Suasana di kediaman Tuan Andi Hakim begitu menegangkan. Putra sulungnya menyerang mantan istri juga Kaivan yang notabene sahabat orang tuanya sendiri. Dan keributan bertambah besar ketika si bungsu Aabid Barak Hakim tak terima sikap kasar terhadap keduanya."Mas, ga sopan banget sama kerabat keluarga kita?" tegurnya marah. "Urusan kalian di Bali atau dimanapun ga usah dibawa kemari, ini kan rumah Papa dan Mama, muliakan dong tamunya!"Tatapan Alagar menusuk tajam, memaki adiknya, "Diam kau, brengsek! Ini rumah orang tuaku juga, aku lebih berhak di sini daripada mereka!" Berdiri menantang hampir saja baku hantam terjadi karena Aabid emosional seperti dirinya.Kontan Tuan Andi Hakim berseru kencang melerai perseteruan kedua putranya, "Alagar, kau seharusnya jadi panutan adikmu, tapi tak banyak berubah sejak bercerai dengan Renata!" Sosok pria paruh baya semakin tua karena persoalan putra sulung sering berbuat ulah."Tapi, Pa ... " kelitnya mencoba menjelaskan namun dibalas jawaban menoh
Tiga hari kemudian Aabid Barak Hakim bersama Bagaskara mengunjungi tempat bekerja Amirah. Keponakan tersayang sudah rindu dengan mamanya setelah menginap beberapa hari di kediaman Opa dan Oma Andi Hakim. Tepat sebelum jam pulang kerja tiba di lantai khusus kantor pimpinan.Mama-aaa!Suara nyaring Bagas memanggil sang ibu memecah suasana hening menjadi riuh. Sontak saja Amirah buru-buru menghampiri memeluk putra tampan yang kian tumbuh besar. "Sayang, jangan teriak seperti itu, kan ini kantor bukan di rumah," bujuknya pelan sambil menciumi pipi gembul berkali-kali."Mama, aku punya ini dari Om Aabid," pamer Bagas menunjukkan mainan baru. "Di rumah Opa dan Oma ada lebih banyak lagi, Ma, nanti aku sering menginap dan bermain di sana."Oh, okay.Amirah tak mau membatasi hubungan mereka walau sudah bercerai dengan Alagar Hakim lagi. Papa Bagas telah memiliki kekasih baru melupakan putra tunggal yang sejak lahir pun tanpa perhatian darinya. "Iya kamu boleh menginap di sana asalkan tidak nak
Aabid Barak Hakim masih memimpin rapat perusahaan di saat kakaknya ingin menjumpai. Secarik catatan keci diberikan dari sekretaris memberitahu soal kedatangan Alagar Hakim. Dalam waktu 15 menit ia segera menyelesaikan pertemuan yang kemudian diserahkan ke manajer keuangan.Si brengsek Alagar menunggu di ruang kantor asyik mengepulkan asap tembakau ke langit plafon. Sapaan Aabid terdengar sumbang, ia tahu kehadiran putra sulung Tuan Andi Hakim untuk membahas mantan istri, Amirah Lashira."Tumben Mas mau mampir ke tempatku, ada perlu apa?""Hai, little bro," toleh Alagar membalas. "Katanya kau kemarin membawa anakku ke kantor Kaivan?""Ya, kau betul, kan mamanya Bagas bekerja di sana," jawab Aabid merasa tak bersalah. "Kami datang sebelum waktu pulang kerja jadi aku jemput ponakanku dulu ke rumah, setelah itu ke kantornya Mas Kaivan, memang ada masalah?""Ga, Bid, cuma mengapa tak bilang padaku biar aku mengantar Bagaskara pulang ke rumah Amirah langsung, bukan ke kantor keparat itu!" g
