Share

8. Biarkanlah Dia Pergi

Sepulang dari jalan-jalan ke pasar tradisional Amirah bergegas langsung ke dapur menemui Bude Tantri yang sedang sibuk mengiris daging ditemani Mbok Marsih menyiangi sayuran.

"Bude, kok sepi. Di mana Pakde Bambang tak kelihatan dari pagi?"

"Pakde ke Jakarta, Nduk," ujar Bude Tantri tersenyum. "Katanya ada pertemuan kolega bisnis, nanti sore juga pasti pulang pakdemu itu ga betah lama-lama di sana, panas dan macet!"

Oh!

Amirah menduga kepergian pakdenya bukan untuk bisnis tapi menemui suami dan mertua sejak dia bercerita soal kemelut pernikahannya. Dengan langkah gontai ke kamar yang sunyi sepi terasa di hatinya kembali.

Bagas sedang dibawa bermain ke rumah sepupu Mas Guntur putra sulung pakde dan bude Bambang. Putri bungsunya Ayu bermukim di Solo langsung meluncur siang ini ke Yogya berniat menginap bersama keluarga menemani Amirah Lashira.

Setelah sekian lama menikah tak pernah sekalipun Alagar mau diajak menemui keluarga istrinya di luar kota. Begitupun dia enggan belakangan ini mengunjungi orang tuanya sendiri Tuan dan Nyonya Andi Hakim.

Menikahi pria tampan dan kaya ternyata bukan seperti dibayangkan semua orang. Indah di depan mata, tapi penuh kebohongan di dalam.

Suaminya ingin mengubah penampilan sang istri selalu cantik pergi bersosialita memamerkan kemewahan di acara pesta yang sering diadakan kolega demi melobi kerja sama perusahaan.

Sekali dua kali Amirah menyanggupi setelah itu mengundurkan diri. Bukan bisnis jujur dilakukan mereka yang selama ini. Kadang kala terjadi perselingkuhan bertukar pasangan untuk memenuhi kesepakatan bisnis.

Alagar Hakim semakin terjebak di dalam lingkaran setan meskipun terus diperingatkan. Beruntung kehamilan Amirah membuat kian jauh dari lingkungan tersebut.

Dering gawainya membuyarkan lamunan. Di layar tertera nama suaminya. Baru saja menjawab panggilan tapi suara Alagar lantang memaki-maki di ujung sana.

"Amirah, apa-apaan kau ini! Sudah berapa hari minggat dari rumah, malah Pakde Bambang datang bertamu ke rumah orang tuaku, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku huh?!"

Benar dugaannya tadi ternyata suami Bude Tantri menemui Tuan Andi Hakim.

"Maaf Mas, aku juga tak tahu jika Pakde-ku ke Jakarta pagi ini."

"Alasan saja kau ini, cepat pulang!" omel Alagar marah. "Aku ini suamimu sangat mengkhawatirkan anak dan istriku, kau juga tak meminta ijin untuk pergi sebelumnya!"

"Aku tak akan pernah pulang ke rumahmu sampai kapanpun. Kita segera bercerai, suka atau tidak kau harus menyetujuinya!" ucap Amirah untuk terakhir kalinya.

Alagar tak terima kembali mengoceh kasar dan keji menganggap sebagai CEO paling tampan, kaya raya tapi hanya ada satu wanita yang tidak menginginkannya yaitu istrinya sendiri. Dasar wanita tak tahu diri!

"Kau itu sungguh brengsek," sumpah serapah dan ancaman kejam keluar dari mulut kotornya lagi.

"Aku sudah memberimu semua yang tidak bisa kau temukan pada pria manapun! Kau dan Bagaskara milikku selamanya, cepatlah pulang ke Jakarta atau ku seret sampai sini!"

Klik! Gawai dimatikan Amirah dan dilemparkan di atas ranjang.

Terasa derai air mata mengalir di pipi menangisi yang seharusnya tak patut ditangisi. Tersakiti berulangkali. Alagar menginginkan kepulangannya namun dia tak sanggup menerima perlakuan buruk lagi.

Cukup sampai di sini, Mas Alagar! Kita tak akan mungkin bersatu walau tak mudah dilakukan tapi inilah yang terbaik bagi kita berdua.

Luka hatinya tersayat hebat. Tiada lagi pelukan hangat bermanja-manja. Tinggal Amirah sendirian berbaring mencoba melupakan masa depan dan cintanya bersama Alagar Hakim.

Biarkanlah dia pergi.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status