Membunuh pasukan Ritra Banyu, jelas terdengar konyol, tapi Lanting Beruga bertekad melakukannya.
Ketika dia telah menguap dan kulitnya seperti udang rebus, tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya, kecuali suara dan cahaya.
5 orang pendekar pilih tanding telah tergeletak di tanah, dengan luka yang mengerikan. Hasil dari buah tangan Lanting Beruga membuat sebagian prajurit menelan ludah mereka.
"Kalian mau pergi ke mana?" tanya Lanting.
Kilatan di matanya benar-benar tajam, menusuk jiwa mereka, mengintimidasi lawan-lawannya.
Belasan prajurit selevel pendekar tanding, berniat melarikan diri dari tangan Lanting Beruga.
Tapi hanya dua langkah mereka bergerak, pemuda itu telah berada di depan, dengan pedang terhunus ke depan.
Pedang putih berkilat kini berubah warna menjadi merah dan berbau anyir.
"Jangan takut! kita bisa membunuhnya dengan bersamaan!"
"Benar, mari kita serang dengan kekuatan yang kita miliki!"
Rengkeh masih berijabaku melawan Ritra Banyu yang mulai kewalahan menghadapi pria bertangan palsu itu.Keris panca naga di tangan Ritra Banyu mulai kehabisan energinya, tidak bisa melepaskan serangan seperti sebelumnya.Ini benar-benar aneh, pikir Ritra Banyu, dan setelah beberapa waktu berlalu, Putra Mahkota itu baru menyadari jika bajak laut buaya putih mungkin sudah menipu dirinya mentah-mentah."Hahahah ..." Rengkeh tertawa melihat kebodohan Ritranya Banyu, "meski tubuhku mengalami luka dalam, bukan berarti kau bisa membunuhku dengan keris itu.""Bajingan, kau sudah menipuku?" Ritra Banyu berteriak keras, "Kau telah-"Ucapan Ritra Banyu terhenti, menyadari jika dia juga berniat menipu bajak laut Buaya Putih."Kenapa?" Rengkeh masih tertawa kecil, "Ku akui, kami memberikan keris palsu kepada dirimu, hanya untuk menguji apakah kalian menepati janji, tapi rupanya kalian mengingkari janji itu.""Rengkeh, berikan keris panca naga
Dua kilatan cahaya terang berpijar di sekitar area pertarungan, kemudian menciptakan sebuah ledakan energi dan menghempaskan benda apapun di sekitar mereka. Vala terpukul jauh beberapa depa, dia menghantam tiga pohon hingga tumbang dan masih terseok di tanah beberapa jauhnya. Lawannya, Winsetro tidak kalah lebih parah dari Vala. Pria itu berjungkir balik di udara, kepalanya menghantam 4 batang lebih besar dari batang yang dihantam Vala. Dari hidung dan mulutnya mengeluarkan darah segar, dan mungkin ada bagian tulang tengkoraknya yang retak karena hal itu. Vala berusaha berdiri, meskipun dia lebih baik dari Winsetro, nyatanya dia juga mengalami luka dalam yang tidak ringang. Sementara di sisi lain, Lanting Beruga terkena dua kali tendangan tepat di kepalanya. Pemuda itu terpukul sangat jauh, permukaan tanah membentuk siring dangkal karena tubuh pemuda itu. "Uhuk ...uhuk ..." Lanting Beruga batuk kecil, dia menggelengkan kepalany
Sisa-sisa prajurit yang masih hidup langsung melarikan diri, masuk ke dalam hutan tanpa menoleh ke belakang lagi. Tidak ada yang bisa mereka jadikan andalan lagi, Ritra Banyu sudah pergi, dan Winsetro telah mati. Lanting Beruga menarik kembali semua energi apinya, kemudian menghampiri beberapa orang yang terluka. "Kau bisa bertahan?" tanya Lanting Beruga. "Kami bisa bertahan ..." awak bajak laut bahkan tidak berani menatap wajah Lanting Beruga saat ini. Setelah pertarungan itu selesai, semua bajak laut tampak sedang memulihkan kondisi mereka masing-masing. Vala yang mendapatkan luka paling parah, sedang dirawat oleh dua pendekar medis, sementara Rengkeh tampaknya sudah mulai membaik setelah menyerap banyak ramuan obat-obatan. Lanting Beruga berada cukup jauh dari bajak laut itu, dia tampak sedang duduk menatap puing-puing kota mati ini, dan tentu saja beberapa mayat yang masih belum dikuburkan. 1/4 dari mayat-mayat itu
