“Lebih baik kita kembali Aryan!”
Laila mengajak Aryan untuk kembali ke padepokan. “Baiklah,” ujar Aryan. Sampai di padepokan Aryan kembali ke kamarnya. ‘Sepertinya aku harus istirahat, tempat ternyaman adalah kamar sendiri’ Aryan sambil merebahkan tubuhnya namun, tiba-tiba tangannya ada yang menahannya di sisi kiri dan kanan nya. “Akkhh, lepaskan!!” teriak Aryan. Aryan berusaha melihat sosok yang sedang berada di kamarnya. Sosok itu membawa sebuah tongkat besi dengan tubuh besar, dia mendekati Aryan. “Aryan, kamu harus meneruskan ritual itu!!” ucap sosok itu. “Siapa kau?” tanya Aryan. “Ha-ha-ha, aku? Yang jelas nyawamu ada di genggamanku!!” ujarnya. “Jin Marid!?” tegas Aryan “Akhirnya kau tahu, jadi lakukan apa yang telah diperintahkan, demi Sudiro,” jelas Jin Marid. “Tidak akan!!” tegas Aryan. “Kau tahu dia pengikut setiaku,” jelas Jin Marid. Kukunya menyentuh wajah Aryan dan lari ke perutnya. Tanpa banyak bicara kukunya di tancapkan ke pusarnya. Cruuttt!! Perut Aryan mengeluarkan darah, Aryan merasakan sakit yang tak tertahankan, sedangkan Jin Marid itu meninggalkan Aryan , tanpa rasa bersalah. “Berhenti!!” teriak Aryan. Buggkhh!! Aryan terjatuh dari tempat tidurnya. “Aduh, sialan Cuma mimpi,” ujar Aryan. Dia melihat perutnya , dia kaget ada bekas seperti luka yang tertusuk namun, dia tidak menemukan luka itu. “Hm, apakah ini sebuah firasat dan petunjuk?” ucap Aryan. Aryan terdiam lalu mencoba duduk di bibir ranjang. Dia mendengar sesuatu, suara orang meminta tolong. “Tolong, tolong, tolong ...” Suara itu jelas namun, sangat jauh. Aryan coba mendekati sumbernya dan asalnya yang tidak dia tahu. Dia coba membuka gorden jendela, begitu dia melihat. Mata Aryan melotot seperti tidak percaya saat melihatnya. “Mamaaaa ...!!” teriaknya. Wanita dengan balutan kain putih seperti sedang tersiksa, wajahnya menangis meminta tolong pada Aryan. Wanita itu ternyata adalah mamanya. Aryan mendekati mamanya, dia coba melihat lebih dekat, begitu kain putih itu tersingkap tampak tubuhnya sedang di ikat oleh rantai besi. Aryan coba melepaskannya tapi rantai itu sangat panas. “Mama, ini benar mama?” tanya Aryan bingung. Dia mencoba membuka mata batinnya dan mengeluarkan ilmu kanuragannya “Pendingin Jiwa” Tiba-tiba tubuhnya dingin seperti salju, guna melepaskan ikatan rantai tersebut. “Jangan Aryan, biarkan saja, mama tidak akan bisa kembali saat ini.” Ucapnya. Aryan tetap ingin melepaskan ikatan rantai yang menyiksa mamanya. Dhuarrr!! Suara perlawanan antara panas dan dingin membuat Aryan terhempas jauh, sedangkan mamanya ditarik oleh makhluk mengerikan, dengan gigi taring tajam dia menggenggam mamanya Aryan. “Hentikan, jangan siksa mamaku!!” teriak Aryan. Sebuah gerakan memutar dari kedua tangannya lalu kakinya yang digerakkan setengah lingkaran. Sebuah sinar berwarna biru dihempaskan untuk sosok yang mengerikan tersebut Buggkkhh!! Dhuaar!! Sosok itu tumbang tapi masih bisa berdiri seketika itu juga Aryan bingung, padahal dia sudah melepaskan ilmu penghancur sukma. “Ingat Aryan selama kau memegang buku itu, aku akan tetap memanfaatkan mereka yang berada di peti tersebut,” ujar sosok itu. Lalu sosok itu menghilang membawa wanita yang masih dalam genggamannya. Aryan duduk lemas, bingung harus bagaimana, dia berpikir seperti sedang makan buah simalakama serba salah. Dia kembali ke kamarnya, untuk mencari jalan keluarnya, apa yang harus dia lakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam perguruan Naga Hitam. Tok! Tok! Aryan segera membuka pintunya , di depannya