Masalah di rumah belum selesai. Alagar dihadapkan persoalan genting lainnya. Renata telah menunggu di ruang kantor tanpa pemberitahuan lebih dulu. Tas kerja diletakkan di atas meja dia memilih duduk di kursi membiarkan gadis itu jauh darinya di ujung sofa tamu.
Mau apalagi jalang itu ke sini pagi-pagi begini! Keluh Alagar kesal.
Sekretaris datang membawa minuman untuknya dan tamu yang tidak sopan. Lirikan tajam persaingan hebat terjadi di ruangan. Renata dan Jessica sama-sama menyukai Alagar sering menghangatkan pria itu di kantor dan di luar jam kerja mereka.
"Terima kasih atas minumannya sekarang pergilah jauh-jauh dari sini, kami ingin bicara secara pribadi tentang pernikahan aku dan bossmu!" usir Renata tajam ke Jessica.
Sontak sekretaris cantik menyerang balik perkataan musuh bebuyutan. "Semudah itu mengalahkan istrinya untuk menikahi wanita brengsek sepertimu?"
"Jangan berpura-pura, kau sama saja brengseknya sepertiku!" Renata berkacak pinggang dibalas Jessica yang memandangi marah. "Alagar mengencanimu di kantor lalu bermesraan bersamaku di apartemen, ya kan? Kini menyingkirlah dariku tak akan segan aku menghancurkan karir dan keluargamu!”
Ancaman dirinya tak main-main karena saham terbesar di perusahaan Alagar milik ayahnya. Dua setan betina memperebutkan pria beristri tanpa peduli sama-sama berbuat nista demi sebuah nafsu kesenangan semata.
"Diamlah kalian berdua ini kantor bukan rumah kalian jika ingin bertengkar keluarlah dari sini dan aku harus bekerja!" bentak Alagar menyuruh sekretaris dan putri pengusaha besar itu pergi.
Rasa pening di kepala semakin bertambah. Di kediamannya sendiri habis berseteru dengan Amirah. Di kantor bertemu dua wanita buas menginginkan perhatian dan cinta.
Wajah tampan Alagar bagai kutukan. Istrinya pernah tersihir tatapan dan ucapan lembut mulut busuk yang disembunyikan. Namun tak bertahan lama setelah mereka menikah memiliki seorang putra kembali menjadi pecundang tak bertanggung jawab.
"Mau apa kau datang lagi kita tak ada urusan percintaan di sini!" tegurnya kasar.
“Oh, sayang, apa dirimu sudah melupakan aku secepat ini?” Renata mendekati kekasih hati duduk merajuk di atas meja kerja menumpahkan rasa rindu membuncah. Kejadian lalu sangat melukai rasa cintanya terhadap suami milik Amirah Lashira.
“Pergilah jangan menggangguku lagi aku tak akan memenuhi permintaan menikahimu!” ucap Alagar datar tanpa pedulikan perasaan gadis itu.
“Oh, baiklah!” Jawaban Renata begitu santai kemudian mencium rahang keras sang pujaan hati lalu pergi seolah merelakan semua. Tinggal dia diam termangu menatap kepergian putri Tuan Sastrawijaya tiba-tiba berubah tenang namun menghanyutkan.
Gadis nakal yang disukai membawa banyak uang ayahnya ke perusahaan. Tapi bukan tipe wanita dinikahi seumur hidupnya. Lagipula Alagar tak pernah mau menceraikan ibu dari putranya, Bagaskara.
Empat tahun pernikahan mereka memang penuh drama. Awal penyebabnya kebiasaan buruk suami sering berselingkuh tak bisa diperbaiki lagi.
Suasana kantor pun kembali sepi. Senyum tipis di bibir Alagar Hakim membayangkan nanti malam berduaan istri berada di sebuah restoran paling mahal sebagai permintaan maaf dirinya telah menampar Amirah. Sudah terlalu lama mereka tak melakukan hubungan intim suami istri.
