Selang beberapa menit kemudian, Pangeran Jubarda Agung memasuki aula suci.
Tahun-tahun biasanya, Pangeran Ritra Bayu yang selalu menemani para Jendral ini.
Melihat kedatangan Pangeran Jubarda Agung, Dewangga dan Benggala Cokro memiliki perasaan yang cukup baik.
Namun sayangnya, ada 6 Jendral lain tidak menyukai Pangeran Jubarda Agung yang dinilai tidak memiliki ketegasan dan ambisi yang jelas.
Para Jendral di sini adalah penjilat, mereka sudah tahu bahwa Jubarda Agung tidak mungkin menaiki tahta, tidak pula memiliki pasukan yang kuat, jadi untuk apa menjalin hubungan baik dengan dirinya.
Selebihnya, 6 Jendral yang lain, lebih mendukung Ritra Bayu yang jelas-jelas Putra Mahkota Sursena.
Atau mendukung Rosalawu, yang merupakan Pangeran terkuat dan memiliki orang-orang kuat di sekitarnya.Hanya tiga Jendral Tua saja yang berada di pihak Jubarda Agung.
"Maaf karena yang datang bukan Putra Mahkota, dia punya urusan yang harus di
Pertarungan antar murid Jendral langsung saja terjadi di dalam Aula Suci ini. Beberapa dari mereka melepaskan pukulan yang mengandung tenaga dalam besar, dan beberapa yang lain menggunakan jurus-jurus level tinggi yang mereka miliki. Untunglah Aula Suci ini didesain secara khusus, jadi serangan pemuda-pemuda ini tidak berhasil menghancurkan bagian utama Aula Suci. Namun demikian, ada lebih banyak dekorasi di dalam Aula Suci yang hancur karena serangan mereka. Itulah kenapa setiap mengadakan pertemuan, Istana selalu membuat anggaran pengeluaran lebih besar untuk memperbaiki Aula Suci. Nyaris semua orang di sini seolah akan saling cekik, bahkan Subansari dan Intan Ayupun tidak bisa menahan godaan bertarung. "Namun hanya dia yang tetap tenang ..." Sekar Ayu tersenyum tipis melihat Lanting Beruga masih menutup matanya, seolah dia memang tidur pulas. "Bahkan tidak terusik oleh keributan ini." Ya, hanya dua orang yang sangat tenang s
Angga Nurmeda memasang wajah sinis, ini sudah lama dia tahankan. Di Desa Ranting Hijau, Angga Nurmeda melihat potensi Lanting Beruga cukup bagus dibanding semua peserta yang lain, bahkan mungkin lebih bagus dari dirinya sendiri ketika dia seumuran Lanting Beruga.Angga Nurmeda tentu saja ingin menjajal kekuatan Lanting Beruga saat itu, tapi statusnya sebagai Sesepuh Muda, akan tercoreng jika dia melawan bocah ingusan.Angga Nurmeda tidak ingin Lanting Beruga tumbuh menjadi pendekar kuat, karena hal itu, Lanting Beruga tidak terpilih menjadi salah satu dari dua orang yang akan masuk ke dalam Sekte Macan Giok.Padahal, saat itu Lanting Beruga adalah yang terbaik di desa Ranting Hijau."Angga Nurmeda ..." ucap Lanting Beruga, "kau ingin bertarung? tentu saja, tapi tidak saat ini.""Apa kau takut?" tanya Angga Nurmeda, mencibir Lanting Beruga."Takut kepadamu?" Lanting Beruga menggaruk kepalanya. "Malam nanti adalah hari perayaan, aku ingin bert
Hidup di tengah-tengah Sekte yang besar, membuat Sekar Ayu sedikit terkungkung. Hanya ada satu tugas diberikan kepada sekte, yaitu berlatih keras.Menjadi gadis kuat bukan keinginan Sekar Ayu, tapi semua orang di Sekte Pedang Emas beranggapan jika gadis ini akan menjadi seorang pendekar kuat dimasa depan, dengan mata 'iblis itu'Sekar Ayu hanya menguasai jurus dasar dari Sekte Pedang Emas, itu sudah dia latih ketika umurnya baru 8 tahun hingga sekarang 16 tahun.Sementara di sisi lain, Intan Ayu bahkan mulai menguasai jurus-jurus level tinggi.Tenaga dalam Sekar Ayu juga tidak terbilang besar, dia sebanding dengan pendekar awal perak.Namun semua orang menolak untuk bertarung melawan dirinya, bahkan Intan Ayu sendiri hampir saja mati karena Sekar Ayu."Aku rasa kita memiliki kesamaan ..." ucap Lanting Beruga. "Ya, meski lebih banyak perbedaannya.""Hikhikhik ... kau mungkin hanya ingin menghiburku.""Apa kau tidak lapar?" tanya