Laila berdiri dengan wajah pucat. “Ada apa Laila?” tanya Aryan. “Cepat, kita harus keluar dari padepokan!!” ajak Laila. Aryan mendengar suara petir menggelegar di langit pertanda akan ada kejadian. Semua warga dan murid-murid berhamburan mereka mendatangi Aryan. “Ayo guru kita harus pergi!!” ucap salah satu warga padepokan Naga Hitam Aryan berlari keluar dia melihat sesuatu di langit. Seekor naga berwarna hitam. “Kenapa dia bisa keluar?” tanya Aryan. “Pasti ada yang berhasil menghancurkan persembunyiannya.” Jawab Laila. Tiba-tiba Aryan mencoba melompat ke atas kepala Naga itu, untuk menenangkannya. Aaarrggkkhh!!! Mata merah, dan kakinya yang ingin mencabik-cabik orang sekitarnya, Aryan sudah berdiri di atas kepalanya. Telapak tangannya di letakkan di atas kening naga hitam. Laila kagum, ketika melihat Aryan dengan cepat menguasai ilmu itu. Tampak Aryan melayang di udara, dia mencoba membuat sebuah lingkaran cahaya. Seketika itu juga warga dan murid sujud di hadapan Aryan. Semua mata tercengang saat Naga Hitam tiba-tiba menjadi sebuah pedang. “Apa!?” . Bersambung“Pedang Naga Ibra,” Pedang itu masuk ke tubuh Aryan, sinarnya membuat silau mata yang mendekatinya. Aryan saat itu turun dari udara, lalu tak sadarkan diri. Murid-murid menangkap tubuhnya dan menggotongnya ke dalam padepokan.Tubuh Aryan saat itu berubah, lebih berisi dari sebelumnya dadanya dan perutnya penuh otot. Wajahnya yang tampan menambah kejantanannya sebagai seorang pria.“Kenapa mbak? Sepertinya mbak jatuh hati?” tanya Ari sambil senyum-senyum.“Hussh, kamu berisik,” jawab Laila tersipu malu.Tak lama Aryan siuman, dia terkejut saat melihat sudah berada di tengah banyak orang. “Hem, kenapa saya di sini?” tanya Aryan.Laila mendekatinya , dia tersenyum dan memberi hormat kepada Aryan. Sedangkan Aryan masih dengan kebingungannya.‘Sepertinya dia belum mengetahui dan paham dengan ilmu yang dimilikinya’ ujar Laila dalam hatinya.Tanpa ragu Laila mengatakan pada Aryan bahwa dia sudah menguasai semua ilmu Naga Hitam. Namun, Aryan masih dengan wajah kepolosannya hanya tersenyum.
“Ha,ha,ha, aku kembali.”Suara tawa Sudiro membuat semua kaget terlebih Laila, dia melangkah mundur.Sudiro terlihat seperti bukan dirinya, tubuhnya berwarna gelap, petir keluar dari kedua belah tangannya.Aryan sempat melihat Sudiro ke bawah dan teriak agar jangan menyentuh Laila.“Dika, kenapa kau melakukan ini?’ tanya Aryan.“Demi padepokan dan guru Sudiro,” jawabnya.“Itu artinya kalian bersekongkol agar kalian bisa hidup abadi?” Aryan sangat marah, dia pun memberikan pukulan demi pukulan kepada Dika.Dika mengetahui teknik Aryan yang dilemparkan kepadanya.“Aryan! Menyerahlah!” tiba-tiba Sudiro berbicara. Dia ikut menyerang Aryan dengan pukulan mautnya. Pertama kalinya, pukulan tersebut mengenai dada Aryan. Bugkkh!!Dhuarr!!Aryan terjatuh ke tanah, saat dia ingin bangun Sudiro melempar sebuah pukulan angin yang dahsyat. Wushh!! Duggkhh!!“Aryan!” Laila mengejar Aryan secepat kilat dan menangkapnya. “Terima kasih Laila,” ucapnya.Aryan memegang dadanya yang terasa sedikit