Ra-aa! Panggilan kencang di tengah keramaian pusat perbelanjaan. Amirah pun menoleh ke arah suara, celingukan mencari sosok bawel Melani. Lambaian tangan mulai terlihat dari kejauhan lalu dibalasnya penuh kerinduan. Keduanya berpelukan mencium pipi satu sama lain. Alex suami Melani juga gembira bertemu Amirah dan Bagaskara di sore yang ceria. Sontak ia mengajak balita itu bermain menjauhi istri dan sahabatnya untuk berbicara hal pribadi. "Mel, apa kabar dirimu?" sapa Amirah. "Ra, sorry, beberapa hari ini aku dan Mas Alex banyak bepergian jadi tak bisa mengasuh Bagas," ucap Melani meminta maaf. Sesuatu istimewa tak mau lagi dirahasiakan di depan sahabatnya. "It's okay, Mel," balasnya sambil merangkul lengan sahabatnya. "Untung anakku senang menginap di rumah Opa dan Omanya jadi aku tetap bekerja seperti biasa." Senyum bahagia terlukis di wajah istri Mas Alex malah membuat Amirah bertanya-tanya, "Eh, mukamu glowing begitu kenapa sih, kau habis bulan madu kedua ya?" Melani menggelen
Alex terperangah ketika pimpinan perusahaan sahabatnya bekerja datang menemui mereka. Tawa menggema ketika saling berjabat tangan. Sungguh pertemuan menyenangkan. Sementara Amirah memandang mereka bingung, dan membiarkan Bagas sibuk dengan mainan baru menunggu pesanan datang."Hey, apa kalian sudah saling mengenal satu sama lain?" tanyanya ingin tahu.Senyum Kaivan dan Alex menjawab semuanya. CEO tampan itu mengambil kursi lalu duduk bersama mereka lalu menjelaskan, "Kau benar, aku dan Alex bekerja sama dua tahun ini di bisnis pertambangan."Oh, pantas saja! Guman Amirah."Iya Ra, jika aku tahu Kaivan jadi bossmu pasti sejak dulu mengunjungi ke kantor, tapi pekerjaanku banyak di luar kota," terang Alex lagi. Dari pandangannya antara Kaivan dan Amirah memiliki sesuatu menarik diamati. Koleganya menaruh hati pada sahabat mereka."Datanglah, Lex, kopi buatan sekretarisku juga enak dan mantap," puji Kaivan memancing rona merah wajah Amirah Lashira. Sontak saja lengannya terasa disentak."
Ting! Pintu lift terbuka.Keluarlah sosok gadis anggun manja melenggak lenggokan pinggul di atas high heels bak model di catwalk berjalan penuh percaya diri menuju ke meja sekretaris. "Hey, apa Kaivan ada di dalam?" tanyanya pongah.Amirah mengenali gadis itu berada dipelukan mantan suaminya di saat peresmian hotel di Bali. Jeany mantan kekasih Kaivan sebelum Alagar merebut darinya. Itu yang diketahui dari bossnya sendiri."Nona, ada keperluan apa bertemu dengannya?" sambutnya ramah. "Tuan Kaivan sedang sibuk melakukan teleconference bersama kolega, mungkin kau bisa menunggu atau kembali lagi nanti."Cibiran sinis bibir berlipstik tebal tak senang atas jawabannya langsung membalas kasar sikap sekretaris yang kaku, "Bilang saja, Jeany datang ingin menemui secepatnya!"Oh, okay.Amirah menyilakan gadis itu duduk di sofa menunggu CEO Kaivan selesai pertemuan, lalu menulis sesuatu di secarik kertas kecil dan beranjak menuju ruang pimpinan. Langkahnya terhenti saat terdengar suara sumbang
"Kau bisa-bisanya memilih sekretaris gembel seperti itu, penampilannya ga menjual ke klien dan kolegamu," berondong Jeany tepat di saat Amirah menutup pintu kantor rapat-rapat. Pembicaraan mereka tak ada yang mendengar selain dia dan Kaivan."Apa kau datang demi bisnis atau mengomentari baju karyawan perusahaanku?" tegur Kaivan. "Kita tak ada memiliki janji temu sebelumnya dan aku sangat sibuk, sebaiknya lanjutkan pertemuan ini kapan-kapan saja.""No, Kaivan, sorry membuatmu tak nyaman atas kedatanganku," sahut Jeany bergegas mendekati CEO yang dulu begitu hangat mencintai. Misinya tiba-tiba berubah cepat bukan membahas bisnis fashion tetapi merayu agar kembali ke pelukannya.Tangan yang lentik bermain di bahu kekar CEO tampan lalu memijatnya lembut mengurangi kepenatan usai teleconference tadi. Kemeja putih halus tanpa dasi memudahkan Jeany melancarkan serangan awal membuka kancing satu persatu."Hentikan Jean, aku tak membutuhkan bantuanmu," tegas Kaivan menangkap tangan mungil di b
