Malam ini Lanting Beruga memutuskan untuk tidur di rumah reot ini, bersama anak-anak yang lain. Ketika malam semakin larut, semua bocah malang ini saling berpelukan, tidak ada selimut tebal yang menutupi tubuh mereka.
Lanting Beruga membuat api unggun kecil di dalam rumah, hanya untuk menghangatkan tubuh mereka. Dia lupa untuk membeli selimut tebal.
Untuk kali pertama, Lanting Beruga tidak mencicipi makanan yang ada di depan dirinya. Semua makanan ini habis menyisakan beras, jagung dan ubi-ubian.
"Rumah kami sedikit kecil dan berantakan ..." ucap nenek tua, "jika kau ingin, kau bisa tidur di kamar sebelah, aku sudah menyiapkan tempat untumu, anak muda."
"Panggil saja aku Lanting, Nek ..." Lanting Beruga kemudian menanyakan, bagaimana ke adaan Kerajaan ini, kenapa ada anak-anak seperti ini di tengah-tengah dunia yang mewah.
Nenek tua tersenyum pahit, ini adalah wajah lain Sursena yang disembunyikan dari publik. Ini mungkin tempat paling ramai, terli
Di kediamannya, Jendral Dewangga berjalan mondar-mandir, sesekali mengurut keningnya yang terasa sakit, sesekali menggerutu kesal.Sampai hari ini, Lanting Beruga belum menunjukan hidungnya, seolah raib di telan dunia."Kemana bocah bodoh ini?" gumam Jendral Dewangga. "Harusnya kapal yang ditumpanginya sudah tiba sejak siang tadi, apa dia tersesat lagi?"Besok malam adalah hari perayaan Ulang Tahun Raja Lakuning Banyu, waktu mereka tidak banyak, ada beberapa hal yang harus di persiapkan oleh Lanting Beruga dan juga Subansari, mengenai pertandingan antar murid Jendral.Berdiri salah,dudukpun salah, begitulah yang dirasakan oleh Jendral Dewangga, sementara Subansari di kamar sebelah, mungkin sedang melakukan meditasi saat ini."Jendral, ada tamu diluar ..." Seorang pelayan mendatangai Dewangga.Ini sudah malam, tamu seperti apa yang datang ke kamar dirinya? Dengan sedikit kesal, Dewangga akhirnya keluar."Aku tidak bisa tidur, jadi data
Siang hari di Sursena."Huammm ..." seorang gadis baru bangun dari tidurnya, dia mengucek matanya beberapa kali, mulai menyipit karena matahari yang bersinar terang."Minggir!" terdengar bentakan seorang pedagang. "Cari tempat lain, dasar pengemis.""Apa pengemis?!" gadis itu membentak pedagang itu, mengarahkan sarung pedangnya ke arah leher. "Apa kau cari mati, pak tua?""Ma ...mafkan aku ..." ucap Pedagang itu, menyadari jika gadis ini adalah seorang pendekar.Gadis itu, mengambil satu buah apel, menggigit buah itu sebelum kemudian pergi tanpa membayar satu perakpun.Ya, dia adalah Intan Ayu, gadis kembar yang pergi meninggalkan Sekte Pedang Emas. Di sudah ada di Sursena, satu minggu sebelum hari perayaan ulang tahun Lakuning Banyu diadakan.Dia juga gadis yang telah menyelamatkan Lanting Beruga, ketika pemuda itu berhadapan dengan banyak perampok di desanya.Berjalan ke arah Istana, Intan Ayu percaya jika Gurunya sudah ada d
Intan Ayu dengan cepat menganalisa kekuatan bertarung Ista Mota, pendekar puncak level emas dengan tenaga dalam 1800 titik cakra.Ibaratnya, Ista Mota masih berada di dasar level emas, belum dia bisa bertindak sesuka hatinya dengan kemampuan seperti itu."Aku adalah putra bangsawan Istana, apa kalian berdua ingin mempermalukan diriku?!"Teriakan Ista Mota teredengar sampai lantai dua, membuat beberapa pengunjung rumah makan menjadi sedikit tidak nyaman. Beberapa orang bahkan memang sengaja pergi dari rumah makan ini, taku jika akan terjadi hal-hal buruk dan imbasnya terlibat dengan Keluarga atau pangeran Rosalawu.Intan Ayu tersenyum kecil, tempramen Ista Mota jelas seperti anak kecil, sementara di sisi lain Lanting Beruga kembali dudu dan menyantap makanan di atas meja.Pertarungan sebentar lagi mungkin akan terjadi, makanan ini akan mubasir jika sampai terkena imbas pertarungan."Aku akan membunuhmu!" teriak Ista Mota.Intan A
Menyadari Intan Ayu sedang menyelidiki kekuatannya, Rismananti berkata pelan, "aku tidak akan mengikuti pertandingan itu, kau tidak usah khawatir.""Kenapa kau tidak mengikutinya?" tanya Lanting Beruga, tapi pertanyaan bodoh seperti itu tidak akan dijawab oleh Rismananti.Sekarang di era ini, Putri Rismananti mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu dari 3 pemuda terbaik yang pernah ada. Dia memiliki hak masuk ke dalam bintang suci bersama dua orang yang lain, dalam artian tidak perlu mengikuti pertandingan lagi.Mencapai level tanding di usinya yang baru 20 tahun merupakan sebuah keberuntungan bagus. Jika menggunakan beberapa sumber daya kualitas terbaik, dia mungkin akan mencapai pendekar pilih tanding dalam satu atau dua tahun ke depan."Ini sudah malam, murid Jendral Dewangga dan Benggala Cokro sebaiknya masuk ke dalam Istana, untuk menghindari perlakuan buruk dari pangeran lain."Kali ini Intan Ayu terdiam sebelum memutuskan, dia mulai menyar