Wanita itu selalu menjaga jarak tak ada kemesraan di antara mereka sejak kepergok antara Alagar dan Jessica. Tiga tahun lalu persis seusia Bagaskara putranya. Amirah menarik diri dari kegiatan sosialita memilih menjadi ibu rumah tangga daripada istri CEO pengusaha ternama.
Alagar tak memaksa akhirnya memilih wanita lain menemani kehidupan glamour penuh tipu daya. Keluarga besar tak pernah ikut campur dalam rumah tangga mereka.
Terkecuali adik bungsu Aabid Barak Hakim. Betul-betul sial! Dia harus menjelaskan dari banyak pertanyaan dituduhkan tentang rumah tangganya ketika mereka bertemu di klub malam.
Bodohnya saat itu dia tak sendiri Cecilia di dalam pelukannya. Kontan saja Aabid marah menarik kemeja putih kakaknya bersiap menghakimi terus saja memaki. Adiknya semakin mengawasi namun sang kakak lebih lihai berpengalaman soal wanita. Teman kencan sesaat tak mampu menuntut banyak pria beristri seperti dirinya.
Kini tinggal Renata Sastrawijaya yang tak lama lagi pun akan dicampakkan olehnya.
----------------
“Hallo, Bagas, lihat Om Aabid bawa apa untukmu?” Sebuah mainan mobil besar memenuhi ruang tamu yang luas. Putra dari kakaknya berceloteh senang saat duduk di belakang kemudi seakan mengendarai mobil milik papanya.
Brum-mm, brummm!
Ditemani pengasuh, Bagaskara asyik bermain melupakan kedatangan Om Aabid ganteng sedang berbicara dengan mamanya. Sengaja adik Alagar Hakim mengunjungi keponakan tampan lucu menggemaskan di saat kakaknya brengsek itu masih berada di kantor.
“Hai ‘Bid.” Amirah menyambut senang kehadiran adik ipar. "Duh, rajin amat ’sih kamu bawa mainan untuk Bagas, memangnya kamu 'ga kerja hari ini?"
"Eh, lagi santai di kantor, ‘Mba," tukas Aabid sambil mengawasi Bagas. "Ga ada proyek penting dikerjakan kebetulan tadi setelah bertemu klien terus ingat putramu sudah lama ’ga main ke rumah Oma dan Opa."
Berbeda sikap Alagar. Adiknya Aabid Barak Hakim lebih lembut terhadap siapapun. Kakak beradik dulu saling menyayangi tapi sekarang bermusuhan. Perselingkuhan suami Amirah di luar terbaca terang di matanya.
“Ah, iya ‘Bid, maafkan ’Mba Amirah dan Mas Alagar belum sempat menengok Opa dan Oma.” Pandainya dia berdusta menutupi keburukan suami, “Kakakmu sibuk terus apalagi ada proyek kerja sama Tuan Sastrawijaya jadi lebih sering terlambat pulang.”
Aabid sepenuhnya tak yakin ucapan Amirah. Wanita itu terlalu baik untuk dilukai dan disakiti pria manapun termasuk bedebah Alagar Hakim sekalipun.
"Ku harap pernikahan kalian baik-baik saja, Mama dan Papa menitip kepercayaan supaya perilaku kakakku berubah memang tak mudah seperti membalikkan tangan karena Mas Alagar anak yang dimanja sejak dulu."
“Tenanglah 'Bid semua butuh proses, 'Mba menyayangi kakakmu selama ini.” Amirah sungguh tak sampai hati memberi tahu sebenarnya, "Bagas membawa kebahagiaan terbesar bagi kami, cucu pertama keluarga Tuan Andi Hakim paling tampan seperti dirimu dan Mas Alagar."
Pujian sangat berlebihan padahal di dalam rumah tangganya kerusakan terjadi begitu fatal. Tuan Andi Hakim memiliki cucu lain dari selingkuhan putra sulung. Sungguh amat menyakitkan jika harus mengingat semuanya segera berakhir. Wajah Amirah Lashira tertunduk sayu menghalangi kabut gelap di kedua matanya.
"Mba, kenapa pipimu kok memar begitu?" tatap Aabid curiga.
