"Pendekar pedang hidup dan mati dengan pedang," ucap Lanting Beruga, "Ini adalah jalan pedang yang aku pilih, Asoka hanya satu serangan lagi."
"Kau punya tekad yang kaut, Lanting Beruga ..." ucap Asoka. "Serangan ini adalah seluruh kekuatan yang aku miliki, dan seluruh kehormatan yang aku punya."
Lanting Beruga tertawa kecil, "Senang rasanya mendapatkan sebuah kehormatan dari pendekar pedang Serikat Naga."
"Pedang Kehancuran!'
Asoka melompat ke langit, mengangkat pedang itu tinggi lalu menukik ke arah Lanting Beruga.
Jurus ini adalah jurus terkuat yang dimiliki oleh Asoka, dia menggunakan jurus ini pada beberapa kali kesempatan, termasuk melukai roh air dalam wujud airnya.
"Lanting kau akan mati!" Satrio Langit mengepalkan tangannya dengan keras, benar-benar ingin membantu Lanting Beruga, tapi tidak mungkin.
Jikalah Lanting Beruga diperbolehkan untuk melakukan serangan balik, tentu saja Satrio Langit tidak akan begitu cemas. Tapi dala
Nenek cerewet alias tabib tua kembali berkicau, dan suaranya benar-benar menggelitik untuk didengarkan. Namun pada akhirnya, Lanting Beruga menuruti perintah nenek tua itu, atau mungkin dia akan membunuh dirinya.Setelah melihat keadaan Delima Kemala Putri, pikiran Lanting Beruga menjadi sedikit lebih tenang dibanding sebelumnya.Memang ada yang aneh dari Delima Kemala Putri, seperti tanda biru tua yang kini mulai berubah menjadi hijau muda. Tanda itu telah membesar, dan menjalar hampir ke lengan Delima Kemala Putri.Ketika Lanting Beruga menanyakan mengenai tanda itu, Delima Kemala Putri menjelaskan bahwa hal itu tidaklah membuatnya merasa sakit.Rambut gadis kecil itu juga berubah warna menjadi hijau muda tepat di bagian poninya.Ada banyak hal yang ingin diceritakan oleh Delima Kemala Putri kepada Lanting Beruga, tapi untuk sekarang kondisi Lanting Beruga masih belum pulih seutuhnya. Delima akan bercerita hingga Lanting Beruga benar-benar
Satrio Langit membawa Lanting Beruga kembali ke Swarnadwipa, bersama dengan Delima Kemala Putri yang dibawa oleh Rindu Hati. Hanya ada satu tabib di pinggir kota kecil tidak jauh dari pesisir barat daya pulau andalas. Di sana, Lanting Beruga mendapatkan perawatan. Cukup lama, hal ini karena keterbatasan sumber daya obat-obatan yang ada dimiliki oleh Tabib tersebut. "Bagaimana keadaan teman saya?" tanya Satrio Langit. Seorang wanita tua bertubuh gendut keluar dari ruangan rawat, wajahnya dipenuhi dengan peluh dan kerutan. Tabib itu menatap Satrio Langit dengan banyak ekspresi, tapi kemudian dia menghela nafas yang panjang. Sebelum menjawab pertanyaan Satrio Langit, tabib wanita itu mengambil cawan air dan minum sampai tiga cawan. "Gadis kecil itu baik-baik saja, kesadarannya akan pulih beberapa waktu kemudian ..." wanita itu kemudian menarik nafas lagi, "tapi tampaknya pendekar muda itu mengalami banyak cidera, selain luka besar di dada
"Jangan bicarakan hal ini kepada siapapun!" ucap Lanting Beruga. "Aku mengerti kk," jawab Delima Kemala Putri. Lanting Beruga meminta agar Intan Ayu menjadi guru bagi gadis tersebut. Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan agar Intan Ayu mampu menjaga rahasia Delima Kemala Putri. Lagipula hanya Intan Ayu yang cocok melatih gadis kecil tersebut. "Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Intan Ayu. " Apa kau ingin pergi lagi?" "Ya ..." jawab Lanting Beruga, "Masalah ini begitu rumit, aku tidak bisa menemukan penyelesaian jika hanya tinggal di sini." "Jangan khawatir, aku akan mengajari Delima Kemala Putri semua ilmu pedang yang kumiliki ..." ucap Intan Ayu. "Hehehe ...kau bisa berlatih menjadi ibu yang baik ..." Intan Ayu tersenyum simpul, apakah ini artinya Lanting Beruga akan melamarnya? ah, Intan Ayu tidak bisa membayangkan betapa bahagia dan beruntungnya dia saat itu. Bayangan tentang baju pernikahan terlintas di pikiran In
