Alagar Hakim berdiri tegak seakan mengintimidasi Amirah Lashira. Mereka benar-benar tak sengaja bertemu di acara perusahaan dan putra sulung Tuan Andi Hakim memiliki saham di hotel terbesar di pulau Bali.Rasa kesalnya tak sebesar rindu selama ini namun melihat Amirah di tengah pria kaya raya membuat cemburu dan gelap mata. "Kau bersama siapa ke sini?" cecarnya semena-mena. "Bukan seharusnya merawat Bagas di rumah kok malah keluyuran meninggalkan sendiri!"Sorot mata Amirah balas menghujam berubah menjadi sosok kuat dan tangguh. Kepahitan dalam pernikahan mengajarkannya menjaga diri dari serangan mantan suami. Menatap berang atas tudingan yang kejam."Mas, hubungi saja orang tua atau adikmu!" sanggahnya tak mau kalah. "Tanyakan Bagas ada di mana!"Secepat kilat Alagar meraih gawai dari saku kemudian menekan nomor panggilan Mama Nirmala. Tidak lama terdengar sahutan di ujung sana sedikit mengejek, "Tumben hubungi Mama, biasanya kau tak peduli setelah perceraian kau dan Renata!""Hai Ma
"Mas, aku ganti pakaian dulu ya," bisik Amirah tak mengganggu percakapan pimpinan dan koleganya."Perlu ku antar ke kamar?" harap CEO Kaivan yang sayangnya langsung dijawab gelengan sekretaris, melepas sendirian ke lantai atas.Amirah bergegas menuju lobi. Kakinya lincah melintasi tepi kolam renang di tengah banyaknya pengunjung hotel menikmati hari senja diiringi dentuman live musik yang tak berhenti sampai tengah malam nanti.Dunia hiburan yang tak pernah dirasakan sebelumnya, dia pun tak tertarik larut di dalamnya. Ajakan Kaivan menyusuri pantai dan keindahan pulau Dewata di waktu malam mengalihkan pikirannya setelah pertemuan dengan pria brengsek, Alagar Hakim.Cerita masa lalu mereka ternyata tak semudah usai begitu saja.Kedua CEO itu ternyata bekerja sama dalam bisnis property dan pariwisata. Amirah Lashira merasa terancam karirnya di antara masa lalu dan masa depan. Kaivan sampai kini belum tahu siapa mantan suaminya hanya bertemu putranya saja.Ting! Lift terbuka membuyarkan
"Hai Mba, gimana acara di Bali?" tanya Aabid Barak Hakim sesaat panggilan gawai tersambung. "Tadi Mama bilang, Mas Alagar mencari Bagas.""Oh iya, Bid, ternyata aku bertemu kakakmu di pesta pembukaan hotel yang sama," jawabnya gugup. "Sama sekali semua di luar sepengetahuanku dan langsung menanyakan keberadaan Bagaskara.""Mba, baik-baik saja di sana?" tukas putra bungsu Tuan Andi Hakim cemas.Kakaknya bukanlah pria baik sejak bercerai dari Renata Sastrawijaya. Semakin menggila tak bisa dikendalikan adik maupun orang tuanya sendiri. Setengah gagap Amirah Lashira mengiyakan walau nada suara bergetar pelan tak mau menimbulkan sesuatu kekhawatiran bagi keluarga terpandang mantan mertuanya."It's okay, kami sempat bicara sebentar saja setelah itu sibuk urusan masing-masing," lirihnya berhati-hati."Kau pasti bohong, Mba, memangnya aku ga tahu kelakuan kakakku selama ini!" ketus Aabid."Ayolah, jangan berpikir macam-macam begitu, tolong jaga putraku dulu ya besok sore tiba di Jakarta, Mba
Sebelum menuju bandara I Gusti Ngurah Rai, Kaivan menyempatkan diri membelikan oleh-oleh untuk putra Amirah Lashira. Sebuah layangan besar dan aneka macam sampai sesak tas belanjaan mereka berdua."Mas, sudah dong belanjanya, ini sudah terlalu banyak untuk anak sekecil Bagaskara," protesnya kesal."Tenanglah Ra, kan nanti tinggal ditaruh di dalam kabin saja," bujuk CEO Kaivan. "Atau kapan-kapan kita pergi berlibur ke Bali bersama Bagas sekalian, mumpung putramu belum masuk sekolah.""Iya, kapan-kapan saja ga usah dipikirkan sekarang, Mas," sahut Amirah membantu meletakkan tas belanjaan ke dalam bagasi mobil. Acara pesta pembukaan hotel kemarin telah selesai. Pagi tadi mereka berolahraga di tepi pantai dilanjutkan parasailing dan snorkeling. "Kurang puas, Ra," rayu Kaivan. "Lain kali kita menginap lebih lama dan ajak Bagas pasti sangat senang.""Memang itu maunya, Mas!" omel Amirah. "Besok kan kita sudah harus bekerja lagi, ayo kita pulang sekarang, nanti kemalaman sampai di rumah."S
