Sekar Ayu berhasil mempelajari kitab kuno, Jurus Mata Pedang. Hanya dengan tatapan, dia bisa mengacak-acak aliran tenaga dalam seseorang.
Namun yang paling mengerikan adalah, pemiliki jurus ini bisa membuat seseorang mati dengan tenaga dalamnya sendiri.
Seperti yang dilakukan oleh Sekar Ayu, dia mengendalikan tenaga dalam lawannya, seperti seorang penyihir dan dengan hal itu, dia juga mengendalikan tubuh mereka. Termasuk mematahkan tulang-tulangnnya.
Jurus yang paling langka, dan benar-benar mengerikan.
Lanting Beruga tertawa kecil melihat kehebatan dua orang temannya ini. Hanya dalam beberapa bulan saja menjadi asuhan Guru Kilat Putih, mereka berkembang diluar dugaan.
Setelah salah satu pembunuh bayaran itu mati di tangan Sekar Ayu, 6 orang yang lain mulai terlihat waspada.
Tiga bocah di depan mereka bukan pendekar sembarangan.
"Gadis itu bahkan belum mencapai level pilih tanding, bagaimana dia memiliki kekuatan sehebat itu ...?" sal
Pembunuh bayaran yang lain, hampir bisa melukai Sekar Ayu, tapi ketika melihat kekuatan Lanting Beruga, perhatian pembunuh itu menjadi terbagi.Sekar Ayu memanfaatkan kesempatan ini untuk menggunakan jurus mata merobek raga, dan berhasil dengan efektif.Lawannya, mulai merasakan aliran tenaga dalamnya tak terkendali, kemudian beberapa bagian organ tubuhnya yang mulai bergerak sendiri."Ja ..jangan ..." pembunuh itu ingin mengatakan, 'jangan bunuh aku, maafkan aku,' tapi jurus Mata Merobek Raga telah mengunci pita suaranya, tidak tapi lebih dari hanya sekedar mengunci pita suara, tapi melukainya.Mula-mula darah keluar dari lubang hidung, kemudian dari pangkal mata, dan terakhir dari lubang telinganya.Sekar Ayu tidak mematahkan tulang belulang lawannya, tapi dia menyerang organ dalam, dan meledakan jantung lawan.Sekar Ayu jatuh di tanah, menggunakan dua kali jurus mata merobek raga membuat seluruh tenaga dalamnya terkuras.Pada dasar
Malam ini Lanting Beruga tidak tidur, dan sebenarnya bukan hanya dirinya saja, tetapi juga Cempaka Ayu. Lanting Beruga tampak gelisah, seolah kepalanya ditimpa beban berat. Tentu saja hal itu bisa terjadi, pertama dia harus mencari jawaban mengenai para pembunuh bayaran yang mengincar nyawanya. Apakah itu berasal dari Sursena, atau kiriman dari Angga Nurmeda? Lanting tidak tahu jawabannya. Dan hal kedua yang membuat dia pusing adalah, sosok Cempaka Ayu. Tanda di kening wanita itu membuat dirinya gelisah, seolah menyimpan banyak memori dan perjalanan hidup antara Cempaka Ayu dan juga dirinya, atau mungkin juga Roh Api. "Kau memikirkannya?" suara Roh Api bergemah di kepala Lanting Beruga. "Tanda itu dibuat oleh Kakekmu dengan berkah matahari, agar Dewi Bulan yang ada di dalam tubuhnya tidak muncul dan mengambil alih Cempaka Ayu." Menurut Roh Api, Cempaka Ayu tidak pernah berhasil menguasai kekuatan dewi bulan, dia gagal. Alih-alih menguasai keku
Satrio Langit membuka pintu dengan kasar, mengejutkan Altar Buana, Subansari dan Intan Kumala."Dimana Angga Nurmeda!!" berteriak Satrio Langit. "Aku akan membunuhnya!""Tunggu, apa yang terjadi?" Altar Buana beranjak berdiri, dia tidak tahu kenapa Satrio Langit bersifat seperti ini di pagi hari.Satrio Langit tidak menjawab, dia bergegas menuju ruangan Angga Nurmeda, dan mendobrak pintunya sampai hancur, tapi sayang sekali pemuda itu tidak menemukan Angga Nurmeda di ruangannya.Satrio Langit bergegas ke kamar sebelahnya, kamar Kakas Mangkuraga, tapi di dalam kamar itu tidak ada satu orangpun, sepi dan kosong."Kemana mereka pergi?" tanya Satrio Langit."Langit, jelaskan apa yang telah terjadi?" Intan Ayu merasa bahwa situasi hari ini sedikit janggal.Bukan hanya Angga Nurmeda, tapi beberapa bintang suci yang lain juga telah pergi dari tempat ini."Bandang Sura, Loka dan juga Danur Dara telah pergi ..." Subansari telah me
