Papa?!Apa dia tak salah mendengar ucapan Bagas sebelumnya! Pikir Amirah Lashira bingung. Mengapa memanggil pria asing itu papa padahal baru saja berjumpa.Papa Bagaskara adalah Alagar Hakim dan memang sudah lama tidak bertemu sejak Renata berani mengamuk dan melabrak ke rumahnya di depan keluarga besar Tuan Andi Hakim."Silakan duduk, Nyonya ..." Kaivan menyilakan ibu anak kecil itu mengambil kursi di hadapannya."Panggil Amirah atau Lashira, jangan Nyonya," jawabnya sedikit tersipu. "Risih rasanya karena bukan wanita sosialita pada umumnya."Dia pun bisa melihat usia mereka begitu jauh berbeda namun tak ada cincin pernikahan di jari pria asing itu. Perjaka atau duda?! Amirah malu bertanya hanya dapat menduga saja.Pertemuan yang kikuk."Baik Lashira, namaku Kaivan senang berkenalan denganmu. Oya, aku panggil pelayan mengantar pesananmu kemari kasihan putramu tak sabar lagi."Lambaian tangan tegas memanggil seorang pelayan cafe sontak menghampiri dan mencatat pesanan menu tambahan la
Tangisan Renata Sastrawijaya tak kunjung berhenti sambil memegang secarik kertas membuat dunia runtuh dalam sekejap. Suaminya Alagar Hakim baru saja kembali dari kantor langsung menyerahkan sebuah amplop.Ketika dibaca isinya, terkesiaplah istrinya sesuai reaksi diharapkan."Alagar, teganya tak percaya putri kita itu anakmu juga!" tuding Renata histeris enggan menerima kenyataan."Kau telah menipu selama ini membiarkan hidupku terombang-ambing di dalam neraka kau ciptakan sendiri! Hasil test DNA membuktikan Marcella bukan darah dagingku tak patut menyandang nama keluarga Hakim di belakangnya!" balasnya marah berapi-api.Hiks ... ! Renata makin tersedu air mata berderai deras akibat tak bisa lagi berkelit.Kebohongan membawa petaka panjang tak mampu menyelamatkan pernikahan. Perjuangan sia-sia akhirnya tak mendapat cinta dan kasih sayang Alagar meski berbagai cara telah dilakukan termasuk menghancurkan pernikahan pertamanya dengan Amirah Lashira.Pria itu kian hari menjadi orang asing
Tertegun Amirah menatap gedung perkantoran tinggi menjulang. Datang lebih pagi dari jam kerja ditentukan. Petugas keamanan langsung mengantar ke lantai atas setelah mengetahui wanita cantik itu bekerja sebagai sekretaris baru CEO Tuan Arif Kaivan Mahardika.Lantai khusus pimpinan begitu elegan. Karpet merah terhampar di ruang tunggu khusus tamu penting, sofa empuk nyaman ditambah rangkaian bunga indah di sudut memberi sentuhan mewah dan berwarna.Meja sekretaris tertata rapih, dokumen penting tersusun untuk ditandatangani sang CEO, namun dia mencari agenda kerja Tuan Kaivan lebih dahulu mempelajari perlahan tentang jadwal pertemuan dan pesta kolega minggu depan tercantum di sana.Pendingin ruangan cukup menyejukkan tapi juga membuat sedikit kedinginan. Sunyi senyap di lantai atas tanpa seorang menemani. Sampai akhirnya melihat petugas datang memeriksa pantry, dan bercakap-cakap sejenak memperkenalkan diri."Selamat pagi Bu, saya Arifin petugas di lantai khusus ini," sapanya ramah penu
"Raa-aa ... ""Ya, Tuan," sahut Amirah mendengar panggilan kencang sang CEO langsung tergesa menuju ke kantor. Dasar bawel! Sungutnya kesal. Sebulan bekerja di perusahaan namun tingkah laku pimpinan mencerminkan sikap manja persis Bagaskara."Ada apa lagi Tuan memanggil?" berondongnya heran. "Bukankah berkas penting diminta tadi ku siapkan di atas meja termasuk secangkir kopi panas, juga jadwal pertemuan klien?""Duh, Ra, kamu kok jadi sewot gitu?!" balas sang CEO sambil tertawa. "Aku cuma mau tanya Bagaskara sama siapa sekarang, jika perlu pengasuh bilang saja nanti dicarikan."Oh, sial.Amirah berpikir ada hal genting dan penting disampaikan bossnya. "Bagas baik-baik saja, sahabatku Melani yang menjaga," ujarnya sedikit tenang.Kaivan mengangguk lega mendengarnya seraya berkata, "Berarti kau bisa temani aku ke luar kota nanti?"Hah?! Giliran sekretaris ternganga kebingungan. "Peresmian hotel baru di luar kota?" kilahnya menolak halus. "Apa memang harus aku yang berangkat, tak bisaka
