus yang sama dengan yang ditunjukannya barusan.Namun, kali ini Lanting Beruga tidak akan menahan setengah kekuatannya."Angkara Jagat!"Booom.Benturan untuk yang ke dua kali terjadi di awang-awang. Satu sisi energi tombak berusaha menghantam tubuh Lanting Beruga, satu sisi kekuatan pedang menghentikannya.Gelombang kejut yang begitu dahsyat kembali menyapu pasir yang ada di sekitar mereka berdua, tapi kali ini badai yang tercipta sedikit lebih besar dari sebelumnya."Celaka!" Li Wei tersentak.Mula-mula energi hitam kemerahan mencoba mendominasi serangan, membuat Lanting Beruga semakin tertanam ke dalam pasir.Namun hal itu hanya berlangsung sesaat saja. Sambil berteriak keras, Lanting Beruga mendorong kekuatan energi api.Pow Pow.Mata asur
Keluar dari Jalur Iblis, aritnya mereka keluar dari jalur yang dianggap neraka oleh sebagian besar pendekar. Li Wei benar-benar lega saat ini.Pilihannya untuk melewati jalur iblis sebagai alternatif pelarian mungkin bukan tindakan tepat, lebih ke arah nekat, tapi pada akhirnya mereka berhasil keluar dari Jalur Iblis dengan selamat.Ini tentu berkat Lanting Beruga, pemuda bermata satu yang gemar mengeluh terhadap perut keroncongannya.Sekarang, setelah keluar dari Jalur Iblis, wajah Lanting Beruga sedikit lebih ceria dari sebelumnya.Ada sebuah kota terhampar luas di depannya saat ini. Dari tempat ini, mungkin hanya butuh 10 atau 12 jam untuk sampai ke kota tersebut jika hanya dengan berjalan kaki.Seluruh kota dikelilingi oleh beton berwarna hitam. Tepat di tengah kota tersebut, Bangunan Hitam dengan 11 menara berdiri gagah dan mendominasi bangunan yang lain."Markas Besar Aliran Darah Besi," gumam Li Wei. "Akhirnya kau kembali ke rumah Kek
Liu Sin mengernyitkan kening, mendengar berita itu wajahnya tampak biasa-biasa saja. Bahkan tidak ada rasa simpati di wajah Liu Sin. Dia hanya melirik ke arah wajah Bayi mungil lalu berkata, "oh, jadi dia adalah cucu Ketua Agung ..." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Liu Sin. Tidak Lebih. Ketika semua orang mendengar kabar mengenai Sekte Peri Kematian yang hancur, wajah mereka menjadi tegang, tapi Liu Sin menunjukan wajah yang begitu datar. "Bolehkah aku bertemu dengan Ketua Agung ...?" ucap Li Wei, memohon kepada Liu Sin agar memberinya jalan untuk masuk ke dalam kamar Ketua Agung. Namun Liu Sin malah menimpalinya dengan nada ketus, "Ketua Agung tidak bisa diganggu oleh urusan apapun, dia sedang melakukan latihan untuk mencapai level langit tinggi, jika latihannya gagal, semua yang dikorbankan Ketua akan menjadi sia-sia!" "Tapi ini menyangkut Cucunya sendiri?" "Li Wei, apa kau tidak mendengarku?" tanya Liu Sin. "Aku adalah Pela
Kondisi tukang tempa besi tidak baik-baik saja. Dua kakinya digelung rantai.Sesekali rantai tersebut terdengar 'cring' ketika Tukang tempa besi menggerakkan kakinya.Tangannya gemetaran saat mengangkat bilah logam panas dari tungku perapian, dan ini membuat dirinya kesal.Tangan itu sudah cukup tua dan letih, mana mungkin dapat bertindak seperti dahulu ketika dia masih muda.Lanting Beruga menarik nafas dalam-dalam, seraya memperhatikan tangan-tangan cekatan tukang tempa besi.Di ruangan ini, dia bisa melihat ada banyak senjata sudah selesai dibuat. Beberapa jenis senjata berupa tombak, panah, belati dan pedang.Lanting Beruga mendekati salah satu pedang yang diletakan di atas meja.Mulai meletakan jari jemarinya pada gagang panjang pedang tersebut. Pedang yang cukup aneh, pikir pemuda tersebut."Hanya ada satu bagian mata pedang yang tajam ..." gumam Lanting Beruga. "Gagang pedang yang panjang mungkin diguna