Amirah duduk termangu di ruang pantry. Sejak memergoki kemesraan di antara Kaivan dan Jeany, ia memilih banyak berdiam diri. Gadis itu tak ubahnya Renata. Ucapan dan prilaku tidak sesuai ucapannya tadi. Padahal sudah bersama Alagar namun tetap menggoda Kaivan sebagai ajang balas dendam untuknya.Benar-benar muka gila jalang Jeany berani mempermainkan dua pria sekaligus!Tak habis pikir bagi Amirah bila gadis itu mau menyingkirkan dari perhatian Alagar kemudian membuat gusar atas perbuatannya ke Kaivan di dalam kantor beberapa menit lalu. Suara jeritan kencang dan gebrakan pintu keras terdengar memecah kesunyian di lantai khusus ruang pimpinan.Jeany pulang marah-marah tak karuan. Lengannya diseret paksa mengikuti kemauan CEO Kaivan ke depan lift menekan tombol menuju lantai bawah dan menghempaskan ke dalam tanpa mau memandangnya lagi."Amirah!" panggilnya sambil mencari ke meja sekretaris tapi tak didapati wanita itu di sana. Sial-! Janda cantik itu pasti marah dan kecewa padanya! Kel
Enam bulan kemudian."Aku terima nikahnya dan kawinnya Nayla Habiba Azhima binti Yudistira Nugraha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Alagar mengucap begitu tegas tanpa jeda di hadapan keluarga."Sah!" teriak penghulu mewakili keluarga besar pengantin wanita menegaskan bacaan mempelai pria begitu jelas sempurna tak terbantah. Semua bertepuk tangan bahagia dan menitikkan air mata kebahagiaan.Nyonya Nirmala terisak menyaksikan putranya menikah lagi tak sengaja beradu pandang dengan Amirah dan didapatkan senyum gembira di ujung sana. Semua mendapatkan bahagia dengan caranya masing-masing.Mantan menantu telah menikahi Kaivan kakak ipar Aabid, sekarang Alagar mengawini Nayla sepupu suami Amirah. Persaudaraan mereka semakin dekat dan akrab. Tiada permusuhan di antara mereka lagi. Usai sudah si manusia liar mengakhiri kisah hidupnya bersanding dengan anak gadisnya Om Yudis."Jaga baik-baik dan senangkan hatinya, ya sayang!""Baik 'Ma, maafin Alagar ya selama ini sudah menyusahkan Ma
Kaivan memesan menu tambahan untuknya ketika pelayan datang menyajikan lebih dulu pesanan mereka. Tawa gelinya terus bergema mengejek ipar yang tak berkutik sejak dia tiba tadi."Ayolah bro, relax!"Relax matamu! Alagar makin melotot setelah latar belakangnya dibuka satu persatu di depan Nayla dan Om Yudis. Tak ada kesempatan menjelaskan percakapan mereka didominasi ayahnya si kembar Samy dan Salsha."Om Yudis, memang brengsek ini mantan suami Amirah tetapi dia sudah banyak berubah," tutur Kaivan jujur.Mata tuanya mengamati ponakan dan kekasih Nayla duduk berdampingan. "Kau yakin, iparmu ini cukup baik karena baru saja melamar putri bungsuku?!""Ya tinggal terima atau tolak saja Om, kalau ga suka," tegas Kaivan. "Persoalan pernikahan sungguh rumit tapi semua keputusan utama pada ayahnya Nayla bukan calon suaminya!"Berbeda dengan perkawinannya. Amirah sudah menjadi janda bebas memutuskan hidupnya sendiri menikahi CEO Kaivan, sementara sepupu Nayla masih tanggung jawab ayahnya, Om Yud