Dua kali pintu kamar hotel diketuk pelan. Amirah membuka sambil tersenyum ramah. CEO Kaivan menjemput untuk menghadiri pembukaan hotel baru yang ditempati mereka hari ini."Kau sudah siap, Ra?""Ya, tapi apa Tuan yakin ini bukan acara formal?" Amirah ragu atas permintaan berpakaian casual bukan resmi di pesta kolega perusahaan."Kau cantik, Ra, berpakaian apapun," puji Kaivan tulus. "Pestanya berada di pantai bukan ballroom tidak perlu mengenakan tuxedo atau gaun sekalipun. Nanti ku ajak kau keliling hotel dan wisata ke pulau lain."Oh, okay. Amirah pun menarik nafas lega.Ini perjalanan bisnis pertama kali, seterusnya diharapkan terbiasa agenda kerja ke luar kota maupun keluar negeri menemani CEO. Semakin hatinya merasa resah selalu meninggalkan Bagas di rumah.Beriringan mereka menyusuri selasar hotel menuju lift. Ketika berada di dalam tiba-tiba saja Kaivan meminta sesuatu dari sekretarisnya, "Ra, tolong jangan panggil Tuan di saat tak ada siapapun di antara kita.""Maksudnya?" Ami
Alagar Hakim berdiri tegak seakan mengintimidasi Amirah Lashira. Mereka benar-benar tak sengaja bertemu di acara perusahaan dan putra sulung Tuan Andi Hakim memiliki saham di hotel terbesar di pulau Bali.Rasa kesalnya tak sebesar rindu selama ini namun melihat Amirah di tengah pria kaya raya membuat cemburu dan gelap mata. "Kau bersama siapa ke sini?" cecarnya semena-mena. "Bukan seharusnya merawat Bagas di rumah kok malah keluyuran meninggalkan sendiri!"Sorot mata Amirah balas menghujam berubah menjadi sosok kuat dan tangguh. Kepahitan dalam pernikahan mengajarkannya menjaga diri dari serangan mantan suami. Menatap berang atas tudingan yang kejam."Mas, hubungi saja orang tua atau adikmu!" sanggahnya tak mau kalah. "Tanyakan Bagas ada di mana!"Secepat kilat Alagar meraih gawai dari saku kemudian menekan nomor panggilan Mama Nirmala. Tidak lama terdengar sahutan di ujung sana sedikit mengejek, "Tumben hubungi Mama, biasanya kau tak peduli setelah perceraian kau dan Renata!""Hai Ma
"Mas, aku ganti pakaian dulu ya," bisik Amirah tak mengganggu percakapan pimpinan dan koleganya."Perlu ku antar ke kamar?" harap CEO Kaivan yang sayangnya langsung dijawab gelengan sekretaris, melepas sendirian ke lantai atas.Amirah bergegas menuju lobi. Kakinya lincah melintasi tepi kolam renang di tengah banyaknya pengunjung hotel menikmati hari senja diiringi dentuman live musik yang tak berhenti sampai tengah malam nanti.Dunia hiburan yang tak pernah dirasakan sebelumnya, dia pun tak tertarik larut di dalamnya. Ajakan Kaivan menyusuri pantai dan keindahan pulau Dewata di waktu malam mengalihkan pikirannya setelah pertemuan dengan pria brengsek, Alagar Hakim.Cerita masa lalu mereka ternyata tak semudah usai begitu saja.Kedua CEO itu ternyata bekerja sama dalam bisnis property dan pariwisata. Amirah Lashira merasa terancam karirnya di antara masa lalu dan masa depan. Kaivan sampai kini belum tahu siapa mantan suaminya hanya bertemu putranya saja.Ting! Lift terbuka membuyarkan
