Akhir pekan yang indah namun sayang dinodai kecemburuan tidak pada tempatnya. Ayu Hadiningrat putri bungsu Pakde dan Bude Bambang menyerang Amirah Lashira secara tiba-tiba.Turun dari mobil mewah dan bergegas memasuki rumah tanpa salam."Ra!" bentaknya kasar. "Apa yang kau lakukan terhadap suamiku Mas Bagus selama ini di kantor huh?!""Ayu, kau kenapa, memangnya apa yang ku lakukan ke suamimu?"Amirah terkejut sepupunya mendamprat di depan orang tua yang dihormati selama ini. Tuduhan gila apalagi yang ditujukan padanya.Pak Bambang menatap tajam ke putri bungsu dan ponakan. Sesuatu sedang terjadi di antara mereka berdua melibatkan menantunya tapi Mas Bagus tak ikut istrinya malah membiarkan Ayu sendiri menghadapi masalah.Di mana pria itu sekarang! Kecamnya kesal melihat kekisruhan melanda dua wanita muda di depan matanya. Sungguh tidak ada adab dan etika."Dasar janda sialan, senangnya menggoda suami orang!" tuding Ayu bertubi-tubi memekakkan telinga. "Hasil penjualan batik kau korup
Kepergian Amirah Lashira dan Bagaskara ke Jakarta sangat disesali oleh Pakde Bambang dan Bude Tantri dengan sedihnya mereka melepas pergi dari tempat bernaung selama ini. Keponakan dan cucu mereka tak bersalah dalam persoalan putri dan menantu biadab yang telah mengadu domba keluarga besar keturunan Hadiningrat dan Nareswara."Maafkan Pakde, Bude dan Ayu, yo Nduk," sesal Pak Bambang berkali-kali. "Mengapa kalian tak tinggal di sini saja, kami juga sangat menyayangimu dan putramu."Gelengan kuat ponakannya tak tergoyahkan."Amirah lebih baik menetap di rumah warisan Papa dan Mama, sayang jika didiamkan begitu saja nanti cepat rusak," tolaknya secara halus. "Kapan saja Pakde Bambang dan Bude Tantri bisa menengok kami di sana."Rumah peninggalan mendiang orang tua sudah tak disewakan tahun ini dapat digunakan anak dan cucunya sendiri. Alasan logis akhirnya keputusannya untuk pergi menjadi lebih kokoh lagi."Hati-hati jaga dirimu dan Bagaskara," pesan Pakde Bambang terakhir yang harus di
"Hai Amirah," sapa Alagar Hakim pelan saat mereka berdiri berhadapan. "Maaf, aku harus pergi!" Buru-buru mantan istrinya mendorong troli penuh barang bawaan. "Bagasimu banyak, apa kau akan tinggal di sini?" desak Alagar ingin tahu. "Bukan urusanmu! Kita tak ada hubungan apa-apa lagi." Jawaban ketus mantan istri menohok tajam ke relung hati namun Alagar pantang menyerah. Bila putranya ada di kota yang sama maka kesempatan besar untuk pengasuhan bersama. "Aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia demi mendapatkan hak asuh Bagas lagi!" Hah! Amirah tersentak menghentikan troli bagasi menatap marah ke mantan suami. Baru saja tiba di Jakarta, malah ditemui bajingan mencoba mengaku jadi ayah terbaik dari putranya. Selama ini kau kemana saja, huh! Makinya dalam hati. "Tak perlu repot-repot mengasuh putramu lagi, kau sudah memiliki anak dari Renata lebih baik curahkan saja perhatianmu ke anak dan istrimu sendiri!" Balas dendam memang nikmat cuma tinggal menunggu waktu yang tepat. Pagi in
"Duh Ra, seperti rumah pengantin baru saja," komentar Melani melongok ke dalam ruang tamu hingga kamar utama. "Apa kau mengecat ulang semua kamarnya juga?" Suaminya Alex menyenggol lengannya agar menghargai privasi sahabat mereka. "Kamu tuh bawel, biarin aja Amirah mau renovasi atau bangun ulang rumah ini." "Ishh .. Mas Alex, aku cuma kagum bukan mengejek. Renovasi rumah sebesar ini biayanya cukup mahal, dan Amirah kan harus membesarkan anaknya di sini," timpal Melani merengut sebal. Tuan rumah tersenyum tipis menatap pasangan suami istri belum dikarunia anak bertahun-tahun setelah menikah. Rumah memang tak akan sempurna tanpa anak-anak di dalamnya. Namun kehidupan dia juga tidak sesempurna seperti mereka yang saling mengasihi satu sama lain. Betapa Tuhan Maha Adil dan Bijaksana. Melani memiliki suami baik penuh perhatian dan Amirah punya mempunyai seorang putra tampan walaupun tanpa pasangan. Semua ada porsinya masing-masing tinggal bagaimana mereka mau mensyukuri nikmat yang t