Suasana di kediaman Tuan Andi Hakim begitu menegangkan. Putra sulungnya menyerang mantan istri juga Kaivan yang notabene sahabat orang tuanya sendiri. Dan keributan bertambah besar ketika si bungsu Aabid Barak Hakim tak terima sikap kasar terhadap keduanya."Mas, ga sopan banget sama kerabat keluarga kita?" tegurnya marah. "Urusan kalian di Bali atau dimanapun ga usah dibawa kemari, ini kan rumah Papa dan Mama, muliakan dong tamunya!"Tatapan Alagar menusuk tajam, memaki adiknya, "Diam kau, brengsek! Ini rumah orang tuaku juga, aku lebih berhak di sini daripada mereka!" Berdiri menantang hampir saja baku hantam terjadi karena Aabid emosional seperti dirinya.Kontan Tuan Andi Hakim berseru kencang melerai perseteruan kedua putranya, "Alagar, kau seharusnya jadi panutan adikmu, tapi tak banyak berubah sejak bercerai dengan Renata!" Sosok pria paruh baya semakin tua karena persoalan putra sulung sering berbuat ulah."Tapi, Pa ... " kelitnya mencoba menjelaskan namun dibalas jawaban menoh
Tiga hari kemudian Aabid Barak Hakim bersama Bagaskara mengunjungi tempat bekerja Amirah. Keponakan tersayang sudah rindu dengan mamanya setelah menginap beberapa hari di kediaman Opa dan Oma Andi Hakim. Tepat sebelum jam pulang kerja tiba di lantai khusus kantor pimpinan.Mama-aaa!Suara nyaring Bagas memanggil sang ibu memecah suasana hening menjadi riuh. Sontak saja Amirah buru-buru menghampiri memeluk putra tampan yang kian tumbuh besar. "Sayang, jangan teriak seperti itu, kan ini kantor bukan di rumah," bujuknya pelan sambil menciumi pipi gembul berkali-kali."Mama, aku punya ini dari Om Aabid," pamer Bagas menunjukkan mainan baru. "Di rumah Opa dan Oma ada lebih banyak lagi, Ma, nanti aku sering menginap dan bermain di sana."Oh, okay.Amirah tak mau membatasi hubungan mereka walau sudah bercerai dengan Alagar Hakim lagi. Papa Bagas telah memiliki kekasih baru melupakan putra tunggal yang sejak lahir pun tanpa perhatian darinya. "Iya kamu boleh menginap di sana asalkan tidak nak
Aabid Barak Hakim masih memimpin rapat perusahaan di saat kakaknya ingin menjumpai. Secarik catatan keci diberikan dari sekretaris memberitahu soal kedatangan Alagar Hakim. Dalam waktu 15 menit ia segera menyelesaikan pertemuan yang kemudian diserahkan ke manajer keuangan.Si brengsek Alagar menunggu di ruang kantor asyik mengepulkan asap tembakau ke langit plafon. Sapaan Aabid terdengar sumbang, ia tahu kehadiran putra sulung Tuan Andi Hakim untuk membahas mantan istri, Amirah Lashira."Tumben Mas mau mampir ke tempatku, ada perlu apa?""Hai, little bro," toleh Alagar membalas. "Katanya kau kemarin membawa anakku ke kantor Kaivan?""Ya, kau betul, kan mamanya Bagas bekerja di sana," jawab Aabid merasa tak bersalah. "Kami datang sebelum waktu pulang kerja jadi aku jemput ponakanku dulu ke rumah, setelah itu ke kantornya Mas Kaivan, memang ada masalah?""Ga, Bid, cuma mengapa tak bilang padaku biar aku mengantar Bagaskara pulang ke rumah Amirah langsung, bukan ke kantor keparat itu!" g
Ra-aa! Panggilan kencang di tengah keramaian pusat perbelanjaan. Amirah pun menoleh ke arah suara, celingukan mencari sosok bawel Melani. Lambaian tangan mulai terlihat dari kejauhan lalu dibalasnya penuh kerinduan. Keduanya berpelukan mencium pipi satu sama lain. Alex suami Melani juga gembira bertemu Amirah dan Bagaskara di sore yang ceria. Sontak ia mengajak balita itu bermain menjauhi istri dan sahabatnya untuk berbicara hal pribadi. "Mel, apa kabar dirimu?" sapa Amirah. "Ra, sorry, beberapa hari ini aku dan Mas Alex banyak bepergian jadi tak bisa mengasuh Bagas," ucap Melani meminta maaf. Sesuatu istimewa tak mau lagi dirahasiakan di depan sahabatnya. "It's okay, Mel," balasnya sambil merangkul lengan sahabatnya. "Untung anakku senang menginap di rumah Opa dan Omanya jadi aku tetap bekerja seperti biasa." Senyum bahagia terlukis di wajah istri Mas Alex malah membuat Amirah bertanya-tanya, "Eh, mukamu glowing begitu kenapa sih, kau habis bulan madu kedua ya?" Melani menggelen