Terkejut Om Yudis ketika melihat putrinya tak datang sendirian tapi membawa teman kencan. Seorang pria yang terlihat mapan berbeda usia bukan lagi seperti pacar yang dulu pernah diceritakan olehnya."Hai Papa, apa kabar?" sapa Nayla sambil memeluk dan mengecup pipi ayahnya."Hai, sayang," sambutnya senang kemudian merangkul putri kesayangan. "Maaf Mamamu 'ga bisa ikut ke sini sedang sibuk dengan keluarga kakakmu Alex baru datang mengunjunginya ke Paris."Nayla mengangguk. "It's okay, lagian Papa kenapa nengok aku 'kan sudah dewasa dan kuliah master sudah selesai, sekarang baru kerja di kantor yang baru masa harus diawasi terus!" gerutunya sebal.Tersenyum pria paruh baya mengusap kepala anak perempuan bungsu yang belum menikah lalu memandang pria asing di belakangnya tadi. "Nay, Ini siapa, kok Papa belum dikenalkan?!"Eh iya.Belum sempat putrinya berucap pria itu lebih dulu menyodorkan tangan berkenalan dengannya. "Malam Om, senang bertemu anda, aku Alagar kawannya Nayla."Kawan atau
Rindu Alagar sudah lama tak bertemu karena kesibukan pekerjaan mereka masing-masing hingga akhirnya memutuskan menghubungi Nayla teman kencan yang baru. "Hai 'Nay, apa kabarmu?""Agak sibuk di kantor belakangan ini, bossku agak menjengkelkan semua staff kena omel karena perusahaan sedang ada masalah tapi aku 'sih engga, mungkin karyawan baru jadi tak pernah sekali papasan dengannya.""Oh, okay." Alagar pun memahami gadis itu baru pindah kerja masih menyesuaikan suasana. "Terus kapan kita bisa ketemuan dong, 'Nay?""Akhir pekan aja gimana, kebetulan Papaku mau datang, yuk Mas temani aku?!" desak Nayla. Pfft! Seperti lamaran saja harus jumpa mertua."Aku dapat menemani cuma apakah tak jadi masalah bagi kamu dekat denganku?!" Pertanyaan menyakitkan buat Alagar sendiri tak ingin gadis itu sedih atau terluka akibat status duda disandangnya. Banyak orang tua menghendaki anak gadisnya menikahi pria single."Jangan begitu dong, sudah tiga bulan kita kenalan memang ga ada rencana mau serius?"
"Ra, Alagar kemana ya kok sudah berbulan-bulan tak melihatnya lagi?!" Kaivan tersadar kehilangan saudara ipar yang menjengkelkan kecuali Aabid Barak Hakim. Amirah mengangkat bahu. "Mana aku tahu, Mas! Nanti kalau sering bertanya tentangnya malah kamu uring-uringan cemburu jadi malas 'kan ribut hal itu lagi." "Tak usah cemburu wong dia sudah kalah telak dariku," sahutnya pongah. Lengannya langsung kena tepukan keras dari sang istri. "Loh, kok aku yang dipukul?" "Mas, kamu jangan begitu, kalian 'kan saudara ipar sekarang karena pernikahan Aabid dan Khirani," omel Amirah. "Mbokya dinasihati Mas Alagar supaya hidupnya berubah 'ga liar lagi, malu sama Bagas kalau sudah besar papanya sering gonta ganti perempuan." "Iya-aa cintaku, nanti aku tanya Aabid di mana manusia liar itu berada sekarang, kangen juga sudah lama 'ga berantem dengannya." Ishh. Guyonan dibalas mata melotot istrinya. Kaivan pun menghubungi suami Khirani daripada kena omelan. Ternyata brengsek itu sedang berada di Amer
Kabar kelahiran anak kembar Amirah terdengar sampai ke negeri Paman Sam. Musim dingin sepi dan sunyi tanpa seorangpun mendampingi membuat sedikit hati Alagar Hakim sedih.Mantan istri telah bahagia dengan suami kedua dan langsung memberikan dua anak sehat sempurna. Utang yang dibayar tunai setelah perceraian mengenaskan. Mengalahkannya dalam semua sisi kehidupan.Alagar kini sendiri tanpa anak istri.Putra mereka lebih gembira bersama Kaivan yang menyayangi Bagaskara sebesar cinta di lautan luas. Kadang sempat berbincang saat Bagas menginap di rumah orang tuanya agar tetap diakui sebagai ayah, bukan orang asing baginya. Dan anak itu memahami memiliki dua papa ternyata mengasyikkan juga.Dunia anak memang istimewa. Sayang dia baru merasakan arti memiliki setelah kehilangan.Di luar cafe sedang rintik hujan udaranya makin dingin. Alagar merapatkan jas menunggu reda. Tak sengaja menoleh ke seorang wanita muda saat masuk mencari kursi kosong namun sayangnya semua penuh terisi kecuali ...