“Tolong, tolong!!” Suara memanggil dan minta tolong dari dalam lubang makam itu. Ari yang masih berdiri mematung dikejutkan dengan tepukan tangan Laila.“Ari, ada apa?” tanya Laila.“I-itu mbak,” tunjuk Ari.Laila dan Aryan mendekati makam itu, dia melihat bangkai manusia yang naik ke atas kuburan.Mayat itu hidup lalu berjalan dengan merangkak ke arah mereka, beberapa makam juga ikut terbuka. Semua penghuni kubur merayap seperti seekor cecak yang hendak memangsa. “Kita pergi dari sini!” Aryan mengajak semua untuk menjauhi tempat tersebut namun, tiba-tiba sebuah selendang berwarna putih melayang ke udara, mengejar mereka.Seeett!! Breeet!!Laila pun terjerat oleh kain itu, dia tidak bisa bernafas sampai wajahnya memerah.“Huufftt, huuftt, A-Aryan ...” Aryan yang sempat menghindar, mencoba membantu mereka semua. Walaupun kini dia sedang diserang oleh mayat-mayat hidup. Dia melompat ke atas kain tersebut lalu mencabik kain tersebut.‘Aku tahu ini pasti ulah kakek juga, aku har
“Aryaaaannn!!” Laila yang melihat Aryan terkapar dengan tetesan darah dari hidung dan mulutnya. Dia segera menolongnya, sedikit panik namun, dia dan Ari dengan sigap memberi energi lewat tenaga dalam mereka. “Mbak, roh Mas Aryan terperangkap. Bagaimana kita menolongnya?” tanya Ari. “Hufft,” Laila hanya menarik nafas. Laila mencari jalan keluar agar bisa menolong Aryan, dia mencoba bersemedi. Agar bisa bertemu kakeknya yang seorang guru aliran putih. Tak lama Laila menemuinya di sebuah persimpangan. Dia memakai baju putih dengan sorbannya. “Assalamualaikum kakek Bagas Sudrajat,” sapa Laila. “Walaikumsalam...” sahutnya dia memalingkan wajahnya ke Laila. Wajah yang senduh dan cukup teduh, dia melihat cucunya. Ternyata dia bisa mengetahui maksud kedatangannya. Kakek yang bernama Bagas Sudrajat tanpa basa-basi dia langsung memberi tahu kepada Laila. “Laila, kamu pergi ke arah selatan, ambil beberapa daun Nirwana di dekat cadas tersebut dan temui aku di sana.” Jelasny
Dhuarrr!! Suara petir bersahutan saat dua orang pendekar sedang bertarung. Bagas mencoba mengalahkan Sudiro dan ingin menolong Aryan yang sudah terjerat di kain kafan wasiat. “Jangan coba berani mengganggu urusanku!” bentak Sudiro. “Kau sudah salah jalan,” ucap Bagas. Hiiaaaakkk!!! Terjadilah adu kekuatan tenaga dalam yang mengakibatkan dentuman seperti suara bom yang di jatuhkan. Dhuaaar!! ‘Aku pikir dia tidak bisa menangkisnya’ batin Sudiro. Bagas mencoba mengeluarkan tasbihnya, lalu dia melemparkan ke arah Sudiro. Sebelum itu terjadi, Sudiro sudah mengetahuinya, akhirnya dia membangkitkan makhluk yang berada di dalam kubur. Semua terlihat sangat menjijikkan, Bagas yang terlihat tenang membuat Sudiro sedikit panik. Roh-roh yang berada di peti seketika berteriak meminta tolong agar mereka di lepaskan. “Toloonng, tolong, Aryan banguun!!” teriak salah satu roh tersebut. Bagas mendengar suara tersebut, seperti mengenalnya. Dia mencoba menyimaknya, akhirnya
Hentikannn!!!Dika membawa Laila yang sudah terikat tak berdaya, membuat Aryan menghentikan kegiatannya. Dia berdiri meminta agar Dika melepaskan ikatan Laila. “Lepaskan Laila Dika!!” teriak Aryan.“Ha-ha-ha, tidak bisa. Kenapa kamu tidak mau memberi apa yang kami minta,” ujar Dika.“Mati pun aku, pedang dan buku itu tidak akan kau dapatkan!” seru Aryan.“Tapi pedang itu sudah berada di tangan Sudiro, kami bisa menguasai semua ilmu persilatan dan dengan keabadiannya,” jelas Dika.“Silah kan saja, Naga Hitam tidak akan menyatu dengan hati orang yang busuk seperti kalian!!” teriak Aryan geram.Wajah Dika berubah seketika, mendengar ucapan Aryan yang penuh amarah. Dia merasa ucapan Aryan tidak main-main. Saat Laila sadar, dia melihat Aryan sedang berdebat dengan Dika seketika itu juga dia teriak meminta tolong kepada Aryan. “Aryannnn!!!” tteriak Laila.Dika menoleh, sambil tersenyum tipis. Dia tahu kalau Laila tidak akan bisa lepas dari ikatan kain kafan tersebut. “Dika, kamu
