Sepulang dari jalan-jalan ke pasar tradisional Amirah bergegas langsung ke dapur menemui Bude Tantri yang sedang sibuk mengiris daging ditemani Mbok Marsih menyiangi sayuran.
"Bude, kok sepi. Di mana Pakde Bambang tak kelihatan dari pagi?"
"Pakde ke Jakarta, Nduk," ujar Bude Tantri tersenyum. "Katanya ada pertemuan kolega bisnis, nanti sore juga pasti pulang pakdemu itu ga betah lama-lama di sana, panas dan macet!"
Oh!
Amirah menduga kepergian pakdenya bukan untuk bisnis tapi menemui suami dan mertua sejak dia bercerita soal kemelut pernikahannya. Dengan langkah gontai ke kamar yang sunyi sepi terasa di hatinya kembali.
Bagas sedang dibawa bermain ke rumah sepupu Mas Guntur putra sulung pakde dan bude Bambang. Putri bungsunya Ayu bermukim di Solo langsung meluncur siang ini ke Yogya berniat menginap bersama keluarga menemani Amirah Lashira.
Setelah sekian lama menikah tak pernah sekalipun Alagar mau diajak menemui keluarga istrinya di luar kota. Begitupun dia enggan belakangan ini mengunjungi orang tuanya sendiri Tuan dan Nyonya Andi Hakim.
Menikahi pria tampan dan kaya ternyata bukan seperti dibayangkan semua orang. Indah di depan mata, tapi penuh kebohongan di dalam.
Suaminya ingin mengubah penampilan sang istri selalu cantik pergi bersosialita memamerkan kemewahan di acara pesta yang sering diadakan kolega demi melobi kerja sama perusahaan.
Sekali dua kali Amirah menyanggupi setelah itu mengundurkan diri. Bukan bisnis jujur dilakukan mereka yang selama ini. Kadang kala terjadi perselingkuhan bertukar pasangan untuk memenuhi kesepakatan bisnis.
Alagar Hakim semakin terjebak di dalam lingkaran setan meskipun terus diperingatkan. Beruntung kehamilan Amirah membuat kian jauh dari lingkungan tersebut.
Dering gawainya membuyarkan lamunan. Di layar tertera nama suaminya. Baru saja menjawab panggilan tapi suara Alagar lantang memaki-maki di ujung sana.
"Amirah, apa-apaan kau ini! Sudah berapa hari minggat dari rumah, malah Pakde Bambang datang bertamu ke rumah orang tuaku, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku huh?!"
Benar dugaannya tadi ternyata suami Bude Tantri menemui Tuan Andi Hakim.
"Maaf Mas, aku juga tak tahu jika Pakde-ku ke Jakarta pagi ini."
"Alasan saja kau ini, cepat pulang!" omel Alagar marah. "Aku ini suamimu sangat mengkhawatirkan anak dan istriku, kau juga tak meminta ijin untuk pergi sebelumnya!"
"Aku tak akan pernah pulang ke rumahmu sampai kapanpun. Kita segera bercerai, suka atau tidak kau harus menyetujuinya!" ucap Amirah untuk terakhir kalinya.
Alagar tak terima kembali mengoceh kasar dan keji menganggap sebagai CEO paling tampan, kaya raya tapi hanya ada satu wanita yang tidak menginginkannya yaitu istrinya sendiri. Dasar wanita tak tahu diri!
"Kau itu sungguh brengsek," sumpah serapah dan ancaman kejam keluar dari mulut kotornya lagi.
"Aku sudah memberimu semua yang tidak bisa kau temukan pada pria manapun! Kau dan Bagaskara milikku selamanya, cepatlah pulang ke Jakarta atau ku seret sampai sini!"
Klik! Gawai dimatikan Amirah dan dilemparkan di atas ranjang.
Terasa derai air mata mengalir di pipi menangisi yang seharusnya tak patut ditangisi. Tersakiti berulangkali. Alagar menginginkan kepulangannya namun dia tak sanggup menerima perlakuan buruk lagi.
Cukup sampai di sini, Mas Alagar! Kita tak akan mungkin bersatu walau tak mudah dilakukan tapi inilah yang terbaik bagi kita berdua.
Luka hatinya tersayat hebat. Tiada lagi pelukan hangat bermanja-manja. Tinggal Amirah sendirian berbaring mencoba melupakan masa depan dan cintanya bersama Alagar Hakim.
Biarkanlah dia pergi.
