Share

Kapal 4

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 16:22:39

Teknik pedang emas, adalah teknik yang memungkinkan para pendekarnya mengendalikan pedang dari jarak jauh.

Dari tiga sekte terkuat, Sekte Pedang Emas adalah yang paling hebat dalam mengontrol tenaga dalam mereka.

Sejumlah tenaga dalam akan dialirkan pada pedang mereka, sebelum kemudian dikendalikan seperti mereka mengendalikan jari tangan mereka sendiri.

Teknik semacam ini hampir sama dengan Ketua Kapak yang mengendalikan selusin kapak kecilnya, tapi milik Pedang Emas lebih halus, lebih kuat dan lebih ganas.

Rantai-rantai besar yang tidak bisa diputuskan oleh para pendekar yang lain, dapat dengan mudah dihancurkan oleh Benggala Cokro.

Mula-mula hanya satu rantai, tapi kemudian tiga rantai. Kapal yang hampir tenggelam langsung naik ke permukaan, dan bergoncang cukup kuat.

Beberapa penumpang kembali berteriak histeris, goncangan itu bahkan melemparkan beberapa anak kecil ke atas.

"Jangan bilang dia adalah Jendral Benggala Cokro?" pimpin

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
🅰️nny Maheswari
baru 2 bab bonus habis belum misi lagi
goodnovel comment avatar
Dyah Subadiyah
seruuuuuuuuuui ............️...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Kapal 5

    Benggala Cokro terlalu memperhatikan pimpinan bajak lautnya, sampai melupakan jika semua kru bajak laut telah memasuki kapal mereka. Para pendekar yang ada di dalam kapal ini, mulai menyerang bajak laut itu, tapi rupanya mereka mati mengenaskan. "Jendral, kau tidak dengar perkataanku?" seorang kru baru saja meletakan bilah mata pedangnya di leher seorang pemuda, dengan senyum bangga kru bajak laut itu mengancam akan memotong leher pemuda itu jika Benggala Cokro melawan. Lanting Beruga menghela nafas, pedang bajak laut ini terasa dingin di batang lehernya. Sementara Benggala Cokro menarik semua pedangnya, siap di arahkan pada semua kru yang ada di depan dan belakangnya. "Pedangmu memang sangat cepat, tapi apa lebih cepat dari pedang kami?" kru bajak laut kembali tersenyum. "Sekarang, kau hanya sendirian, Jendral. Sementara kami memiliki puluhan tawanan." Para saudagar kaya mulai merengek ketakutan, beberapa dari mereka mulai kencing di

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • LANTING BRUGA   Kapal 6

    Pengalaman pertama menaiki kapal rupanya tidak seindah yang dibayangkan Lanting Beruga. Belum juga karena mabuk perjalanan, kini ada musuh yang datang mengusik mereka. Goncangan demi goncangan kapal, membuat perut pemuda itu benar-benar berputar, dan .... "Paman, aku mohon ..." ucap Lanting Beruga. "Biarkan dia mengeluarkan isi perutnya!" Pimpinan bajak laut berseru. Ini adalah momen Pimpinan Bajak Laut menggertak seorang jendral, tidak boleh dirusak oleh muntahan seorang pemuda. Lagipula, Lanting Beruga terlihat seperti rakyat jelata, tidak perlu diwaspadai. Jika dia pendekar, dimana tenaga dalamnya? Lanting Beruga berlari ke buritan kapal, mengeluarkan semua isi perutnya yang sudah dia tahan cukup lama. Beberapa kru bajak laut tidak berminat melihat keadan pemuda itu. Benar-benar menjijikan. Sebenarnya, keberadaan Lanting Beruga tidak terlalu mengganggu bagi Kru Bajak Laut itu, jadi mereka kembali melakukan kesepakatan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • LANTING BRUGA   Kapal 7

    Kematian akibat tusukan pedang lebih banyak dari pada kepala yang terpenggal, artinya Benggala Cokro lebih banyak membunuh daripada Lanting Beruga.Namun tindakan yang dilakukan oleh Lanting Beruga bisa dibilang begitu nekat, dan berhasil mengamankan situasi. Yang tersisa kini hanya Pimpinan Bajak Laut Buaya Putih seorang. Sekali lagi pria bermata satu itu menatap Lanting Beruga dengan sinis, menaruh dendam kepada pemuda itu.Bagaimana tidak, jika bukan Lanting Beruga rencana bajak laut pasti berjalan mulus. Lebih dari itu, mereka mungkin bisa membunuh Benggala Cokro.Setelah mode cahaya api lenyap, Lanting Beruga bergegas membantu Sekar Ayu. Gadis itu tadi nyaris mati karena tiga pedang musuh telah berada di lehernya."Kau baik-baik saja?" ucap Lanting Beruga, mengangkat tubuh Sekar Ayu. "Dimana yang sakit?"Mendapat pertanyaan itu, wajah Sekar Ayu menjadi merah. Sebenarnya tidak ada pemuda yang begitu dekat dengannya seperti y

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • LANTING BRUGA   Wilayah Sursena

