Hidup di tengah-tengah Sekte yang besar, membuat Sekar Ayu sedikit terkungkung. Hanya ada satu tugas diberikan kepada sekte, yaitu berlatih keras.
Menjadi gadis kuat bukan keinginan Sekar Ayu, tapi semua orang di Sekte Pedang Emas beranggapan jika gadis ini akan menjadi seorang pendekar kuat dimasa depan, dengan mata 'iblis itu'
Sekar Ayu hanya menguasai jurus dasar dari Sekte Pedang Emas, itu sudah dia latih ketika umurnya baru 8 tahun hingga sekarang 16 tahun.
Sementara di sisi lain, Intan Ayu bahkan mulai menguasai jurus-jurus level tinggi.
Tenaga dalam Sekar Ayu juga tidak terbilang besar, dia sebanding dengan pendekar awal perak.
Namun semua orang menolak untuk bertarung melawan dirinya, bahkan Intan Ayu sendiri hampir saja mati karena Sekar Ayu.
"Aku rasa kita memiliki kesamaan ..." ucap Lanting Beruga. "Ya, meski lebih banyak perbedaannya."
"Hikhikhik ... kau mungkin hanya ingin menghiburku."
"Apa kau tidak lapar?" tanya
Tepat pada tengah malam, rakyat kalangan atas telah berkumpul di depan Istana Sursena, sementara rakyat dikalangan bawah, harus mendekam di rumah mereka masing-masing. Prajurit menjaga semua tempat di pulau kecil ini.Malam perayaan ulang tahun Raja Lakuning Banyu begitu meriah tahun ini. Paling meriah dari setiap perayaan yang diadakan di Istana.Lampu temaram menghiasi setiap sisi dunia itu, membuat malam ini hampir seperti tengah hari."Ibu ada tarian yang cantik ...""Ibu aku ingin makannan itu!"Makanlah apa yang ada, Istana telah menyewa pedagang makanan di sini, dan semuanya gratis.Anak-anak begitu bergembira, memakai pakaian baru dan minyak wangi."Panjang umur Yang Mulia Raja ...""Panjang Umur ...""Semoga kau diberkahi hidup lebih lama!""Semoga diberkahi!"Terdengar teriakan riuh dari mulut rakyat Sursena. Letusan kembang api berkobar di atas Istana Surensa, begitu cantik dan
Yang pertama kali muncul adalah Putri Rismananti, gadis cantik dengan tubuh tinggi. Dia membawa sebuah pedang, berjalan tenang seperti air yang menghanyutkan.Semua gadis, ingin seperti dirinya, cantik dan kuat. Dia melambangkan kekuatan dari dewi kayangan, begitu bijak dalam mengambil keputusan.Kemudian di susul oleh pemuda lain. Altar Buana, cucu Jendral ke dua Sabdo Jagat.Selain tampan, Altar Buana kabarnya begitu ramah dan baik hati. Sifat ptriot yang dia miliki, mungkin diturunkan dari Kakeknya.Sama hal seperti Sabdo Jagat, dia membawa sebuah tongkat bercorak emas, dengan ukiran cantik menghiasai pangkal dan ujung tongkat tersebut.Konon katanya, tongkat itu dibuat dari tulang ular yang berhasil dia bunuh ketika sedang menjalankan misi berbahaya."Meski mungkin bukan sebuah pusaka, tapi aku merasakan tongkat itu mengeluarkan aura yang kuat ..." Dewangga baru saja memberikan tanggapan."Tentu saja, itu adalah ular b
Lanting Beruga mendapatkan kursi paling belakang sekali di deretan perserta. Setiap kursi memiliki nomor, yang merupakan nomor urut dari tenaga dalam mereka.Ada sebuah batu mustika berwarna putih, yang digunakan untuk mengukur kadar tenaga dalam seseorang dengan tepat.Setiap peserta hanya perlu mengalirkan tenaga dalam mereka pada batu mustika itu, lalu akan timbul satuan tenaga dalam mereka dalam bentuk garis melengkung yang bercahaya seperti pelangi.Sayang sekali, Lanting Beruga tidak memiliki tenaga dalam, jadi tidak ada garis cahaya melengkung dari batu mustika itu.Dan jelas saja, dia adalah peserta yang paling lemah."Aku pikir dia hanya memiliki tenaga dalam yang kecil, tapi rupanya dia sama sekali tidak memiliki tenaga dalam.""Omong kosong macam apa ini, aku tidak pernah menemukan orang seperti dirinya.""Dia lebih buruk dari sampah," ucap Ritra Banyu."Jendral tua itu ... dia memang sudah pikun."Setelah beb
Loka masih tersenyum, tapi raut wajahnya sedikit masam ketika Lanting Beruga mengeluarkan sebilah pedang dari telapak tangannya."Dia telah membuat tanda samudra?""Hanya orang yang sangat kaya bisa membuat tanda itu!""Siapa sebenarnya pemuda ini?"Para Jendral mulai berbisik, yang lain menganggap Lanting Beruga adalah anak orang kaya yang menyamar sebagai orang miskin, sementara yang lain malah menganggap Dewangga benar-benar pikun karena mau membiayai pembuatan Tanda Samudra."Hanya karena kau memiliki tanda samudra, bukan berarti kau bisa mengalahkanku!" Loka kembali mencibir.Dengan sombongnya, dia memasang kuda-kuda pertahanan. "Jurus Dinding Menahan Badai.""Bisikan Dewa Kematian."Dengan otot kuatnya, Lanting Beruga menderu dengan cepat, mengayunkan pedangnya yang langsung mengenai tubuh Loka.Murni serangan pisik, tidak ada bantuan dari roh api. Jurus Bisikan Dewa Kematian benar-benar tidak bisa di bendung lawan