Waktu persalinan yang lebih cepat dua minggu dari perkiraan dokter kandungan. Untunglah Amirah segera ditangani sebelum air ketuban pecah di jalan tadi. Kaivan benar-benar pria posesif siaga menjaga istri sampai menyiapkan keperluan sebelum ke rumah sakit tadi.Tangisan dua bayi tiba-tiba memecah keheningan di ruang operasi. Persalinan berjalan lancar, ibu dan anak kembar sehat selamat. "Terima kasih, sayang." Kecupnya di kening istri tersayang seraya berucap, "Kau telah menjadikanku suami dan ayah yang paling bahagia."Senyum Amirah mengembang, "Terimakasih juga sayang, kamu telah membuatku ibu yang sempurna bagi anak-anak kita." Persalinan kedua baginya untuk anak kembar pertama Arif Kaivan Mahardika.Sungguh kado yang istimewa bagi pernikahan mereka.Bayi kembarnya belajar menyusui, mulut Samy benar-benar melahap air susu ibunya sementara Salsha kalem tenang. Begitulah bedanya antara anak laki-laki dan perempuan.Pasien VVIP dipindahkan dari ruang operasi menuju kamar rawat inap. K
Pesta pernikahan Celine dan Benedicto berlangsung lancar dan meriah setelah dua minggu kepulangannya dari Asia. Hubungan mereka berangsur bahagia setelah pria itu kecewa dikhianati tunangan Luisa Esperanza mengakui tak mencintai memilih menjadi simpanan pria tua kaya raya untuk memuaskan gaya hidupnya. Senator Andres langsung memutuskan Luisa setelah melihat photo dan video seksi mereka di sebuah kolam renang di kota kecil Spanyol. Tuan Nareswara berhasil meruntuhkan kekuasaan dan wibawa besan sebelum rekaman itu dipublikasi menyebar ke seluruh penjuru dunia. Benar-benar keluarga memalukan! Belum lagi putrinya Sophia juga melakukan hal sama persis ayahnya. Kekasihnya senator Fernando mendapat teguran keras darinya agar selamanya menjauh dari keluarga Abimanyu Nareswara. Kekacauan dan kerusakan luar biasa menimpa kehidupan mereka. Dalam jamuan makan malam, Tuan Nareswara yang duduk berdekatan Tuan Andres berjabat tangan setelah menyelesaikan seluruh masalah. Cucu mereka tampak baha
"Senang bertemu anda lagi, Tuan Kaivan." Bimantara menjabat tangan sang CEO meredakan kemarahan yang hampir tidak bisa dikendalikan lagi. "Sorry, aku datang terlambat karena kemacetan dari bandara ke sini." "Tak masalah, yang penting akhirnya kau datang sebelum ku habisi putri Abimanyu!" sungut Kaivan emosi. Tawa Bimantara berderai sambil menepuk bahu suami Amirah. "Jangan lumuri tanganmu untuk gadis kotor seperti dia," tuduhnya ke Celine Dupuis. "Sudah terlalu baik kau terhadap keluarganya mengangkat martabat dari kebangkrutan dan kini bangkit membangun bisnis kembali." Begitulah Kaivan yang didesak istrinya sendiri agar tak berbuat lebih kejam membalas keluarga Papa Bisma memilih menyelamatkan ekonomi mereka. Dan semua juga karena bayi dikandung Amirah mengalahkan sisi gelap suaminya. Putri bungsu Abimanyu makin tersudut menunduk malu. Duduk serba salah setelah kedatangan Bimantara yang begitu tiba-tiba. Opa Nareswara pasti mengutusnya untuk membawanya pulang ke Paris. Sial! "M