    Beberapa waktu kemudian, situasi kembali tenang seperti sedia kala. Kapal kembali berjalan meski hanya dengan setengah kain layar.Badai telah lenyap, kabut telah hilang. Sementara itu, beberapa orang penumpang mulai menangisi nasip mereka yang malang.Ada anak kehilangan bapaknya, ada pula wanita kehilangan suami, dan yang jelas saudagar kehilangan barang dagangan mereka.Mayat-mayat pendekar garis lurus yang sempat terlempar, kini lenyap dari pandangan mereka. Barangkali hanyut bersama dengan arus sungai yang mengalir tenang.Lanting Beruga jatuh tersandar tidak jauh dari Sekar Ayu. Wajah pemuda itu tampak kusut, beberapa luka goresan memenuhi wajah itu.Dia menatap semua orang di dalam kapal, memancing kemarahan di dalam jiwanya."Jika aku cukup kuat ..." ucap Lanting Beruga. "Hal seperti ini tidak akan terjadi."Sekar Ayu mendengar ucapan Lanting Beruga, hanya bisa menatap wajah pemuda itu dengan sendu. Ya, hanya wajah Lanti

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • LANTING BRUGA   Nenek Miskin

    Lanting Beruga mengikuti nenek itu, masih membawa daging panggang dan sesekali memakannya. Rasa daging panggang ini memang aneh, dan sebenarnya sangat tidak lezat, tapi Lanting Beruga masih saja mengunyahnya. Mubasir membuang makanan.Nenek itu mungkin tidak tahu jika dia diikuti oleh Lanting Beruga, kemudian berhenti di persimpangan jalan.Jalan ke kanan adalah jalan utama yang akan membawa ke Istana Sursena, sementara jalan ke kiri entah akan membawa kemana.Nenek itu memilih jalan ke kiri. Lanting Beruga masih mengikuti.Tidak beberapa lama, wanita tua itu membeli beras dari 1 koin emas yang diberikan oleh Lanting Beruga, dan juga beberapa ekor ikan busuk."Itu adalah wanita tuanya!" terdengar beberapa orang berteriak dari arah lain.4 orang pria dan satu wanita dengan pakaian nyentrik. Dari tampangnya, wanita itu mungkin saja adalah saudagar yang cukup kaya."Dia telah menipuku, dengan menjual daging

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • LANTING BRUGA   Memilukan

    "Nenek aku lapar ..." gadis kecil mencengkram perutnya yang kecil, tangan yang juga kecil itu tampak seperti tulang dibungkus oleh kulit yang kusam."Nenek ... apa kau tidak membawa makanan?" berkata lagi bocah kecil yang lain.Dengan pilu, Nenek tua ini menangis sambil memeluk anak-anak kecil, air matanya berlinangan tak mampu menahan rasa lapar bocah malang itu."Maafkan Nenek ..." ucap wanita tua itu, "nenek aka mencari makanan, tunggulah.""Tunggu di sini," ucap Lanting Beruga, memebelai wajah kecil seorang bocah. "Kakak akan kembali, tidak akan lama ..."Lanting Beruga buru-buru keluar dari rumah reot itu, dadanya terasa sesak dan nafasnya mulai sesak. Pikirannya tak menentu, kalut dan kusut.Bagaiamana kerajaan sebesar ini memiliki sisi kelam yang memilukan. Ada banyak orang kaya di tempat ini, apakah mereka tidak melihat di sudut wialayah ini, beberapa anak kecil menahan lapar?Kerajaan ini sudah rusak, rusak moralnya. Lanting

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • LANTING BRUGA   Sisi Gelap Sursena

    Malam ini Lanting Beruga memutuskan untuk tidur di rumah reot ini, bersama anak-anak yang lain. Ketika malam semakin larut, semua bocah malang ini saling berpelukan, tidak ada selimut tebal yang menutupi tubuh mereka.Lanting Beruga membuat api unggun kecil di dalam rumah, hanya untuk menghangatkan tubuh mereka. Dia lupa untuk membeli selimut tebal.Untuk kali pertama, Lanting Beruga tidak mencicipi makanan yang ada di depan dirinya. Semua makanan ini habis menyisakan beras, jagung dan ubi-ubian."Rumah kami sedikit kecil dan berantakan ..." ucap nenek tua, "jika kau ingin, kau bisa tidur di kamar sebelah, aku sudah menyiapkan tempat untumu, anak muda.""Panggil saja aku Lanting, Nek ..." Lanting Beruga kemudian menanyakan, bagaimana ke adaan Kerajaan ini, kenapa ada anak-anak seperti ini di tengah-tengah dunia yang mewah.Nenek tua tersenyum pahit, ini adalah wajah lain Sursena yang disembunyikan dari publik. Ini mungkin tempat paling ramai, terli

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • LANTING BRUGA   Pertemuan Dua Sahabat

    Di kediamannya, Jendral Dewangga berjalan mondar-mandir, sesekali mengurut keningnya yang terasa sakit, sesekali menggerutu kesal.Sampai hari ini, Lanting Beruga belum menunjukan hidungnya, seolah raib di telan dunia."Kemana bocah bodoh ini?" gumam Jendral Dewangga. "Harusnya kapal yang ditumpanginya sudah tiba sejak siang tadi, apa dia tersesat lagi?"Besok malam adalah hari perayaan Ulang Tahun Raja Lakuning Banyu, waktu mereka tidak banyak, ada beberapa hal yang harus di persiapkan oleh Lanting Beruga dan juga Subansari, mengenai pertandingan antar murid Jendral.Berdiri salah,dudukpun salah, begitulah yang dirasakan oleh Jendral Dewangga, sementara Subansari di kamar sebelah, mungkin sedang melakukan meditasi saat ini."Jendral, ada tamu diluar ..." Seorang pelayan mendatangai Dewangga.Ini sudah malam, tamu seperti apa yang datang ke kamar dirinya? Dengan sedikit kesal, Dewangga akhirnya keluar."Aku tidak bisa tidur, jadi data

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status