Tanpa menoleh kebelakang, Ritra Banyu memacu kecepatannya. Dia ingin cepat sampai ke Sursena, dan tentu saja meminta pendeta suci untuk segera melantik dirinya menjadi Raja.Ketika merasa cukup jauh dari Bajak Laut Buaya Putih, barulah Ritra Banyu menghentikan langkah kakinya. Pria itu menoleh ke belakang, berharap jika putra tertuanya telah menyusul, tapi sampai beberapa saat kemudian putra tertua itu tidak kunjung muncul.Perasaan Ritra Banyu sedikit bimbang, dia khawatir jika Winsetro mengalami hal buruk di belakang sana.Namu, tidak mungkin. Bersama Winsetro ada seorang pendekar puncak pilih tanding yang benar-benar dapat diandalkan."Aku yakin dia bisa bertarung melawan Vala dan Rengkeh yang telah terluka dalam," gumam Ritra Banyu. "Vala pasti diselamatkan."Ritra Banyu kembali melangkahkan kaki, untuk tiba di Sursena masih membutuhkan waktu 1 hari lamanya jika kondisi badan dalam keadaan bagus.Namun menggunakan ilmu meringankan tubuh
Ritra Banyu tidak tahu bagaimana cara Nyai Seburuk Mayat mengetahui keaslian keris panca naga, tapi cekikan yang dilakukan oleh wanita itu bisa saja membuat nyawanya melayang.Nyai Seburuk Mayat menyeringai, gigi hitam yang berjejer di dalam mulutnya begitu cocok dengan raut wajah menyeramkan yang dia miliki."Keris itu ...keris itu berada di tangan ...tangan...Bajak Laut Buaya Putih ..." Kali ini suara yang keluar dari mulut Ritra Banyu semakin serak dan putus-putus.Nyai Seburuk Mayat menarik nafas dalam-dalam, dia semakin mempererat cengkraman tangannya, dan membuat mata Ritra Banyu mendelik ke atas."Apa kau tidak bohong?""Ti ...ti ...tidak, aku berani bersumpah atas nama ayahku.""Kau membunuh ayahmu, apa aku harus percaya?""Ta ...ta ..tapi aku mengatakannya dengan jujur ..."Nyai Seburuk Mayat melempar Ritra Banyu ke samping, hingga tubuhnya menghantam pohon besar.Pria itu segera memeriksa lehernya, ada be
Ini adalah Kota Tombok Tebing, sedikit lebih kecil dari Kota Majangkara, tapi juga cukup aman.Ada patung raksasa tepat di tengah-tengah kota ini, Patung Seno Geni, sebagai Raja terakhir tempat ini sebelum statusnya berubah menjadi Kota.Lanting Beruga masuk dengan santai, tidak ada penjagaan ketat di kota ini, mungkin saja malah tidak ada prajurit Sursena yang berpatroli."Lanting!" seorang gadis tiba-tiba berseru dari belakang, "sukurlah kau baik-baik saja ...""Klik Klik Klik ..."Di pundak gadis tersebut berkicau burung Garuda Kencana, melihat Lanting Beruga dia segera terbang dan berceloteh panjang pendek."Aku selamat ..." jawab Lanting Beruga."Klik Klik Klik ..."Sekar Ayu, Lanting Beruga tidak menduga jika gadis ini yang pertama kali menemukan dirinya. Gadis bermata putih yang aneh.Sekar Ayu membawa Lanting Beruga masuk lebih dalam melewati jalanan Kota Tombok Tebing. Secara sepintas kota ini benar-benar tenang
Angga Nurmeda terdiam beberapa saat, tapi kemudian pemuda itu tersenyum kecil. "Maafkan aku, kita akan bertarung dilain waktu!" Setelah mengatakan hal itu, dengan senyum sinis, Angga Nurmeda pergi meninggalkan mereka semua. Satrio Langit menghela nafas berat, ingin sekali menghantam Angga Nurmeda untuk memberinya perhitungan. Lanting Beruga menegak secawan air, setelah menghambiskan banyak makanan. Subansari segera menghampiri pemuda itu dan menanyakan apakah dia baik-baik saja. "Makanan ini sangat enak," jawab Lanting Beruga. "Kau memikirkan masalah makanan? aku sedang mengkhawatirkan dirimu?" ucap Lanting Beruga. Lanting Beruga menggaruk kepalanya, tertawa kecil kemudian berkata, "Ah, aku tidak peduli." Sementara di sisi lain, Angga Nurmeda menghampiri Kakas Mangkuraga yang duduk sendirian di ruangannya. Jelas sekali perasaan Kakas Mangkuraga tak menentu saat ini, setelah mendengar kabar yang beredar, hatinya mulai me
Sekar Ayu berhasil mempelajari kitab kuno, Jurus Mata Pedang. Hanya dengan tatapan, dia bisa mengacak-acak aliran tenaga dalam seseorang.Namun yang paling mengerikan adalah, pemiliki jurus ini bisa membuat seseorang mati dengan tenaga dalamnya sendiri.Seperti yang dilakukan oleh Sekar Ayu, dia mengendalikan tenaga dalam lawannya, seperti seorang penyihir dan dengan hal itu, dia juga mengendalikan tubuh mereka. Termasuk mematahkan tulang-tulangnnya.Jurus yang paling langka, dan benar-benar mengerikan.Lanting Beruga tertawa kecil melihat kehebatan dua orang temannya ini. Hanya dalam beberapa bulan saja menjadi asuhan Guru Kilat Putih, mereka berkembang diluar dugaan.Setelah salah satu pembunuh bayaran itu mati di tangan Sekar Ayu, 6 orang yang lain mulai terlihat waspada.Tiga bocah di depan mereka bukan pendekar sembarangan."Gadis itu bahkan belum mencapai level pilih tanding, bagaimana dia memiliki kekuatan sehebat itu ...?" sal