Beberapa waktu kemudian, situasi kembali tenang seperti sedia kala. Kapal kembali berjalan meski hanya dengan setengah kain layar.
Badai telah lenyap, kabut telah hilang. Sementara itu, beberapa orang penumpang mulai menangisi nasip mereka yang malang.
Ada anak kehilangan bapaknya, ada pula wanita kehilangan suami, dan yang jelas saudagar kehilangan barang dagangan mereka.
Mayat-mayat pendekar garis lurus yang sempat terlempar, kini lenyap dari pandangan mereka. Barangkali hanyut bersama dengan arus sungai yang mengalir tenang.
Lanting Beruga jatuh tersandar tidak jauh dari Sekar Ayu. Wajah pemuda itu tampak kusut, beberapa luka goresan memenuhi wajah itu.
Dia menatap semua orang di dalam kapal, memancing kemarahan di dalam jiwanya.
"Jika aku cukup kuat ..." ucap Lanting Beruga. "Hal seperti ini tidak akan terjadi."
Sekar Ayu mendengar ucapan Lanting Beruga, hanya bisa menatap wajah pemuda itu dengan sendu. Ya, hanya wajah Lanti
Lanting Beruga mengikuti nenek itu, masih membawa daging panggang dan sesekali memakannya. Rasa daging panggang ini memang aneh, dan sebenarnya sangat tidak lezat, tapi Lanting Beruga masih saja mengunyahnya. Mubasir membuang makanan.Nenek itu mungkin tidak tahu jika dia diikuti oleh Lanting Beruga, kemudian berhenti di persimpangan jalan.Jalan ke kanan adalah jalan utama yang akan membawa ke Istana Sursena, sementara jalan ke kiri entah akan membawa kemana.Nenek itu memilih jalan ke kiri. Lanting Beruga masih mengikuti.Tidak beberapa lama, wanita tua itu membeli beras dari 1 koin emas yang diberikan oleh Lanting Beruga, dan juga beberapa ekor ikan busuk."Itu adalah wanita tuanya!" terdengar beberapa orang berteriak dari arah lain.4 orang pria dan satu wanita dengan pakaian nyentrik. Dari tampangnya, wanita itu mungkin saja adalah saudagar yang cukup kaya."Dia telah menipuku, dengan menjual daging
"Nenek aku lapar ..." gadis kecil mencengkram perutnya yang kecil, tangan yang juga kecil itu tampak seperti tulang dibungkus oleh kulit yang kusam."Nenek ... apa kau tidak membawa makanan?" berkata lagi bocah kecil yang lain.Dengan pilu, Nenek tua ini menangis sambil memeluk anak-anak kecil, air matanya berlinangan tak mampu menahan rasa lapar bocah malang itu."Maafkan Nenek ..." ucap wanita tua itu, "nenek aka mencari makanan, tunggulah.""Tunggu di sini," ucap Lanting Beruga, memebelai wajah kecil seorang bocah. "Kakak akan kembali, tidak akan lama ..."Lanting Beruga buru-buru keluar dari rumah reot itu, dadanya terasa sesak dan nafasnya mulai sesak. Pikirannya tak menentu, kalut dan kusut.Bagaiamana kerajaan sebesar ini memiliki sisi kelam yang memilukan. Ada banyak orang kaya di tempat ini, apakah mereka tidak melihat di sudut wialayah ini, beberapa anak kecil menahan lapar?Kerajaan ini sudah rusak, rusak moralnya. Lanting
Malam ini Lanting Beruga memutuskan untuk tidur di rumah reot ini, bersama anak-anak yang lain. Ketika malam semakin larut, semua bocah malang ini saling berpelukan, tidak ada selimut tebal yang menutupi tubuh mereka.Lanting Beruga membuat api unggun kecil di dalam rumah, hanya untuk menghangatkan tubuh mereka. Dia lupa untuk membeli selimut tebal.Untuk kali pertama, Lanting Beruga tidak mencicipi makanan yang ada di depan dirinya. Semua makanan ini habis menyisakan beras, jagung dan ubi-ubian."Rumah kami sedikit kecil dan berantakan ..." ucap nenek tua, "jika kau ingin, kau bisa tidur di kamar sebelah, aku sudah menyiapkan tempat untumu, anak muda.""Panggil saja aku Lanting, Nek ..." Lanting Beruga kemudian menanyakan, bagaimana ke adaan Kerajaan ini, kenapa ada anak-anak seperti ini di tengah-tengah dunia yang mewah.Nenek tua tersenyum pahit, ini adalah wajah lain Sursena yang disembunyikan dari publik. Ini mungkin tempat paling ramai, terli
Di kediamannya, Jendral Dewangga berjalan mondar-mandir, sesekali mengurut keningnya yang terasa sakit, sesekali menggerutu kesal.Sampai hari ini, Lanting Beruga belum menunjukan hidungnya, seolah raib di telan dunia."Kemana bocah bodoh ini?" gumam Jendral Dewangga. "Harusnya kapal yang ditumpanginya sudah tiba sejak siang tadi, apa dia tersesat lagi?"Besok malam adalah hari perayaan Ulang Tahun Raja Lakuning Banyu, waktu mereka tidak banyak, ada beberapa hal yang harus di persiapkan oleh Lanting Beruga dan juga Subansari, mengenai pertandingan antar murid Jendral.Berdiri salah,dudukpun salah, begitulah yang dirasakan oleh Jendral Dewangga, sementara Subansari di kamar sebelah, mungkin sedang melakukan meditasi saat ini."Jendral, ada tamu diluar ..." Seorang pelayan mendatangai Dewangga.Ini sudah malam, tamu seperti apa yang datang ke kamar dirinya? Dengan sedikit kesal, Dewangga akhirnya keluar."Aku tidak bisa tidur, jadi data