Tepat pada tengah malam, rakyat kalangan atas telah berkumpul di depan Istana Sursena, sementara rakyat dikalangan bawah, harus mendekam di rumah mereka masing-masing. Prajurit menjaga semua tempat di pulau kecil ini.Malam perayaan ulang tahun Raja Lakuning Banyu begitu meriah tahun ini. Paling meriah dari setiap perayaan yang diadakan di Istana.Lampu temaram menghiasi setiap sisi dunia itu, membuat malam ini hampir seperti tengah hari."Ibu ada tarian yang cantik ...""Ibu aku ingin makannan itu!"Makanlah apa yang ada, Istana telah menyewa pedagang makanan di sini, dan semuanya gratis.Anak-anak begitu bergembira, memakai pakaian baru dan minyak wangi."Panjang umur Yang Mulia Raja ...""Panjang Umur ...""Semoga kau diberkahi hidup lebih lama!""Semoga diberkahi!"Terdengar teriakan riuh dari mulut rakyat Sursena. Letusan kembang api berkobar di atas Istana Surensa, begitu cantik dan
Yang pertama kali muncul adalah Putri Rismananti, gadis cantik dengan tubuh tinggi. Dia membawa sebuah pedang, berjalan tenang seperti air yang menghanyutkan.Semua gadis, ingin seperti dirinya, cantik dan kuat. Dia melambangkan kekuatan dari dewi kayangan, begitu bijak dalam mengambil keputusan.Kemudian di susul oleh pemuda lain. Altar Buana, cucu Jendral ke dua Sabdo Jagat.Selain tampan, Altar Buana kabarnya begitu ramah dan baik hati. Sifat ptriot yang dia miliki, mungkin diturunkan dari Kakeknya.Sama hal seperti Sabdo Jagat, dia membawa sebuah tongkat bercorak emas, dengan ukiran cantik menghiasai pangkal dan ujung tongkat tersebut.Konon katanya, tongkat itu dibuat dari tulang ular yang berhasil dia bunuh ketika sedang menjalankan misi berbahaya."Meski mungkin bukan sebuah pusaka, tapi aku merasakan tongkat itu mengeluarkan aura yang kuat ..." Dewangga baru saja memberikan tanggapan."Tentu saja, itu adalah ular b
Lanting Beruga mendapatkan kursi paling belakang sekali di deretan perserta. Setiap kursi memiliki nomor, yang merupakan nomor urut dari tenaga dalam mereka.Ada sebuah batu mustika berwarna putih, yang digunakan untuk mengukur kadar tenaga dalam seseorang dengan tepat.Setiap peserta hanya perlu mengalirkan tenaga dalam mereka pada batu mustika itu, lalu akan timbul satuan tenaga dalam mereka dalam bentuk garis melengkung yang bercahaya seperti pelangi.Sayang sekali, Lanting Beruga tidak memiliki tenaga dalam, jadi tidak ada garis cahaya melengkung dari batu mustika itu.Dan jelas saja, dia adalah peserta yang paling lemah."Aku pikir dia hanya memiliki tenaga dalam yang kecil, tapi rupanya dia sama sekali tidak memiliki tenaga dalam.""Omong kosong macam apa ini, aku tidak pernah menemukan orang seperti dirinya.""Dia lebih buruk dari sampah," ucap Ritra Banyu."Jendral tua itu ... dia memang sudah pikun."Setelah beb
Loka masih tersenyum, tapi raut wajahnya sedikit masam ketika Lanting Beruga mengeluarkan sebilah pedang dari telapak tangannya."Dia telah membuat tanda samudra?""Hanya orang yang sangat kaya bisa membuat tanda itu!""Siapa sebenarnya pemuda ini?"Para Jendral mulai berbisik, yang lain menganggap Lanting Beruga adalah anak orang kaya yang menyamar sebagai orang miskin, sementara yang lain malah menganggap Dewangga benar-benar pikun karena mau membiayai pembuatan Tanda Samudra."Hanya karena kau memiliki tanda samudra, bukan berarti kau bisa mengalahkanku!" Loka kembali mencibir.Dengan sombongnya, dia memasang kuda-kuda pertahanan. "Jurus Dinding Menahan Badai.""Bisikan Dewa Kematian."Dengan otot kuatnya, Lanting Beruga menderu dengan cepat, mengayunkan pedangnya yang langsung mengenai tubuh Loka.Murni serangan pisik, tidak ada bantuan dari roh api. Jurus Bisikan Dewa Kematian benar-benar tidak bisa di bendung lawan
Satu-satunya orang yang tidak tergiur oleh hadiah itu hanyalah Lanting Beruga. 100 sumber daya pengeras tulang tidak biasa memuaskan dirinya, karena level pisik pemuda itu sudah sangat tinggi. Jadi dia tidak akan menantang siapapun, dan memilih untuk menutup matanya, kembali hanyut di dalam pemahaman. "Aku ingin menantang Bandang Sura!" Seorang peserta yang ada di nomor 12 berdiri. Dari tadi Bandang Sura dan dua orang lain memang belum tersentuh tantangan peserta lain. Pria botak yang duduk di sebelah Angga Nurmeda itu hanya sibuk membaca buku yang entah apa isinya, segera berdiri. "Siapa yang menantangku?" "Aku!" jawab pria tadi. Bandang Sura tidak menolak tantangan, secara tenaga dalam dia adalah nomor dua terkuat dari seluruh peserta, di belakang Angga Nurmeda. Hanya ada satu orang yang dapat mengalahkannya, Angga Nurmeda itu sendiri, pikir Bandang Sura. Bandang Sura melompat ke atas Arena Pertandingan, diikuti oleh