***Grr-- Amirah sialan! Geram Alagar marah bukan kepalang. Mobil mewah miliknya berhenti tepat di depan teras rumah berpilar tinggi indah. Kediaman Tuan dan Nyonya Andi Hakim begitu asri dengan taman luas. Belum lagi di halaman belakang yang luas terdapat kolam renang besar tempat mereka sering berkumpul termasuk pesta pernikahan megah Alagar Hakim dan Amirah Lashira. Sayang kini semua tinggal kenangan. Langkahnya sedang terburu-buru, orang tua dan mertuanya menunggu. Mereka saling terpaku saat beradu pandang di ruangan yang sama. Kebencian papanya begitu terlihat jelas. "Duduk, Alagar!" Tuan Andi Hakim tidak mau berlama-lama mendengar penjelasan putra sulung berbuat kurang ajar terhadap keponakan Pak Bambang Hadiningrat. Nyonya Nirmala Hakim memegangi lengan suami untuk tenang dan membiarkan putranya menghadapi mereka. "Papa, ada apa memanggilku ke sini?" Raut gelisah terlukis di wajah Alagar. Rahangnya menjadi kaku, otot tubuhnya ikut membeku. "Dasar anak brengsek!" maki Tuan Andi
Melani dan suaminya Alex berkunjung ke Yogya untuk menemui Amirah Lashira dan putranya Bagaskara yang menggemaskan. Tak terlihat bocah kecil itu merindukan sosok papanya malah lebih dekat Om Alex atau Om Aabid adik dari Alagar Hakim. Mereka bertemu di sebuah restoran agar tak mengganggu kerabat Amirah yang lain. Suami Melani mengajak Bagas ke tempat permainan anak-anak membiarkan istrinya mencurahkan perasaan bersalah ke sahabatnya. Pembicaraan wanita dari hati ke hati. "Ra, maafkan aku sungguh tak tahu jika pelakor keparat itu ternyata sepupuku Renata yang memang wanita murahan, dulu Mas Alex sering digodanya sebelum kami menikah." Melani terdiam sesaat sebenarnya malu menceritakan aib keluarga tapi sikap sepupu tak bisa dibiarkan lagi. "Sampai suatu hari tingkahnya keterlaluan mengajak calon suamiku bermalam ke apartemen mewah miliknya. Langsung ku damprat habis-habisan di depan keluarga Papa dan sejak itu kami berdua bermusuhan." Mendengar cerita tersebut membuat Amirah semaki
Jamuan makan malam bersama antara keluarga Andi Hakim dan Sastrawijaya terasa cukup menegangkan. Orang tua Alagar bersikap biasa meskipun calon menantu Renata mengajak mereka berbicara. Lirikan sinis Nyonya Nirmala Hakim terlihat begitu jelas sangat tak menyukai pasangan putra sulungnya, cuma Amirah Lashira pantas bersama Alagar Hakim bukan jalang betina itu yang berani merebut darinya. Sementara Tuan Andi Hakim sering mengalihkan pandangan berpura-pura menyimak obrolan di meja makan bersama calon besan Tuan Sastrawijaya dan Nyonya Sisca. Alagar duduk terpaku tak bersemangat menyantap makanan lezat diiringi kepedihan mendalam. Istrinya lugu sederhana telah diceraikan dua minggu lalu, dan putranya diboyong ke kota lain. Baru kali ini seumur hidupnya kesepian. Di kediaman besar serupa milik orang tuanya, tiada keceriaan tawa canda Bagaskara bermain berlarian bersama ibunya yang cantik jelita. Semua menghilang dalam sekejap. Penyesalan memang selalu datang terlambat. "Sayang, semi
"Bagas sama Eyang Uti dulu ya," rayu Amirah lembut ke putra kesayangan. "Mama mau bekerja bantu Eyang Kung, nanti sore pulang temui anak ganteng lagi." Kontan saja Bagaskara menangis kencang takut ditinggalkan ibunya pergi memeluk erat tak mau melepaskan sama sekali. Ada rasa bersalah dari diri Amirah Lashira, putranya masih kecil terpaksa merasakan kepahitan hidup setelah perceraian orang tuanya.Tak tega, tapi ibunya harus bekerja menghidupi masa depan mereka berdua."Sudahlah Nduk, Bagas ga pa-pa kok nanti biar Bude Tantri ajak main ke tempat Guntur di sana anak-anaknya juga sayang ke putramu." Senyum manis sang Bude mirip mendiang ibunya. Amirah jadi sedikit terhibur.Bagaskara akhirnya melunak mau digendong Eyang Uti berpura-pura mengambil makanan kesukaannya."Yuk, cah ganteng kita ke dalam, Eyang punya kue apa ya di dapur?!" serunya buru-buru memalingkan tubuh agar cucunya tak merajuk ke ibunya lagi.Lega sudah hati Amirah lalu bergegas menuju ke mobil. Pakde Bambang menanti p