"Hai Mba, gimana acara di Bali?" tanya Aabid Barak Hakim sesaat panggilan gawai tersambung. "Tadi Mama bilang, Mas Alagar mencari Bagas.""Oh iya, Bid, ternyata aku bertemu kakakmu di pesta pembukaan hotel yang sama," jawabnya gugup. "Sama sekali semua di luar sepengetahuanku dan langsung menanyakan keberadaan Bagaskara.""Mba, baik-baik saja di sana?" tukas putra bungsu Tuan Andi Hakim cemas.Kakaknya bukanlah pria baik sejak bercerai dari Renata Sastrawijaya. Semakin menggila tak bisa dikendalikan adik maupun orang tuanya sendiri. Setengah gagap Amirah Lashira mengiyakan walau nada suara bergetar pelan tak mau menimbulkan sesuatu kekhawatiran bagi keluarga terpandang mantan mertuanya."It's okay, kami sempat bicara sebentar saja setelah itu sibuk urusan masing-masing," lirihnya berhati-hati."Kau pasti bohong, Mba, memangnya aku ga tahu kelakuan kakakku selama ini!" ketus Aabid."Ayolah, jangan berpikir macam-macam begitu, tolong jaga putraku dulu ya besok sore tiba di Jakarta, Mba
Enam bulan kemudian."Aku terima nikahnya dan kawinnya Nayla Habiba Azhima binti Yudistira Nugraha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Alagar mengucap begitu tegas tanpa jeda di hadapan keluarga."Sah!" teriak penghulu mewakili keluarga besar pengantin wanita menegaskan bacaan mempelai pria begitu jelas sempurna tak terbantah. Semua bertepuk tangan bahagia dan menitikkan air mata kebahagiaan.Nyonya Nirmala terisak menyaksikan putranya menikah lagi tak sengaja beradu pandang dengan Amirah dan didapatkan senyum gembira di ujung sana. Semua mendapatkan bahagia dengan caranya masing-masing.Mantan menantu telah menikahi Kaivan kakak ipar Aabid, sekarang Alagar mengawini Nayla sepupu suami Amirah. Persaudaraan mereka semakin dekat dan akrab. Tiada permusuhan di antara mereka lagi. Usai sudah si manusia liar mengakhiri kisah hidupnya bersanding dengan anak gadisnya Om Yudis."Jaga baik-baik dan senangkan hatinya, ya sayang!""Baik 'Ma, maafin Alagar ya selama ini sudah menyusahkan Ma
Kaivan memesan menu tambahan untuknya ketika pelayan datang menyajikan lebih dulu pesanan mereka. Tawa gelinya terus bergema mengejek ipar yang tak berkutik sejak dia tiba tadi."Ayolah bro, relax!"Relax matamu! Alagar makin melotot setelah latar belakangnya dibuka satu persatu di depan Nayla dan Om Yudis. Tak ada kesempatan menjelaskan percakapan mereka didominasi ayahnya si kembar Samy dan Salsha."Om Yudis, memang brengsek ini mantan suami Amirah tetapi dia sudah banyak berubah," tutur Kaivan jujur.Mata tuanya mengamati ponakan dan kekasih Nayla duduk berdampingan. "Kau yakin, iparmu ini cukup baik karena baru saja melamar putri bungsuku?!""Ya tinggal terima atau tolak saja Om, kalau ga suka," tegas Kaivan. "Persoalan pernikahan sungguh rumit tapi semua keputusan utama pada ayahnya Nayla bukan calon suaminya!"Berbeda dengan perkawinannya. Amirah sudah menjadi janda bebas memutuskan hidupnya sendiri menikahi CEO Kaivan, sementara sepupu Nayla masih tanggung jawab ayahnya, Om Yud