Deg! Sesaat Amirah tertegun menatap di depan pintu. Mantan suaminya juga datang mau apalagi dia kemari?! Kecamnya dalam hati. Alagar Hakim sedikit kikuk menyapa, "Hai, aku mengantar keluargaku ke sini mengunjungi putraku Bagas." Alasan yang dibuat-buat. Dia malah beruntung tadi pagi berada di kediaman orang tua yang ternyata sedang sibuk memasak untuk makan siang bersama di rumah yang baru ditempati Amirah. Dengan senang hati bersedia mengantar mereka sekaligus melihat putra kesayangan. Kesempatannya mau mencari tahu kehidupan mantan istrinya setelah kembali ke Jakarta lagi. "Masuklah Mas Alagar," sambut Amirah setengah hati. "Apa kau sudah bertemu Bagas yang sedang bermain dengan Mas Alex di halaman tadi?" "Ya, kami berbincang-bincang sebentar tadi," seru Alagar menyodorkan dua tas belanjaan yang besar. "Oya, ini aku bawakan keperluan untuk kalian." "Apa ini, Mas?" Amirah sungguh terkejut. Dia tak mengharapkan apapun dari mantan suami. Sudah cukup kebaikan penuh propaganda
Sore hari yang teduh.Arif Kaivan Mahardika seorang pengusaha duduk sendirian di sebuah teras cafe. Usianya tak muda lagi tapi penampilannya menawan dan bersahaja.Pikiran dia saat ini begitu pelik bukan karena masalah pekerjaan tetapi tuntutan orang tua segera menikah. Nyaris berumur 40 tahun belum juga memiliki pasangan hidup.Memangnya di mana bisa menemukan wanita baik-baik sekarang. Semua mata duitan silau dengan kekayaan! Gerutu di dalam hati.Brukk!Pandangannya teralihkan. Seorang anak kecil tak sengaja menabrak tungkai kaki untung saja tangan Kaivan sigap langsung menangkap tubuh mungil yang nyaris terpelanting ke lantai.Di mana ibunya, mengapa melepasnya sendirian?! Benak Kaivan bertanya-tanya.Papa! Papa!Celoteh bocah laki-laki menggemaskan sangat mengagetkannya. Seumur hidup Kaivan inginkan panggilan itu dari buah hati belaian jiwa. Sayang kesempatan tersebut tak pernah kunjung tiba sampai anak berparas tampan datang menggugah pikiran."Hai Nak, di mana Mamamu?" sapanya
Papa?!Apa dia tak salah mendengar ucapan Bagas sebelumnya! Pikir Amirah Lashira bingung. Mengapa memanggil pria asing itu papa padahal baru saja berjumpa.Papa Bagaskara adalah Alagar Hakim dan memang sudah lama tidak bertemu sejak Renata berani mengamuk dan melabrak ke rumahnya di depan keluarga besar Tuan Andi Hakim."Silakan duduk, Nyonya ..." Kaivan menyilakan ibu anak kecil itu mengambil kursi di hadapannya."Panggil Amirah atau Lashira, jangan Nyonya," jawabnya sedikit tersipu. "Risih rasanya karena bukan wanita sosialita pada umumnya."Dia pun bisa melihat usia mereka begitu jauh berbeda namun tak ada cincin pernikahan di jari pria asing itu. Perjaka atau duda?! Amirah malu bertanya hanya dapat menduga saja.Pertemuan yang kikuk."Baik Lashira, namaku Kaivan senang berkenalan denganmu. Oya, aku panggil pelayan mengantar pesananmu kemari kasihan putramu tak sabar lagi."Lambaian tangan tegas memanggil seorang pelayan cafe sontak menghampiri dan mencatat pesanan menu tambahan la
Tangisan Renata Sastrawijaya tak kunjung berhenti sambil memegang secarik kertas membuat dunia runtuh dalam sekejap. Suaminya Alagar Hakim baru saja kembali dari kantor langsung menyerahkan sebuah amplop.Ketika dibaca isinya, terkesiaplah istrinya sesuai reaksi diharapkan."Alagar, teganya tak percaya putri kita itu anakmu juga!" tuding Renata histeris enggan menerima kenyataan."Kau telah menipu selama ini membiarkan hidupku terombang-ambing di dalam neraka kau ciptakan sendiri! Hasil test DNA membuktikan Marcella bukan darah dagingku tak patut menyandang nama keluarga Hakim di belakangnya!" balasnya marah berapi-api.Hiks ... ! Renata makin tersedu air mata berderai deras akibat tak bisa lagi berkelit.Kebohongan membawa petaka panjang tak mampu menyelamatkan pernikahan. Perjuangan sia-sia akhirnya tak mendapat cinta dan kasih sayang Alagar meski berbagai cara telah dilakukan termasuk menghancurkan pernikahan pertamanya dengan Amirah Lashira.Pria itu kian hari menjadi orang asing