Auuuww ...Suara serigala bersahutan tanpa henti, Laila dan Ari harus menghadapi masalah yang lebih berat. Di depan mereka jin dengan ukuran 5 kali lipat dari manusia. Baunya yang sangat busuk membuat perutnya mual. “Laila, apa kau bisa mengalahkan jin itu?” tanya Aryan lemah. “Tenang saja Aryan, kamu coba duduk di sini dulu.” Jawab Laila. Jin itu mendekati Aryan, bahkan dia mengendus baunya. Laila mencoba menarik jin tersebut dengan kekuatannya. Tampak wajahnya semakin garang begitu tahu Laila mencoba mencegahnya. Jin itu mendekatinya, Laila memperhatikan langkahnya.Grrrhhhh, “Kau manusia berani datang ke kawasan ini lalu membawa manusia dengan keadaan terluka, sama saja kau menyerahkan nyawamu,” ucap jin itu bergema. “Kami hanya ingin mencari jalan keluar dari sini,” ujar Laila. “Ha-ha-ha, kalian tidak bisa keluar dari sini.” Ucap jin tersebut.Ari yang sejak tadi diam, dia melihat di kaki jin tersebut ada rantai yang mengikatnya, dia berpikir itu artinya jin yang merek
“Jangaaann!!” Laila merasa bersalah begitu melihat Aryan di bawa oleh Jin Marid, penyesalannya yang tidak bisa menyelamatkannya. Kini nasibnya akan lebih buruk bersama Ari, saat mereka mendekati Laila. “Laila, kamu akan tetap menjadi budak kami,” ucap Sudiro.“Sekarang ikut bersama kami.” Ujar Dika.Tanpa perlawanan mereka harus ikut bersama mereka, Laila dan Ari saling melihat dan tampak pasrah. Namun, mereka punya rencana. Berhasil keluar dari alam ini akan mudah dia mencari bagaimana menyelamatkan Aryan.Sudiro membuka jalan untuk mereka ke dunia nyata, walaupun dalam keadaan tak berdaya Laila berusaha meninggalkan jejak di tempat tersebut. Tak lama sampailah mereka di padepokan Naga Hitam. Beberapa murid dan warga di sana kaget, melihat kedatangan Sudiro kembali. Kepala mereka tertunduk saat mata Sudiro tajam melihat mereka.“Perhatian, sekarang kalian harus bisa menuruti apa yang di katakan oleh kakek guru Sudiro!!” ujar Dika. Semua hening, tak berani menjawab, bakal terjad
Serangan itu membuat anak buah Aryan kebingungan, lawan yang mereka hadapi adalah makhluk yang tidak harus mereka temui. Grrrkkhhh!Suara yang keluar dari mulut tersebut, makhluk itu tidak sendiri. Ada beberapa yang mendekati mereka dengan melayang. Laila ikut membantunya, perjalanan kali ini amat sulit. “Kalian harus waspada!” seru Aryan. “Baik tuan,” Semua melanjutkan perjuangan mereka, kali Aryan bergegas melumpuhkan mereka. sebab dia tak ada waktu untuk semua ini. Dia ingin menuntaskan semua apa yang telah terjadi. Bukan selesai tapi justru perlawanan di antara mereka semakin panas. Sosok yang mengerikan keluar dari dalam tanah. Seolah-olah mereka terpanggil untuk mengalahkan Aryan. Aryan tertegun begitu melihat mereka sudah bersiap menghabisinya, dengan mata elangnya, dia mencari kelemahan mereka. Makhluk itu berubah menjadi serigala buas yang menerkamnya lalu menerjangnya. Ggrrkkkhh, aaakkhh!!Aryan melawan sekuat tenaganya, dia mengeluarkan pedang, sinar dari pedang
Saat Aryan mendekatinya, sesuatu keluar dari peti itu. Sebuah arwah mendekati Aryan sambil tersenyum meminta sesuatu. “Aryan, lepaskan kami. Bantu kami untuk pulang.” Ucapnya sambil menunggu.“Bagaimana caranya kek, sementara aku sudah pernah mencobanya, tapi gagal terus.” Ujar Aryan pasrah. Pak tua itu coba menyentuh Aryan, “ Aryan, coba sekali lagi, kamu temukan jasad kami di sebuah tanah kosong dekat rumah Sudiro.” Aryan berpikir lagi, ‘apa mungkin aku harus kembali ke desa itu?’ tampak keraguan di wajah Aryan. Arwah itu terdiam begitu melihat wajah Aryan berubah saat berpikir. Lalu dia juga memberitahu sesuatu kalau kain kafan itu harus dia pakai, guna menghancurkan semua kutukan. “Aryan cepat lakukan, kami sudah tidak tahan di sini. Kami merasa terpenjara.” “Baiklah kek, akan aku usahakan nanti.” Tak lama arwah itu menghilang, Aryan bersiap-siap untuk kembali ke tempat Sudiro. Dia keluar dari kamar memberitahu anak buahnya dan Laila. Untuk kembali ke desa menyelesaikan