Terkejut Om Yudis ketika melihat putrinya tak datang sendirian tapi membawa teman kencan. Seorang pria yang terlihat mapan berbeda usia bukan lagi seperti pacar yang dulu pernah diceritakan olehnya."Hai Papa, apa kabar?" sapa Nayla sambil memeluk dan mengecup pipi ayahnya."Hai, sayang," sambutnya senang kemudian merangkul putri kesayangan. "Maaf Mamamu 'ga bisa ikut ke sini sedang sibuk dengan keluarga kakakmu Alex baru datang mengunjunginya ke Paris."Nayla mengangguk. "It's okay, lagian Papa kenapa nengok aku 'kan sudah dewasa dan kuliah master sudah selesai, sekarang baru kerja di kantor yang baru masa harus diawasi terus!" gerutunya sebal.Tersenyum pria paruh baya mengusap kepala anak perempuan bungsu yang belum menikah lalu memandang pria asing di belakangnya tadi. "Nay, Ini siapa, kok Papa belum dikenalkan?!"Eh iya.Belum sempat putrinya berucap pria itu lebih dulu menyodorkan tangan berkenalan dengannya. "Malam Om, senang bertemu anda, aku Alagar kawannya Nayla."Kawan atau
Rindu Alagar sudah lama tak bertemu karena kesibukan pekerjaan mereka masing-masing hingga akhirnya memutuskan menghubungi Nayla teman kencan yang baru. "Hai 'Nay, apa kabarmu?""Agak sibuk di kantor belakangan ini, bossku agak menjengkelkan semua staff kena omel karena perusahaan sedang ada masalah tapi aku 'sih engga, mungkin karyawan baru jadi tak pernah sekali papasan dengannya.""Oh, okay." Alagar pun memahami gadis itu baru pindah kerja masih menyesuaikan suasana. "Terus kapan kita bisa ketemuan dong, 'Nay?""Akhir pekan aja gimana, kebetulan Papaku mau datang, yuk Mas temani aku?!" desak Nayla. Pfft! Seperti lamaran saja harus jumpa mertua."Aku dapat menemani cuma apakah tak jadi masalah bagi kamu dekat denganku?!" Pertanyaan menyakitkan buat Alagar sendiri tak ingin gadis itu sedih atau terluka akibat status duda disandangnya. Banyak orang tua menghendaki anak gadisnya menikahi pria single."Jangan begitu dong, sudah tiga bulan kita kenalan memang ga ada rencana mau serius?"
"Ra, Alagar kemana ya kok sudah berbulan-bulan tak melihatnya lagi?!" Kaivan tersadar kehilangan saudara ipar yang menjengkelkan kecuali Aabid Barak Hakim. Amirah mengangkat bahu. "Mana aku tahu, Mas! Nanti kalau sering bertanya tentangnya malah kamu uring-uringan cemburu jadi malas 'kan ribut hal itu lagi." "Tak usah cemburu wong dia sudah kalah telak dariku," sahutnya pongah. Lengannya langsung kena tepukan keras dari sang istri. "Loh, kok aku yang dipukul?" "Mas, kamu jangan begitu, kalian 'kan saudara ipar sekarang karena pernikahan Aabid dan Khirani," omel Amirah. "Mbokya dinasihati Mas Alagar supaya hidupnya berubah 'ga liar lagi, malu sama Bagas kalau sudah besar papanya sering gonta ganti perempuan." "Iya-aa cintaku, nanti aku tanya Aabid di mana manusia liar itu berada sekarang, kangen juga sudah lama 'ga berantem dengannya." Ishh. Guyonan dibalas mata melotot istrinya. Kaivan pun menghubungi suami Khirani daripada kena omelan. Ternyata brengsek itu sedang berada di Amer
Kabar kelahiran anak kembar Amirah terdengar sampai ke negeri Paman Sam. Musim dingin sepi dan sunyi tanpa seorangpun mendampingi membuat sedikit hati Alagar Hakim sedih.Mantan istri telah bahagia dengan suami kedua dan langsung memberikan dua anak sehat sempurna. Utang yang dibayar tunai setelah perceraian mengenaskan. Mengalahkannya dalam semua sisi kehidupan.Alagar kini sendiri tanpa anak istri.Putra mereka lebih gembira bersama Kaivan yang menyayangi Bagaskara sebesar cinta di lautan luas. Kadang sempat berbincang saat Bagas menginap di rumah orang tuanya agar tetap diakui sebagai ayah, bukan orang asing baginya. Dan anak itu memahami memiliki dua papa ternyata mengasyikkan juga.Dunia anak memang istimewa. Sayang dia baru merasakan arti memiliki setelah kehilangan.Di luar cafe sedang rintik hujan udaranya makin dingin. Alagar merapatkan jas menunggu reda. Tak sengaja menoleh ke seorang wanita muda saat masuk mencari kursi kosong namun sayangnya semua penuh terisi kecuali ...
