Sekar Ayu dengan wajah senang menceritakan pertemuan dirinya dengan Lanting Beruga, dan tindakan hiroik yang dilakukan oleh pemuda itu terhadap dirinya.
Benar-benar cerita yang sangat bagus, membuat Intan Ayu menjadi penasaran dengan sosok pemuda tersebut.
Dan hebatnya lagi, Sekar Ayu mengatakan jika dia bisa melihat wajah Lanting Beruga dengan begitu jelas, seperti dia melihat ketika malam hari.
"Kau beruntung adikku," ucap Intan Ayu. "Sepertinya aku mengetahui kenapa kau bisa melihat dirinya, itu mungkin karena kau telah jatuh cinta."
Mendengar kalimat itu, Sekar Ayu malah tersipu malu. Usia mereka masih 16 tahun, mana mungkin telah mengenal yang namanya cinta.
Namun Intan Ayu berkata, ketika seseorang telah mengenal cinta, segala isi dunia ini akan dipenuhi dengan wajah kekasihnya. Hhh, apa kalian percaya?
"Sayangnya, ceritaku tidak seindah dirimu ..." Intan Ayu kemudian menjelaskan pertemuannya dengan seorang pemuda yang setiap wak
Selagi menunngu Lanting, silahkan teman-teman baca Novel Asmara Berdarah, dijamin seru.
Beberapa jam lagi sebelum malam perayaan, tampak terlihat orang tua dengan pakaian serba emas dan mahkota besar di kepalanya, sedang mengintip dari balik jendela Istana. Raja Besar Lakuning Banyu.Tua sekali orang ini, penuh dengan kerutan dan ruam hitam melingkar di bola matanya.Di luar Istana, semua rakyat kalangan atas mulai berdatangan, memberikan macam-macam hadiah untuk malam nanti."Ini akan jadi malam perayaan terbesar yang pernah diadakan oleh Sursena," seorang pria berdiri di belakang daun pintu, usianya mungkin baru 45 atau 40 tahunan."Jubarda Agung, kau tidak pernah mengecewakan diriku seperti yang dilakukan oleh kedua kakakmu," ucap Lakuning Banyu.Ya, rupanya inilah Pangeran ke tiga Sursena, Pangeran Jubarda Agung, ayah dari Putri Rismananti, seorang gadis terbaik dari tiga orang terbaik di generasi muda ini."Jikalah kau lahir lebih dahulu dari Ritra Bayu, kakak tertuamu, malam ini aku sendiri yang akan menobatkan dirimu men
"Tapi Ayah, bukankah keris ini harusnya dimiliki oleh penerus tahta?" tanya Jubarda Agung."Siapa yang bilang?" tanya Lakuning Banyu."Ritra Bayu tidak akan dapat mengendalikan kekuatan besar yang ada di dalam keris ini, dengan hati keras seperti batu."Lakuning Banyu kemudian berjalan menghampiri keris itu, perlahan meletakan telapak tangannya pada gagang keris.Memberi hormat tiga kali, Lakuning Banyu dengan dua tangannya mengulurkan keris tersebut di hadapan Jubarda Agung.Jubarda Agung sekali lagi masih berniat menolak hal itu, dia merasa tidak layak untuk memiliki sebuah pusaka kerajaan, tapi Lakunign Banyu memaksa dirinya.Menurut Lakuning Banyu, Ritra Bayu akan tenggelam ke dalam jurang yang semakin dalam, ketika keris ini berada di tangan dirinya.Seekor harimau di beri taring berbisa seperti ular kobra, menurut kalian apa yang akan terjadi kemudian? Jelas kehancuran.Lakuning Banyu menyadari Putra pertamanya akan menim
Benggala Cokro dan Dewangga boleh jadi berteman dekat, tapi diantara dua cucu mereka malah timbul perselisihan dan persaingan.Sejak kecil, baik Subansari dan Intan Ayu tidak pernah akur, selalu menunjukan keegoisan mereka, dan bertarung dengan teknik yang mereka kuasai.Ini sudah beberapa tahun lamanya, mungkin sudah tiga tahun mereka tidak bertemu, tampaknya waktu tetap tidak bisa menyatukan dua gadis cantik tersebut."Kau ingin mengikuti pertandingan ini, kalau begitu kau akan bertemu denganku," ucap Subansari, merasa jika kini teknik Awan Berarak miliknya sudah lebih kuat dari tahun-tahun sebelumnya.Intan Ayu tersenyum tipis, kemudian berpaling, "11 kali pertarungan, aku hanya kalah lima kali.""Kalau begitu aku akan membuat kekalahan yang ke enam kalinya," timpal Subansari.Di sisi lain, Sekar Ayu malah tersenyum tipis, dia jelas tidak pernah melihat bentuk wajah Subansari seperti apa, karena pertemuan mereka hanya terjadi di siang har
Sabdo Jagat adalah kakak Cempaka Ayu, nenek dari Intan Ayu dan Sekar Ayu.Dari banyak Jendral, hanya dia yang menggunakan tongkat sebagai senjatanya.Orang tua itu, telah melewati banyak masa pahit, berharap mati setiap saat, tapi takdir tampaknya masih menunda kematian orang itu.Sebagai Jendral terkuat nomor dua, tidak ada Jendarl lain yang berani kepada orang tua itu, meski dia mengamali luka dalam yang parah.Di antara banyak Jendral yang datang, Sabdo Jagat sendiri yang tidak memabawa muridnya ke aula suci ini.Intan Ayu menanyakan dimana keberadaan Saudara sepupunya itu, tapi Sabdo Jagat bilang dia tidak perlu bertarung lagi.Cucu Sabdo Jagat adalah 1 dari 3 orang murid terbaik di generasi ini, orang yang telah mencapi pendekar tanding di usianya yang baru menginjak 21 tahun.Lanting Beruga membuka matanya, cukup terkejut mendengar penuturan itu. Dia semakin penasaran siapakah 1 orang lagi yang paling kuat dari semua murid ini.