Di Istana Sursena."Apa yang kau lakukan Raja?!" seorang pelayan berteriak keras, ketika Rosalawu menebaskan pedang untuk membunuhnya."Kumpulkan semua pejabat, pelayan dan semua orang yang setia terhadap Ritra Banyu dan Jubarda Agung!"Ini adalah perintah pertama setelah satu minggu Rosalawu menaiki tahta kerajaan."Siap laksanakan!" ucap Sandar Angin.Tidak butuh waktu banyak untuk mengumpulkan semua orang yang tidak disukai oleh Rosalawu.Para pejabat korup yang dulunya memihak Ritra Banyu kini menangis di halaman istana Sursena, kaki dan tangan mereka terikat, dan mulut mereka disumpali dengan kain kotor berbau darah.Sementara itu, ada lebih dari 30 pelayan hanya tertunduk, pasrah terhadap takdir mereka yang buruk.Para pelayan ini adalah orang-orang yang setia terhadap Jubarda Agung, jelas tidak memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan. Satu-satunya yang mereka pikirkan adalah, bisa berkumpul dengan Jubard
Berita pemenggalan pejabat Istana tersebar di seluruh wilayah Sursena dalam waktu yang begitu cepat.Di wilayah Kota Majangkara, Jendral Dewangga menahan batuk kering yang dideritanya setelah bertarung melawan Nyai Seburuk Mayat, dia mendapatkan informasi buruk hari ini dari salah satu telik sandinya."Bedebah itu!" ucap Dewangga, dia ingin memaki Rosalawu tapi kehilangan kata-kata kasar, akhirnya yang bisa dilakukan oleh Dewangga hanya mengeraskan rahang dan mengepalkan tangan. "Perintahkan Anjani, dan Gadhing untuk datang ke sini!""Kami berdua sudah di sini, Kakak!" Nyai Anjani dan Gadhing rupanya telah mendengar kabar tersebut, langsung memutuskan untuk pergi ke Majangkara guna memintai keterangan secara langsung dari mulut Dewangga."Kakak Dewangga, situasi ini benar-benar sulit ..." ucap Gadhing, "50 tahun lalu, hal seperti ini dilakukan oleh musuh, sehingga kita tahu kelompok mana yang harus dilawan, tapi sekarang ...." Gadhing berhenti sejenak, me
Beberapa waktu sebelum Cempaka Ayu mengundang Dewangga."Lanting!" Rismananti berseru, melihat keadaan Lanting Beruga yang baik-baik saja, bahkan terlihat lebih baik dari dirinya sendiri. "Kau berhasil kabur dari bajak laut keji itu?"Lanting Beruga menggaruk kepalanya, dia ingin bicara tapi mulutnya terisi dengan banyak makanan."Kau baik-baik saja?" tanya Jubarda Agung."Em ..." Lanting Beruga mengangguk, dia hampir tersedak makanan karena banyak pertanyaan, mengambil teko air dan menghabisi airnya.Setelah bicara basa-basi, Lanting Beruga mengambil keris panca naga dari tanda apinya.Melihat hal itu, Jubarda Agung terkejut bukan kepalang, bahkan Nyai Cempaka Ayu tidak tahu jika Lanting Beruga memiliki keris panca naga.Lanting Beruga menjelaskan kesepakatannya dengan bajak Laut Buaya Putih, dia juga menjelaskan apa yang dia lakukan kepada Winsetro hingga Kakas Mangkuraga membencinya."Jadilah Raja!" ucap Lanting Beruga.
Waktu di dalam alam bawah sadar tidak sama dengan waktu di alam sadar.Lanting Beruga telah berlatih selama beberapa minggu, tapi pada dasarnya di alam nyata dia hanya berlatih beberapa hari saja.Setelah beberapa waktu lamanya, Lanting Beruga berhasil menggenggam sosok Roh Api. Ada rasa panas, tapi rasa panas itu kalah dengan tekadnya."Berhasil menguasai diriku tidak mudah, tidak hanya dengan menggenggam tubuhku saja," ucap Roh Api.Lanting Beruga mengerti maksud perkataan Roh Api. Artinya dia juga harus memahami Roh Api seperti dia memahami dirinya sendiri.Lanting Beruga harus menganggap Roh Api adalah bagian dari dirinya sendiri, bukan sesosok mahluk yang menumpang tinggal di tubuhnya.Lanting Beruga adalah Roh Api itu, dan Roh Api adalah Lanting Beruga. Ketika dia berhasil memahami hal itu, Lanting Beruga berhasil menguasai kekuatan Roh Api."Kau benar-benar ingin memahamiku, bocah? kalau begitu akan kuperlihatkan seperti
Sebuah kastil tua, di tengah hutan yang dikelilingi empat mata air. Ada banyak bukit kecil mengelilingi kastil tua itu.Hanya sekali pintas saja, orang biasa akan tahu jika kastil tua itu sangat berbahaya, bahkan binatang enggan masuk ke wilayah tersebut.Kabut tipis menutupi sebagian besar hutan, sementara sinar matahari akan masuk ke permukaan tanah hanya ketika tengah hari saja.Di puncak kastil itu, ada lambang Bulan berwarna darah, kemudian lima menara yang melambangkan lima kekuatan Bulan Darah.Terlihat kelebatan beberapa orang masuk ke dalam kastil itu, melewati pintu lebar yang berwarna hitam kemerahan.Nyai Seburuk Mayat.Wanita itu masuk ke dalam ruangan khusus, hanya sendirian saja sementara anak buahnya tertinggal di ruangan lain."Kau membuat kami menunggu terlalu lama, Seburuk Mayat ..." terdengar suara bergema dari dalam ruangan itu.Sebenarnya daripada dikatakan ruangan, tempat ini lebih mirip seperti goa yang