Amirah buru-buru mengusap pipi. "Oh, ini gara-gara kebentur pintu kamar, Bagas 'ga sengaja mendorongnya keras kena wajahku."
Tak mungkin! Aabid sungguh tak percaya.
Seberapa kuatkah anak usia tiga tahun mampu membuat wajah ibunya memar lebam seperti itu. Ketika dia mulai beranjak mendekati kakak ipar langsung mengelak hebat berpura-pura pergi ke dapur menyiapkan minuman.
"Duh 'Bid, maaf aku lupa meminta Bi Inah menyajikan minuman untukmu sekalian saja makan malam di sini, mungkin sebentar lagi Mas Alagar pulang."
"Tunggu, 'Mba Amirah!" Adik iparnya tak sengaja menahan lengannya.
Amirah berbalik memandang heran. "Ada apa lagi memang kamu mau pulang?'
"Kau habis dilukai kakakku, bukan?" tuduh Aabid tanpa basa-basi. "Jujur saja 'Mba biar aku menghajar Mas Alagar karena ini!"
Lagi-lagi kakak ipar mengelak. "Jangan ini bukan ulah kakakmu, kesalahanku sendiri kurang hati-hati menjaga putraku."
"Ga mungkinlah 'Mba, di sini ada pengasuh Bagas mana mungkin membiarkan putra kalian berkeliaran tanpa diawasi!" sentak Aabid emosi perlakuan kakak kandung tak bisa ditolerir lagi.
Celaka! Amirah tak berkilah lagi. Aabid Barak Hakim punya mata yang tajam. "Sudahlah ini hanya kecelakaan biasa bisa terjadi kapan saja yang penting putraku baik-baik tidak terluka, biar 'Mba pergi sebentar ke dapur memasak dulu jika kau ingin makan malam bersama kami di sini."
"Ya 'Mba, aku ikut makan malam sambil menunggu kakakku pulang!" serunya kencang sementara kakak ipar sudah bergegas ke belakang.
Keparat kau, Mas Alagar! Kepalan tangan kuat Aabid tidak sabar ingin menghantam wajahnya. Berulangkali mengingatkan kakaknya jangan main tangan terhadap istri tapi saat ini sudah keterlaluan.
Papa dan Mama harus mengetahui putra sulung berubah menjadi pria barbar menganiaya Amirah semaunya. Wanita yatim piatu dinikahi sang kakak untuk dilindungi, bukan disakiti sesuka hati.
Dasar pria tak tahu diri!
***
"Hai sayang, maaf aku pulang terlambat, untung saja kau batalkan makan malam di luar karena kerjaan kantor sangat banyak tadi," ucap Alagar sambil mencium kening sang istri. Tak sengaja Amirah memalingkan wajah jengah diperlakukan keharmonisan palsu di depan adik ipar sedang asyik mengunyah di meja makan. Aabid Barak Hakim memahami sikap kakak ipar enggan berdekatan Alagar lagi. Bekas tamparan tampak jelas di pipi Amirah Lashira. Bukan pintu penyebab utama namun telapak tangan suaminya yang menghantam kuat meninggalkan jejak otentik di sana. "Oh, hei Bid, tumben kau kemari. Apa kabar Mama dan Papa?" Sapa Alagar tak menyadari kehadiran adiknya tadi. Istrinya biasa ditemani pengasuh atau asisten rumah tangga mereka. "Biasalah aku cari makan malam gratis 'kan istrimu pandai memasak dan semua enak disajikan di meja ini, eh' Mas Alagar ga ikut makan?" pancing Aabid Hakim. Penampilan kakak sulung luar biasa rapih seperti tak terjadi apa-apa di luar jam kantor tadi. Selingkuhannya berteb
"Ra, aku ke rumahmu ya, kangen nih ingin ketemu kamu dan Bagas," seru Melani di ujung telepon. Amirah kelimpungan tak tahu menjawab. Alagar membencinya, dia pun dilarang keluar rumah. "Hmm .. kita sekalian belanja yuk Mel, ketemu dan ngobrol di sana saja, gimana?" Alasan terbaik baginya berjumpa sahabatnya lagi. "Ga masalah, kebetulan aku juga mau belanja bulanan, ketemu di tempat biasa ya!" sahut Melani mengakhiri percakapan mereka. Amirah langsung memanggil pengasuh bersiap membawa Bagas ikut dengannya. Diam di rumah berhari-hari pun tak menyelesaikan masalah. Tingkah Alagar semakin arogan menutup diri. Pergi begitu pagi ke kantor dan selalu pulang terlambat. Anak istrinya seperti pajangan hiasan tak pernah dilihat maupun tegur sapa. Satu jam melewati jalanan padat merayap, tibalah di pusat perbelanjaan terkenal. Melani sudah menunggu dan mengajak langsung ke supermarket agar mereka punya banyak waktu berbicara ketika saat makan nanti. "Ra, apa kabarmu?" tanyanya ingin tahu.