Siang hari di Sursena."Huammm ..." seorang gadis baru bangun dari tidurnya, dia mengucek matanya beberapa kali, mulai menyipit karena matahari yang bersinar terang."Minggir!" terdengar bentakan seorang pedagang. "Cari tempat lain, dasar pengemis.""Apa pengemis?!" gadis itu membentak pedagang itu, mengarahkan sarung pedangnya ke arah leher. "Apa kau cari mati, pak tua?""Ma ...mafkan aku ..." ucap Pedagang itu, menyadari jika gadis ini adalah seorang pendekar.Gadis itu, mengambil satu buah apel, menggigit buah itu sebelum kemudian pergi tanpa membayar satu perakpun.Ya, dia adalah Intan Ayu, gadis kembar yang pergi meninggalkan Sekte Pedang Emas. Di sudah ada di Sursena, satu minggu sebelum hari perayaan ulang tahun Lakuning Banyu diadakan.Dia juga gadis yang telah menyelamatkan Lanting Beruga, ketika pemuda itu berhadapan dengan banyak perampok di desanya.Berjalan ke arah Istana, Intan Ayu percaya jika Gurunya sudah ada d
Intan Ayu dengan cepat menganalisa kekuatan bertarung Ista Mota, pendekar puncak level emas dengan tenaga dalam 1800 titik cakra.Ibaratnya, Ista Mota masih berada di dasar level emas, belum dia bisa bertindak sesuka hatinya dengan kemampuan seperti itu."Aku adalah putra bangsawan Istana, apa kalian berdua ingin mempermalukan diriku?!"Teriakan Ista Mota teredengar sampai lantai dua, membuat beberapa pengunjung rumah makan menjadi sedikit tidak nyaman. Beberapa orang bahkan memang sengaja pergi dari rumah makan ini, taku jika akan terjadi hal-hal buruk dan imbasnya terlibat dengan Keluarga atau pangeran Rosalawu.Intan Ayu tersenyum kecil, tempramen Ista Mota jelas seperti anak kecil, sementara di sisi lain Lanting Beruga kembali dudu dan menyantap makanan di atas meja.Pertarungan sebentar lagi mungkin akan terjadi, makanan ini akan mubasir jika sampai terkena imbas pertarungan."Aku akan membunuhmu!" teriak Ista Mota.Intan A
Menyadari Intan Ayu sedang menyelidiki kekuatannya, Rismananti berkata pelan, "aku tidak akan mengikuti pertandingan itu, kau tidak usah khawatir.""Kenapa kau tidak mengikutinya?" tanya Lanting Beruga, tapi pertanyaan bodoh seperti itu tidak akan dijawab oleh Rismananti.Sekarang di era ini, Putri Rismananti mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu dari 3 pemuda terbaik yang pernah ada. Dia memiliki hak masuk ke dalam bintang suci bersama dua orang yang lain, dalam artian tidak perlu mengikuti pertandingan lagi.Mencapai level tanding di usinya yang baru 20 tahun merupakan sebuah keberuntungan bagus. Jika menggunakan beberapa sumber daya kualitas terbaik, dia mungkin akan mencapai pendekar pilih tanding dalam satu atau dua tahun ke depan."Ini sudah malam, murid Jendral Dewangga dan Benggala Cokro sebaiknya masuk ke dalam Istana, untuk menghindari perlakuan buruk dari pangeran lain."Kali ini Intan Ayu terdiam sebelum memutuskan, dia mulai menyar
Sekar Ayu dengan wajah senang menceritakan pertemuan dirinya dengan Lanting Beruga, dan tindakan hiroik yang dilakukan oleh pemuda itu terhadap dirinya. Benar-benar cerita yang sangat bagus, membuat Intan Ayu menjadi penasaran dengan sosok pemuda tersebut. Dan hebatnya lagi, Sekar Ayu mengatakan jika dia bisa melihat wajah Lanting Beruga dengan begitu jelas, seperti dia melihat ketika malam hari. "Kau beruntung adikku," ucap Intan Ayu. "Sepertinya aku mengetahui kenapa kau bisa melihat dirinya, itu mungkin karena kau telah jatuh cinta." Mendengar kalimat itu, Sekar Ayu malah tersipu malu. Usia mereka masih 16 tahun, mana mungkin telah mengenal yang namanya cinta. Namun Intan Ayu berkata, ketika seseorang telah mengenal cinta, segala isi dunia ini akan dipenuhi dengan wajah kekasihnya. Hhh, apa kalian percaya? "Sayangnya, ceritaku tidak seindah dirimu ..." Intan Ayu kemudian menjelaskan pertemuannya dengan seorang pemuda yang setiap wak