Sosok itu menyeramkan bagi orang yang tidak mengenalinya. Dari gerak – geriknya Laila sangat kenal siapa dia. “Aryan!” Aryan hanya tersenyum, lalu dia mencoba melindungi Laila, begitu dia melihat Alfred, dia mengendongnya membawa pergi dari tempat tersebut. Aryan pun mengubah tubuhnya kembali seperti semula. Mereka pergi ke rumah sakit segera membawa Alfred ke ruangan operasi. Mereka masih menjalani hidup semestinya, hanya saja permasalahan ilmu turunan yang membuat Aryan terjebak di dalamnya. Tak lama dokter keluar dari ruangan tersebut menyatakan kalau berhasil menyelamatkan Alfred. “Hufftt, syukurlah. Terima kasih Dokter.” Aryan dan Laila bernafas lega. Dokter meninggalkan mereka, Laila mencoba mendekati Aryan bertanya apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. Aryan hanya melihat Laila dalam-dalam, dia merasa itu belum pantas di ceritakan. Laila masih menunggu jawaban atas pertanyaannya. Sementara Aryan tidak menjawabnya. Jika Aryan tidak menjawab itu artinya
Aryan sempat melihat Alfred, dia melihat namun, dengan suara geraman. Alfred mencoba menenangkan Aryan agar jangan membunuh pria tersebut. Dia menginginkan jawaban atas semua pertanyaannya.Akan tetapi Aryan tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Alfred. Dia tetap mencengkeram leher orang tersebut. Anehnya Aryan berubah menjadi sosok yang menakutkan. “Aryan, lepaskan jangan sia-sia kan kebaikan yang ada di dirimu. Lawan sisi buruknya!” Teriak Alfred.Mendengar suara Alfred yang sedikit kencang, membuat Laila keluar mencarinya. Laila pun menemukan suara tersebut. “Aryan,” desisnya. Dia mendekati Alfred untuk mencari tahu apa yang di lakukan oleh Aryan. Alfred kaget saat Laila sudah berada di dekatnya. Laila mencoba bertanya, “apa yang di lakukan Aryan, ayah?!” Alfred menoleh, melihat Laila lalu dia memberi tahunya agar Aryan menghentikan semua itu, jangan melakukan kesalahan yang akan dia sesali seumur hidup.Laila mencoba menenangkan Aryan, tapi dia hanya melihat menatap d
Aryan mencoba melihatnya dengan mata yang jelas, dia juga mencoba menyentuhnya. Tapi sentuhannya tidak mengenai, tembus pandang. “Siapa kau? Ada apa denganmu?” Sosok itu tidak menjawab, lalu dia mendekati Aryan. Saat itu juga Aryan seperti orang kesakitan. “Aaarrkkhhh!” Mata Aryan merah seperti darah. Kamarnya yang terang berubah menjadi gelap. Aryan pun seperti sedang di luar bukan berada di kamarnya. Dia melihat keliling yang sedang berada di sana. ‘Aku di mana?’ batinnya.Dia mencoba menyelusuri jalan yang berada di dekatnya. Tampak manusia sedang di ikat dan di siksa. Seorang wanita paruh baya. “Siapa kau?” tanyanya dengan lembut.Tubuhnya yang memar dan biru, banyak bekas luka cambukkan. Akhirnya Aryan mencoba melepaskannya, tampak raut wajahnya yang menyedihkan membuat Aryan iba. “Siapa kau sebenarnya? Kenapa berada di sini?* Aryan bertanya sambil melihat sekitar. Dia mencoba mencari jika ada seseorang di sana. Namun, tak ada satu manusia yang tampak. “Ba-bantu ak