Sekar Ayu dengan wajah senang menceritakan pertemuan dirinya dengan Lanting Beruga, dan tindakan hiroik yang dilakukan oleh pemuda itu terhadap dirinya. Benar-benar cerita yang sangat bagus, membuat Intan Ayu menjadi penasaran dengan sosok pemuda tersebut. Dan hebatnya lagi, Sekar Ayu mengatakan jika dia bisa melihat wajah Lanting Beruga dengan begitu jelas, seperti dia melihat ketika malam hari. "Kau beruntung adikku," ucap Intan Ayu. "Sepertinya aku mengetahui kenapa kau bisa melihat dirinya, itu mungkin karena kau telah jatuh cinta." Mendengar kalimat itu, Sekar Ayu malah tersipu malu. Usia mereka masih 16 tahun, mana mungkin telah mengenal yang namanya cinta. Namun Intan Ayu berkata, ketika seseorang telah mengenal cinta, segala isi dunia ini akan dipenuhi dengan wajah kekasihnya. Hhh, apa kalian percaya? "Sayangnya, ceritaku tidak seindah dirimu ..." Intan Ayu kemudian menjelaskan pertemuannya dengan seorang pemuda yang setiap wak
Beberapa jam lagi sebelum malam perayaan, tampak terlihat orang tua dengan pakaian serba emas dan mahkota besar di kepalanya, sedang mengintip dari balik jendela Istana. Raja Besar Lakuning Banyu.Tua sekali orang ini, penuh dengan kerutan dan ruam hitam melingkar di bola matanya.Di luar Istana, semua rakyat kalangan atas mulai berdatangan, memberikan macam-macam hadiah untuk malam nanti."Ini akan jadi malam perayaan terbesar yang pernah diadakan oleh Sursena," seorang pria berdiri di belakang daun pintu, usianya mungkin baru 45 atau 40 tahunan."Jubarda Agung, kau tidak pernah mengecewakan diriku seperti yang dilakukan oleh kedua kakakmu," ucap Lakuning Banyu.Ya, rupanya inilah Pangeran ke tiga Sursena, Pangeran Jubarda Agung, ayah dari Putri Rismananti, seorang gadis terbaik dari tiga orang terbaik di generasi muda ini."Jikalah kau lahir lebih dahulu dari Ritra Bayu, kakak tertuamu, malam ini aku sendiri yang akan menobatkan dirimu men
"Tapi Ayah, bukankah keris ini harusnya dimiliki oleh penerus tahta?" tanya Jubarda Agung."Siapa yang bilang?" tanya Lakuning Banyu."Ritra Bayu tidak akan dapat mengendalikan kekuatan besar yang ada di dalam keris ini, dengan hati keras seperti batu."Lakuning Banyu kemudian berjalan menghampiri keris itu, perlahan meletakan telapak tangannya pada gagang keris.Memberi hormat tiga kali, Lakuning Banyu dengan dua tangannya mengulurkan keris tersebut di hadapan Jubarda Agung.Jubarda Agung sekali lagi masih berniat menolak hal itu, dia merasa tidak layak untuk memiliki sebuah pusaka kerajaan, tapi Lakunign Banyu memaksa dirinya.Menurut Lakuning Banyu, Ritra Bayu akan tenggelam ke dalam jurang yang semakin dalam, ketika keris ini berada di tangan dirinya.Seekor harimau di beri taring berbisa seperti ular kobra, menurut kalian apa yang akan terjadi kemudian? Jelas kehancuran.Lakuning Banyu menyadari Putra pertamanya akan menim
Benggala Cokro dan Dewangga boleh jadi berteman dekat, tapi diantara dua cucu mereka malah timbul perselisihan dan persaingan.Sejak kecil, baik Subansari dan Intan Ayu tidak pernah akur, selalu menunjukan keegoisan mereka, dan bertarung dengan teknik yang mereka kuasai.Ini sudah beberapa tahun lamanya, mungkin sudah tiga tahun mereka tidak bertemu, tampaknya waktu tetap tidak bisa menyatukan dua gadis cantik tersebut."Kau ingin mengikuti pertandingan ini, kalau begitu kau akan bertemu denganku," ucap Subansari, merasa jika kini teknik Awan Berarak miliknya sudah lebih kuat dari tahun-tahun sebelumnya.Intan Ayu tersenyum tipis, kemudian berpaling, "11 kali pertarungan, aku hanya kalah lima kali.""Kalau begitu aku akan membuat kekalahan yang ke enam kalinya," timpal Subansari.Di sisi lain, Sekar Ayu malah tersenyum tipis, dia jelas tidak pernah melihat bentuk wajah Subansari seperti apa, karena pertemuan mereka hanya terjadi di siang har