Akhir pekan yang indah namun sayang dinodai kecemburuan tidak pada tempatnya. Ayu Hadiningrat putri bungsu Pakde dan Bude Bambang menyerang Amirah Lashira secara tiba-tiba.Turun dari mobil mewah dan bergegas memasuki rumah tanpa salam."Ra!" bentaknya kasar. "Apa yang kau lakukan terhadap suamiku Mas Bagus selama ini di kantor huh?!""Ayu, kau kenapa, memangnya apa yang ku lakukan ke suamimu?"Amirah terkejut sepupunya mendamprat di depan orang tua yang dihormati selama ini. Tuduhan gila apalagi yang ditujukan padanya.Pak Bambang menatap tajam ke putri bungsu dan ponakan. Sesuatu sedang terjadi di antara mereka berdua melibatkan menantunya tapi Mas Bagus tak ikut istrinya malah membiarkan Ayu sendiri menghadapi masalah.Di mana pria itu sekarang! Kecamnya kesal melihat kekisruhan melanda dua wanita muda di depan matanya. Sungguh tidak ada adab dan etika."Dasar janda sialan, senangnya menggoda suami orang!" tuding Ayu bertubi-tubi memekakkan telinga. "Hasil penjualan batik kau korup
Kepergian Amirah Lashira dan Bagaskara ke Jakarta sangat disesali oleh Pakde Bambang dan Bude Tantri dengan sedihnya mereka melepas pergi dari tempat bernaung selama ini. Keponakan dan cucu mereka tak bersalah dalam persoalan putri dan menantu biadab yang telah mengadu domba keluarga besar keturunan Hadiningrat dan Nareswara."Maafkan Pakde, Bude dan Ayu, yo Nduk," sesal Pak Bambang berkali-kali. "Mengapa kalian tak tinggal di sini saja, kami juga sangat menyayangimu dan putramu."Gelengan kuat ponakannya tak tergoyahkan."Amirah lebih baik menetap di rumah warisan Papa dan Mama, sayang jika didiamkan begitu saja nanti cepat rusak," tolaknya secara halus. "Kapan saja Pakde Bambang dan Bude Tantri bisa menengok kami di sana."Rumah peninggalan mendiang orang tua sudah tak disewakan tahun ini dapat digunakan anak dan cucunya sendiri. Alasan logis akhirnya keputusannya untuk pergi menjadi lebih kokoh lagi."Hati-hati jaga dirimu dan Bagaskara," pesan Pakde Bambang terakhir yang harus di
"Hai Amirah," sapa Alagar Hakim pelan saat mereka berdiri berhadapan. "Maaf, aku harus pergi!" Buru-buru mantan istrinya mendorong troli penuh barang bawaan. "Bagasimu banyak, apa kau akan tinggal di sini?" desak Alagar ingin tahu. "Bukan urusanmu! Kita tak ada hubungan apa-apa lagi." Jawaban ketus mantan istri menohok tajam ke relung hati namun Alagar pantang menyerah. Bila putranya ada di kota yang sama maka kesempatan besar untuk pengasuhan bersama. "Aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia demi mendapatkan hak asuh Bagas lagi!" Hah! Amirah tersentak menghentikan troli bagasi menatap marah ke mantan suami. Baru saja tiba di Jakarta, malah ditemui bajingan mencoba mengaku jadi ayah terbaik dari putranya. Selama ini kau kemana saja, huh! Makinya dalam hati. "Tak perlu repot-repot mengasuh putramu lagi, kau sudah memiliki anak dari Renata lebih baik curahkan saja perhatianmu ke anak dan istrimu sendiri!" Balas dendam memang nikmat cuma tinggal menunggu waktu yang tepat. Pagi in
"Duh Ra, seperti rumah pengantin baru saja," komentar Melani melongok ke dalam ruang tamu hingga kamar utama. "Apa kau mengecat ulang semua kamarnya juga?" Suaminya Alex menyenggol lengannya agar menghargai privasi sahabat mereka. "Kamu tuh bawel, biarin aja Amirah mau renovasi atau bangun ulang rumah ini." "Ishh .. Mas Alex, aku cuma kagum bukan mengejek. Renovasi rumah sebesar ini biayanya cukup mahal, dan Amirah kan harus membesarkan anaknya di sini," timpal Melani merengut sebal. Tuan rumah tersenyum tipis menatap pasangan suami istri belum dikarunia anak bertahun-tahun setelah menikah. Rumah memang tak akan sempurna tanpa anak-anak di dalamnya. Namun kehidupan dia juga tidak sesempurna seperti mereka yang saling mengasihi satu sama lain. Betapa Tuhan Maha Adil dan Bijaksana. Melani memiliki suami baik penuh perhatian dan Amirah punya mempunyai seorang putra tampan walaupun tanpa pasangan. Semua ada porsinya masing-masing tinggal bagaimana mereka mau mensyukuri nikmat yang t