Waktu persalinan yang lebih cepat dua minggu dari perkiraan dokter kandungan. Untunglah Amirah segera ditangani sebelum air ketuban pecah di jalan tadi. Kaivan benar-benar pria posesif siaga menjaga istri sampai menyiapkan keperluan sebelum ke rumah sakit tadi.Tangisan dua bayi tiba-tiba memecah keheningan di ruang operasi. Persalinan berjalan lancar, ibu dan anak kembar sehat selamat. "Terima kasih, sayang." Kecupnya di kening istri tersayang seraya berucap, "Kau telah menjadikanku suami dan ayah yang paling bahagia."Senyum Amirah mengembang, "Terimakasih juga sayang, kamu telah membuatku ibu yang sempurna bagi anak-anak kita." Persalinan kedua baginya untuk anak kembar pertama Arif Kaivan Mahardika.Sungguh kado yang istimewa bagi pernikahan mereka.Bayi kembarnya belajar menyusui, mulut Samy benar-benar melahap air susu ibunya sementara Salsha kalem tenang. Begitulah bedanya antara anak laki-laki dan perempuan.Pasien VVIP dipindahkan dari ruang operasi menuju kamar rawat inap. K
Pesta pernikahan Celine dan Benedicto berlangsung lancar dan meriah setelah dua minggu kepulangannya dari Asia. Hubungan mereka berangsur bahagia setelah pria itu kecewa dikhianati tunangan Luisa Esperanza mengakui tak mencintai memilih menjadi simpanan pria tua kaya raya untuk memuaskan gaya hidupnya. Senator Andres langsung memutuskan Luisa setelah melihat photo dan video seksi mereka di sebuah kolam renang di kota kecil Spanyol. Tuan Nareswara berhasil meruntuhkan kekuasaan dan wibawa besan sebelum rekaman itu dipublikasi menyebar ke seluruh penjuru dunia. Benar-benar keluarga memalukan! Belum lagi putrinya Sophia juga melakukan hal sama persis ayahnya. Kekasihnya senator Fernando mendapat teguran keras darinya agar selamanya menjauh dari keluarga Abimanyu Nareswara. Kekacauan dan kerusakan luar biasa menimpa kehidupan mereka. Dalam jamuan makan malam, Tuan Nareswara yang duduk berdekatan Tuan Andres berjabat tangan setelah menyelesaikan seluruh masalah. Cucu mereka tampak baha
"Senang bertemu anda lagi, Tuan Kaivan." Bimantara menjabat tangan sang CEO meredakan kemarahan yang hampir tidak bisa dikendalikan lagi. "Sorry, aku datang terlambat karena kemacetan dari bandara ke sini." "Tak masalah, yang penting akhirnya kau datang sebelum ku habisi putri Abimanyu!" sungut Kaivan emosi. Tawa Bimantara berderai sambil menepuk bahu suami Amirah. "Jangan lumuri tanganmu untuk gadis kotor seperti dia," tuduhnya ke Celine Dupuis. "Sudah terlalu baik kau terhadap keluarganya mengangkat martabat dari kebangkrutan dan kini bangkit membangun bisnis kembali." Begitulah Kaivan yang didesak istrinya sendiri agar tak berbuat lebih kejam membalas keluarga Papa Bisma memilih menyelamatkan ekonomi mereka. Dan semua juga karena bayi dikandung Amirah mengalahkan sisi gelap suaminya. Putri bungsu Abimanyu makin tersudut menunduk malu. Duduk serba salah setelah kedatangan Bimantara yang begitu tiba-tiba. Opa Nareswara pasti mengutusnya untuk membawanya pulang ke Paris. Sial! "M