Amirah dan Bagaskara akhirnya terbang ke Yogyakarta mengasingkan diri dari kepenatan dari pernikahannya yang gagal. Suaminya jelas mengkhianati berbuat curang atas hubungan dibangun selama empat tahun ini tanpa pernah ingin memperbaiki diri. Pergi dari kediaman Alagar Hakim jalan terbaik baginya agar tak melihat keburukan pria itu lagi, menjauhkan Bagaskara dari kerusakan moral yang dilakukan papanya. Kedatangannya tanpa pemberitahuan dan mendadak begitu mengejutkan Pakde dan Bude Bambang. Datang malam hari dengan penerbangan terakhir dan tanpa didampingi suami. Sesuatu pasti sedang terjadi! Pikir mereka di dalam hati. Kedua orang paruh baya itu saling melirik saat melihat Amirah hanya membawa sebuah koper besar sekaligus menggendong anak berumur tiga tahun terlelap tidur dalam buaian. Amirah mencium tangan mereka yang dianggap pengganti orang tua yang telah wafat. Kehadirannya kali ini tak ingin membebani hanya rehat sejenak sebelum melanjutkan kehidupan baru tanpa suaminya. Ba
Sepulang dari jalan-jalan ke pasar tradisional Amirah bergegas langsung ke dapur menemui Bude Tantri yang sedang sibuk mengiris daging ditemani Mbok Marsih menyiangi sayuran. "Bude, kok sepi. Di mana Pakde Bambang tak kelihatan dari pagi?" "Pakde ke Jakarta, Nduk," ujar Bude Tantri tersenyum. "Katanya ada pertemuan kolega bisnis, nanti sore juga pasti pulang pakdemu itu ga betah lama-lama di sana, panas dan macet!" Oh! Amirah menduga kepergian pakdenya bukan untuk bisnis tapi menemui suami dan mertua sejak dia bercerita soal kemelut pernikahannya. Dengan langkah gontai ke kamar yang sunyi sepi terasa di hatinya kembali. Bagas sedang dibawa bermain ke rumah sepupu Mas Guntur putra sulung pakde dan bude Bambang. Putri bungsunya Ayu bermukim di Solo langsung meluncur siang ini ke Yogya berniat menginap bersama keluarga menemani Amirah Lashira. Setelah sekian lama menikah tak pernah sekalipun Alagar mau diajak menemui keluarga istrinya di luar kota. Begitupun dia enggan belakangan in
Grr-- Amirah sialan! Geram Alagar marah bukan kepalang. Mobil mewah miliknya berhenti tepat di depan teras rumah berpilar tinggi indah. Kediaman Tuan dan Nyonya Andi Hakim begitu asri dengan taman luas. Belum lagi di halaman belakang yang luas terdapat kolam renang besar tempat mereka sering berkumpul termasuk pesta pernikahan megah Alagar Hakim dan Amirah Lashira. Sayang kini semua tinggal kenangan. Langkahnya sedang terburu-buru, orang tua dan mertuanya menunggu. Mereka saling terpaku saat beradu pandang di ruangan yang sama. Kebencian papanya begitu terlihat jelas. "Duduk, Alagar!" Tuan Andi Hakim tidak mau berlama-lama mendengar penjelasan putra sulung berbuat kurang ajar terhadap keponakan Pak Bambang Hadiningrat. Nyonya Nirmala Hakim memegangi lengan suami untuk tenang dan membiarkan putranya menghadapi mereka. "Papa, ada apa memanggilku ke sini?" Raut gelisah terlukis di wajah Alagar. Rahangnya menjadi kaku, otot tubuhnya ikut membeku. "Dasar anak brengsek!" maki Tuan Andi