Ada satu negara besar yang berdiri di Bumi Tengah, Kekaisaran Tang. Hampir 60% tanah di Bumi Tengah dikuasai oleh negri ini, sisanya dikuasi oleh kelompok atau organisasi lain.Setelah kepergian Sang Kaisar, Xia Ling menjadi ibu ratu di Kekaisaran Tang. Putri sulungnya tidak begitu tertarik dengan dunia politik, tapi lebih dari itu 2 Pangeran Kembar Xia Ling berlomba untuk mendapatkan kekuasaan tersebut.Xia Ling tidak bisa mempercayakan kekaisaran saat ini kepada dua putranya, tidak hingga salah satu dari mereka cukup dewasa.Hal ini malah dipergunakan Aliran Darah Besi untuk memperlemah Kekaisaran Tang. Meskipun hanya perang dingin, tapi hal ini bisa menggiring opini rakyat mengenai kemunduran Kekaisaran Tang.Beberapa minggu menempuh perjalanan, Lanting Beruga akhirnya tiba di tempat yang disebut sebagai Dataran Tengah atau bumi tengah.Orang-orang di sini memiliki kulit putih, dipenuhi oleh wanita cantik dan pria tampan, tapi pemuda itu tidak b
Datang tiba-tiba, menyerang juga tiba-tiba. Siapa lagi kalau bukan Lanting Beruga.Dengan pedang sisik naga hijau, pemuda itu menyerang salah satu pendekar yang memegang panah.Di sana ada tiga orang pendekar yang tampaknya ahli dalam menggunakan panah, ketiga orang itu dihajar langsung oleh Lanting Beruga."Sial, Bunuh pemuda itu!" ketua dari kelompok pembunuh itu berteriak keras kepada teman-temannya, tapi dengan bahasa yang tidak diketahui oleh Lanting Beruga.Lanting Beruga menyambut serangan demi serangan yang datang kepadanya.Harus dia akui, para pendekar ini cukup hebat, paling tidak telah mencapai pendekar tanpa tanding, atau paling rendah puncak pendekar pilih tanding.Namun, tetap saja mereka tidak cukup kuat untuk menghadapi Lanting Beruga.Seluruh teknik dan jurus telah mereka keluarkan, tapi bahkan Lanting Beruga belum selesai pemanasan."Serang dia bersamaan, bunuh dari segala sisi!""Apa yang kalian
Serangan pedang gasing menderu ke arah Lanting Beruga, beberapa kali, lalu beberapa kali lagi.Namun tidak ada satupun dari serangan itu yang berhasil memotong satu helai rambut Lanting Beruga.Hal ini sangat mengesalkan, tapi kemudian berubah menjadi ketakutan bagi pembunuh tersebut.Ketika belasan kali pria itu menyerang Lanting Beruga, dan gagal, dia menyerang wanita yang berdiri cukup jauh dari Lanting Beruga.Tentu saja bayi mungil yang ada di dalam pelukan wanita itu, yang sedang di incar oleh pembunuh tersebut."Tidak akan kubiarkan!" ucap Lanting Beruga, langsung menggunakan mode pertama roh api, aura api.Seketika tubuhnya menguap dan warna kulitnya berubah merah seperti udang rebus.Wanita penjaga menyadari serangan itu akan membunuh bayi mungil ini, segera pasang badan untuk mengorbankan nyawanya.Namun tiba-tiba.Ting.Lanting Beruga memotong gasing tersebut menjadi dua bagian. Kecepatan pemuda itu ben
Sengaja Li Wei memilih penginapan kelas biasa ketika tiba di Kota Dong. Ada dua hal yang menjadi alasannya, pertama untuk masuk ke dalam penginapan level elit membutuhkan identitas diri, sementara tidak mungkin Li Wei menunjukan identitas dirinya saat ini. Dan alasan ke dua agar tidak terlalu menarik perhatian orang-orang di kota Dong. "Kami memesan satu kamar," ucap Li Wei. Pelayan penginapan lentera malam tersenyum tipis, dia melirik ke arah Lanting Beruga, kemudian senyum tipis di bibirnya mendadak luntur. Mungkin karena wajah Lanting Beruga berbeda dari kebanyakan orang. "Dia adalah suamiku," ucap Li Wei. "Oh, sepertinya kalian pasangan baru, apa ini anak kalian?" tanya pelayan tersebut. "Benar," jawab Li Wei. "Hem ...bisakah kau segera menyiapkan kamar kami, bayi kecilku mulai lapar." Pelayang itu buru-buru membawa Li Wei dan Lanting Beruga menuju kamar yang ada di belakang penginapan ini. Kamar ini tidak terlalu bes
Wush wush wush.Serangkaian serangan panah datang dari segala arah, menancap di dinding kamar, menembus tirai bahkan hampir saja mengenai tubuh Li Wei.Lanting Beruga langsung menyapukan tangannya, mendadak semua pelita yang ada di dalam kamar padam. Kamar menjadi gelap gulita. Li Wei menjadi cemas.Mata kiri Lanting Beruga terbuka, mata asura yang tajam. Dia bisa melihat dengan jelas situasi di dalam kamar ini dengan sangat baik, lebih baik daripada ketika pelita menyala."Tuan Pendekar ..." ucap Li Wei."Hustt!" ucap Lanting Beruga, "Tenanglah, bersembunyilah akau akan melindungi kalian."Belasan panah datang kembali, tapi Lanting Beruga berhasil menghalaunya dengan sangat baik. Pendekar lemah ini tidak tahu siapa yang sedang mereka hadapi.Setelah menunggu beberapa saat kemudian, tampaknya tidak ada panah yang kembali datang. Lanting Beruga menatap ke arah atap kamar, menyadari ada lebih dari 4 orang sedang mengintai.Lantin