Satu-satunya orang yang tidak tergiur oleh hadiah itu hanyalah Lanting Beruga. 100 sumber daya pengeras tulang tidak biasa memuaskan dirinya, karena level pisik pemuda itu sudah sangat tinggi. Jadi dia tidak akan menantang siapapun, dan memilih untuk menutup matanya, kembali hanyut di dalam pemahaman. "Aku ingin menantang Bandang Sura!" Seorang peserta yang ada di nomor 12 berdiri. Dari tadi Bandang Sura dan dua orang lain memang belum tersentuh tantangan peserta lain. Pria botak yang duduk di sebelah Angga Nurmeda itu hanya sibuk membaca buku yang entah apa isinya, segera berdiri. "Siapa yang menantangku?" "Aku!" jawab pria tadi. Bandang Sura tidak menolak tantangan, secara tenaga dalam dia adalah nomor dua terkuat dari seluruh peserta, di belakang Angga Nurmeda. Hanya ada satu orang yang dapat mengalahkannya, Angga Nurmeda itu sendiri, pikir Bandang Sura. Bandang Sura melompat ke atas Arena Pertandingan, diikuti oleh
Bandang Sura, menatap Subansari dengan tajam, dia berpikir akan menahan teknik apapun yang diarahkan ke tubuhnya, meski itu adalah Teknik Awan Berarak level tinggi sekalipun.-Tarian Dewa Angin-Jendral Dewangga sedikit terkejut, dia belum pernah mengajari Subansari jurus tarian dewa angin, jadi darimana dia belajar jurus tersebut.Satu-satunya orang yang terlintas di pikiran Dewangga adalah Lanting Beruga, mungkin pemuda itu yang mengajarinya.Benggala Cokro mengelus dagunya, tidak menduga jika Subansari telah menguasai jurus level tinggi dari Sekte Awan Berarak."Gadah Perungu Dewa."Bandang Sura tidak ingin kalah, jadi dia mengeluarkan jurus tertinggi yang dia miliki.Satu helai daun melayang di antara mereka berdua, seolah tanda bersiap untuk menyerang.Ketika daun itu jatuh tepat di dasar arena, dua orang itu bergerak bersamaan.Wush ...sing.Subansari melewati tubuh Bandang Sura, tapi pedangnya kini berlumur
Intan Ayu dan Danur Dara mulai bertarung dengan sengit, pemuda yang menggunakan tombak dan gadis yang menggunakan pedang.Teknik pedang emas cendrung menggunakan serangan jarak jauh, melepaskan energi pedang untuk menyerang lawan. Dan pada puncak dari kekuatan teknik tersebut, mereka bisa mengendalikan pedang seperti mengendalikan jari tangan mereka sendiri. Seperti yang ditunjukan oleh Benggala Cokro ketika bertarung di atas kapal.Di sisi lain, Lanting Beruga mengamati semua gerakan yang ditunjukan oleh Intan Kumala dan juga Danur Dara.Secara alamiah, pemuda itu bisa meniru jurus yang dia lihat. Bukankah dia juga menghapal Tarian Dewa Angin hanya dengan melihatnya saja?"Benar, aku melihat gerakan itu!" ucap Lanting Beruga. "Gerakan yang dilakukannya ketika mengahadapi para perampok."Lanting Beruga tersenyum kecil, gerakan Intan Kumala ketika menyelamatkannya dahulu masih tergambar jelas di pikirannya, dan hari ini dia bisa melihat gerakan itu
Siapa yang ditantang Angga Nurmeda? dia adalah orang nomor satu, apa lagi yang dia harapkan?Banyak orang berpikir demikian."Aku menantang dia?!" Angga Nurmeda menunjuk ke arah Lanting Beruga yang masih terpejam, tapi kali ini pemuda itu membagi kesadarannya, sehingga masih mendengar suara dari luar alam sadaranya."Kenapa kau menantang dirinya?" Subansari langsung protes, "dia berada di nomor 8, tidak berminat berurusan dengan siapapun, lalu kenapa kau malah mengusiknya?""Aku tidak peduli dengan hadiah atau apapun namanya, aku ingin bertarung dengan Lanting Beruga," ucap Angga Nurmeda.Pemuda itu menarik pedangnya, berjalan ke arah Arena Pertandingan, lalu mengarahkan mata pedang pada Lanting Beruga."Kau mendengarku, bukan?" tanya Angga Nurmeda.Di sebelah Lanting Beruga, Sekar Ayu mengepalkan telapak tangannya karena kesal, dia tidak bisa terima Angga Nurmeda mempermalukan Lanting Beruga.Namun, Lanting Beruga menepuk tang