Selang beberapa menit kemudian, Pangeran Jubarda Agung memasuki aula suci.Tahun-tahun biasanya, Pangeran Ritra Bayu yang selalu menemani para Jendral ini.Melihat kedatangan Pangeran Jubarda Agung, Dewangga dan Benggala Cokro memiliki perasaan yang cukup baik.Namun sayangnya, ada 6 Jendral lain tidak menyukai Pangeran Jubarda Agung yang dinilai tidak memiliki ketegasan dan ambisi yang jelas.Para Jendral di sini adalah penjilat, mereka sudah tahu bahwa Jubarda Agung tidak mungkin menaiki tahta, tidak pula memiliki pasukan yang kuat, jadi untuk apa menjalin hubungan baik dengan dirinya.Selebihnya, 6 Jendral yang lain, lebih mendukung Ritra Bayu yang jelas-jelas Putra Mahkota Sursena.Atau mendukung Rosalawu, yang merupakan Pangeran terkuat dan memiliki orang-orang kuat di sekitarnya.Hanya tiga Jendral Tua saja yang berada di pihak Jubarda Agung."Maaf karena yang datang bukan Putra Mahkota, dia punya urusan yang harus di
Pertarungan antar murid Jendral langsung saja terjadi di dalam Aula Suci ini. Beberapa dari mereka melepaskan pukulan yang mengandung tenaga dalam besar, dan beberapa yang lain menggunakan jurus-jurus level tinggi yang mereka miliki. Untunglah Aula Suci ini didesain secara khusus, jadi serangan pemuda-pemuda ini tidak berhasil menghancurkan bagian utama Aula Suci. Namun demikian, ada lebih banyak dekorasi di dalam Aula Suci yang hancur karena serangan mereka. Itulah kenapa setiap mengadakan pertemuan, Istana selalu membuat anggaran pengeluaran lebih besar untuk memperbaiki Aula Suci. Nyaris semua orang di sini seolah akan saling cekik, bahkan Subansari dan Intan Ayupun tidak bisa menahan godaan bertarung. "Namun hanya dia yang tetap tenang ..." Sekar Ayu tersenyum tipis melihat Lanting Beruga masih menutup matanya, seolah dia memang tidur pulas. "Bahkan tidak terusik oleh keributan ini." Ya, hanya dua orang yang sangat tenang s
Angga Nurmeda memasang wajah sinis, ini sudah lama dia tahankan. Di Desa Ranting Hijau, Angga Nurmeda melihat potensi Lanting Beruga cukup bagus dibanding semua peserta yang lain, bahkan mungkin lebih bagus dari dirinya sendiri ketika dia seumuran Lanting Beruga.Angga Nurmeda tentu saja ingin menjajal kekuatan Lanting Beruga saat itu, tapi statusnya sebagai Sesepuh Muda, akan tercoreng jika dia melawan bocah ingusan.Angga Nurmeda tidak ingin Lanting Beruga tumbuh menjadi pendekar kuat, karena hal itu, Lanting Beruga tidak terpilih menjadi salah satu dari dua orang yang akan masuk ke dalam Sekte Macan Giok.Padahal, saat itu Lanting Beruga adalah yang terbaik di desa Ranting Hijau."Angga Nurmeda ..." ucap Lanting Beruga, "kau ingin bertarung? tentu saja, tapi tidak saat ini.""Apa kau takut?" tanya Angga Nurmeda, mencibir Lanting Beruga."Takut kepadamu?" Lanting Beruga menggaruk kepalanya. "Malam nanti adalah hari perayaan, aku ingin bert
Hidup di tengah-tengah Sekte yang besar, membuat Sekar Ayu sedikit terkungkung. Hanya ada satu tugas diberikan kepada sekte, yaitu berlatih keras.Menjadi gadis kuat bukan keinginan Sekar Ayu, tapi semua orang di Sekte Pedang Emas beranggapan jika gadis ini akan menjadi seorang pendekar kuat dimasa depan, dengan mata 'iblis itu'Sekar Ayu hanya menguasai jurus dasar dari Sekte Pedang Emas, itu sudah dia latih ketika umurnya baru 8 tahun hingga sekarang 16 tahun.Sementara di sisi lain, Intan Ayu bahkan mulai menguasai jurus-jurus level tinggi.Tenaga dalam Sekar Ayu juga tidak terbilang besar, dia sebanding dengan pendekar awal perak.Namun semua orang menolak untuk bertarung melawan dirinya, bahkan Intan Ayu sendiri hampir saja mati karena Sekar Ayu."Aku rasa kita memiliki kesamaan ..." ucap Lanting Beruga. "Ya, meski lebih banyak perbedaannya.""Hikhikhik ... kau mungkin hanya ingin menghiburku.""Apa kau tidak lapar?" tanya