Melani dan suaminya Alex berkunjung ke Yogya untuk menemui Amirah Lashira dan putranya Bagaskara yang menggemaskan. Tak terlihat bocah kecil itu merindukan sosok papanya malah lebih dekat Om Alex atau Om Aabid adik dari Alagar Hakim. Mereka bertemu di sebuah restoran agar tak mengganggu kerabat Amirah yang lain. Suami Melani mengajak Bagas ke tempat permainan anak-anak membiarkan istrinya mencurahkan perasaan bersalah ke sahabatnya. Pembicaraan wanita dari hati ke hati. "Ra, maafkan aku sungguh tak tahu jika pelakor keparat itu ternyata sepupuku Renata yang memang wanita murahan, dulu Mas Alex sering digodanya sebelum kami menikah." Melani terdiam sesaat sebenarnya malu menceritakan aib keluarga tapi sikap sepupu tak bisa dibiarkan lagi. "Sampai suatu hari tingkahnya keterlaluan mengajak calon suamiku bermalam ke apartemen mewah miliknya. Langsung ku damprat habis-habisan di depan keluarga Papa dan sejak itu kami berdua bermusuhan." Mendengar cerita tersebut membuat Amirah semaki
Jamuan makan malam bersama antara keluarga Andi Hakim dan Sastrawijaya terasa cukup menegangkan. Orang tua Alagar bersikap biasa meskipun calon menantu Renata mengajak mereka berbicara. Lirikan sinis Nyonya Nirmala Hakim terlihat begitu jelas sangat tak menyukai pasangan putra sulungnya, cuma Amirah Lashira pantas bersama Alagar Hakim bukan jalang betina itu yang berani merebut darinya. Sementara Tuan Andi Hakim sering mengalihkan pandangan berpura-pura menyimak obrolan di meja makan bersama calon besan Tuan Sastrawijaya dan Nyonya Sisca. Alagar duduk terpaku tak bersemangat menyantap makanan lezat diiringi kepedihan mendalam. Istrinya lugu sederhana telah diceraikan dua minggu lalu, dan putranya diboyong ke kota lain. Baru kali ini seumur hidupnya kesepian. Di kediaman besar serupa milik orang tuanya, tiada keceriaan tawa canda Bagaskara bermain berlarian bersama ibunya yang cantik jelita. Semua menghilang dalam sekejap. Penyesalan memang selalu datang terlambat. "Sayang, semi
"Bagas sama Eyang Uti dulu ya," rayu Amirah lembut ke putra kesayangan. "Mama mau bekerja bantu Eyang Kung, nanti sore pulang temui anak ganteng lagi." Kontan saja Bagaskara menangis kencang takut ditinggalkan ibunya pergi memeluk erat tak mau melepaskan sama sekali. Ada rasa bersalah dari diri Amirah Lashira, putranya masih kecil terpaksa merasakan kepahitan hidup setelah perceraian orang tuanya.Tak tega, tapi ibunya harus bekerja menghidupi masa depan mereka berdua."Sudahlah Nduk, Bagas ga pa-pa kok nanti biar Bude Tantri ajak main ke tempat Guntur di sana anak-anaknya juga sayang ke putramu." Senyum manis sang Bude mirip mendiang ibunya. Amirah jadi sedikit terhibur.Bagaskara akhirnya melunak mau digendong Eyang Uti berpura-pura mengambil makanan kesukaannya."Yuk, cah ganteng kita ke dalam, Eyang punya kue apa ya di dapur?!" serunya buru-buru memalingkan tubuh agar cucunya tak merajuk ke ibunya lagi.Lega sudah hati Amirah lalu bergegas menuju ke mobil. Pakde Bambang menanti p