Revan, merasa di tipu oleh seseorang. Darah yang keluar dari lehernya membuat dia tidak bisa menahan rasa sakitnya. Cruutt!! Sebuah tusukan kembali ke tubuh Revan, perutnya koyak seperti sapi yang ingin di babat. “B-brengsek k-kauu!” Matanya mendelik, akhirnya dia terjatuh dan tak berdaya.Bruugkkhh!!Laila mulai menampakkan wujudnya, dia tersenyum licik. Merasa dia berhasil mengalahkannya.Namun, tiba-tiba justru dia di serang seekor ular raksasa yang melintas bagaikan kilat. Bruugkkhh!!Kembali Laila terjatuh, dia melihat ular tersebut hendak melahapnya. Laila mencoba melihatnya tapi mulut ular itu menelannya. Tak lama kemudian ular itu teriak, seperti kesakitan. Aarggkhh ...Arrggkkhh ...Suara itu bergema, di udara siapa pun yang mendengar akan terasa kesakitan.Ular itu menggelepar dan akhirnya mati.Seorang gadis keluar dari dalam tubuh ular i
Alfred menuju jendela yang sudah pecah, dia melihat dari ketinggian. Sedangkan Dewi kembali ke atas lalu... Bruugkkhh!! Dia mencekik leher Alfred yang sedang melihatnya, saat itu juga dia membawanya ke udara. Di susul oleh Aryan yang ingin menolong ayah angkatnya. Wusshh!! Aryan melesat bak kilat yang menyambar, dia berusaha menolong Alfred. Namun, Dewi justru membelah menjadi dua. Aryan sempat bingung, ternyata Dewi memiliki ilmu tersebut. Pertarungan terjadi antara mereka di udara, awan pun menjadi gelap. Gulungan awan itu menuju mereka, akhirnya mereka hilang di telan oleh awan tersebut. Laila yang melihat dari jendela, bingung karena Aryan menghilang. Orang-orang yang berada di ruangan tersebut pun kembali seperti sedia kala. “Aduh! Kenapa kita kumpul di sini?” “Oh tadi kalian kan habis mendengar pengumuman dari pak Aryan,” jawab Laila. “Pen
“Ha-ha-ha!!” Laila terkejut saat melihat manusia itu, ternyata Dewi Kemuning. Laila tak habis pikir kenapa Dewi bisa datang kembali. “Dewi Kemuning! Kenapa kau tega dengan kami?” “Ha-ha-ha. Kalian bodoh!” Ternyata Dewi menahan kekuatan Aryan, Laila mencoba menolongnya. Dia mengeluarkan jurus andalannya, dia menghilang tak menampakkan tubuhnya. “Laila! Jangan licik!”Laila hanya tersenyum tak terlihat, “ kau tidak akan bisa mendapatkan aku!”Dewi menghempaskan jurusnya, wusshh! Wusshh!Laila segera melepaskan Aryan dengan kemampuannya. Dia meminta bantuan dengan gurunya yang dulu. Akhirnya datang juga gurunya, sinar putih menyala menyoroti Aryan. Mata Aryan, sedikit terbuka, Laila tersenyum begitu melihat Aryan menggerakkan tangannya. Sementara Dewi panik, dia mencari terus keberadaan Laila. “Laila datang kau, jangan jadi pengecut!!”Dewi terlihat sangat marah, dia pun membuka portal ke dunia lain untuk mencari Laila. Begitu terbuka portal itu, dia pun menemukan Dew
Aryan merasakan kesakitan saat berjabat tangan dengan Revan, sedangkan dia tersenyum sinis. “Aryan, tolong kamu terima dia ya,” ujar Alfred. “Hem, iya baiklah.” Aryan masih saja mengibaskan tangannya. Alfred memperhatikan Revan dengan tajam dia seperti tidak senang. ‘Jika kau bukan bawaan Dewi, sudah aku bunuh kau!’ Alfred memaki-maki sendiri. Aryan juga melihat sinis mata Alfred kepada Revan, ternyata mereka beradu pandang. Alfred sedikit gugup saat Aryan memperhatikannya. “Ya sudah, Ayah tinggal ya.” Alfred meninggalkan tempat tersebut. Aryan dan Laila mengangguk, setelah itu Laila pamit untuk keluar. Tinggal Aryan bersama Revan. Aryan memberi keterangan kepada Revan tentang pekerjaannya. Namun, sebenarnya Aryan mengetahui kalau Revan bukan mencari pekerjaan. Ada sesuatu di balik itu. Akhirnya Aryan memberanikan diri bertanya, “Siapa kau sebenarnya?” Revan kaget, begitu mendengar perkataan Aryan. Dia pun mengelak pertanyaan dari Aryan. Akhirnya dia mengambil berkas