Gaun putih berdesir di atas granit bersih mengkilap. Sedikit gugup menyembunyikan perasaan senang dan cemas. Untung Khirani terus mendampingi menguatkan hati calon kakak ipar."Ayolah Mba Amirah pasti bisa kasihan 'kan Mas Ivan lama menunggu di dalam sana.""Iya 'Ran, padahal ini bukan pernikahan pertama kali bagiku, tetapi sekarang terasa agak berbeda," ujarnya grogi menata gaunnya lagi.Kaivan memang bukan Alagar. Pria itu lebih bijaksana dan dewasa menghadapi seluruh sisi hidup Amirah. Melamarnya lagi walau sudah dibatalkan demi kebaikan mereka tetap tak membuatnya menyerah."Aku tahu kakakku tak sempurna namun dia sangat baik terhadap keluarga," tutur Khirani memegang lengan calon mempelai wanita. "Terimalah Mas Ivan apa adanya."Ya. Di sinilah Amirah dan Kaivan berada. Didampingi Aabid dan Khirani sebagai saksi mereka.Kerabat Tuan Mahardika di konsulat kedutaan menjadi wali keluarga menyiapkan akad pernikahan sederhana sebelum sang pengantin pulang ke negaranya.Sementara di ruan
Makan malam keluarga Mahardika begitu istimewa. Kedua pengantin berbahagia telah kembali ke rumah. Kaivan bangga memamerkan istri yang baru dinikahi setelah perjuangan begitu panjang dan menegangkan. "Jadi apa rencana kalian setelah ini 'Van, bulan madu lagi atau terus bekerja?" desak Nyonya Rima. "Bulan madu 'kan bisa tiap hari," guyon Kaivan depan istri dan keluarga. Sontak cubitan tajam mendarat di pinggang. Ouch! Sedikit mengaduh pura-pura kesakitan. "Duh 'Ra, biru-biru badanku di cubitin kamu terus." "Abis Mas 'ngomongnya 'ngelantur begitu," kilah Amirah sebal. Apa yang dilakukan pengantin baru setiap waktu tak harus diumbar ke seluruh keluarga. Bikin malu saja. Berbeda pandangan Nyonya Rima Mahardika berkilat bercahaya mendengar putra sulung sibuk membuat cucu untuknya. "Ga pa-pa 'Ra, Mama senang kok mendengarnya, kasihan 'kan Bagas ingin punya adik." Di sela mengunyah putra Amirah juga menimpali ucapannya, "Iya Mami, Papa dan Mama sudah janji kok mau kasih adik bayi sepert
Tak sadar Kaivan lupa janjinya sendiri. Tengah malam baru selesai membalas email dan menyiapkan catatan sekretaris dan pengacara perusahaan. Setengah mengantuk beranjak ke kamar atas tanpa sempat berganti baju lagi. Amirah sudah terlelap pulas. Setelah pernikahan belum berbuat apa-apa. Bagaskara selalu ingin tidur di antara mereka merasa tetap hangat di musim dingin. Keluarga kecil Kaivan berkumpul di satu ranjang yang besar. Kemeja putih dilepaskan lalu dihempaskan ke sofa. Kaivan menyibak selimut dan berbaring tenang di atas ranjang. Tersenyum bahagia di saat kelopak mata perlahan memejam. Akhirnya dia berhasil menikahi Amirah. Uhmm! Guman wanita di samping tiba-tiba berbalik memeluknya. Terkejut membuka mata melihat tangan istri mengusap dada berotot Kaivan. Rasa kantuknya berubah gairah. Gaun tidur tipis bertali kecil membentuk lekuk tubuh termasuk dua bulatan menonjol yang hampir dijamah sepupu keparat Amirah. Perutnya rata walau pernah melahirkan seorang putra dan menyusuin
Hoek! Hoek! Amirah berlari kencang ke kamar mandi. Sarapan pagi terbuang percuma. Baru tiga bulan menikah tiba-tiba hormonnya sudah berubah. Jangan-jangan, hoek! Kembali memuntahkan segalanya. Kaivan terkejut bukan main. Baru hendak keluar rumah terdengar suara keras mengagetkan. Mengejar sampai ke kamar utama, istrinya ditemukan membungkuk menahan sesuatu. "Ra, kamu kenapa?" tanyanya bingung. "Entah Mas, terasa mual dan nyeri barusan di perutku." Wajah Amirah memerah berkeringat merasakan dalam hidup pernah mengandung Bagaskara dengan situasi mencekam seperti ini. Tapi dulu Alagar tak sekalipun menemani di saat dia membutuhkan perhatian dan kasih sayang apalagi sedang hamil anak kandungnya. Handuk kecil dikucuri air hangat kemudian diperas Kaivan untuk mengusap rupa Amirah berantakan. "Ayolah sayang, sebaiknya kita ke dokter, kondisimu membuatku cemas," ucapnya lembut sambil mengecup kening. "Ga usah Mas, nanti saja kalau kamu sudah pulang kerja," tolaknya halus tak mau menyus
Di sebuah klub malam, Alagar menyesap gelas minuman memabukkan tanpa henti mencoba menghilangkan rasa sakit hati dan nyeri ditinggalkan mantan istri menikah lagi. Kehamilan Amirah penyebab dia berulangkali menyesali kesalahan di masa lalu juga kekalahan telak setelah Kaivan berhasil menikahi ibu Bagaskara tanpa diketahui kerabat keluarga yang lain. Baru sepulang dari Paris berita menyesakkan sampai ke telinga Alagar. Resepsi pernikahan di kediaman Kaivan lebih mewah dan megah dari pernikahan Alagar dan Amirah dulu. Dia hanya tahu mengawini wanita itu tanpa memahami arti perkawinan bagi dirinya sendiri. Tegukan kedua tandas air di gelas. Bartender kembali menuang sesuai pesanan pelanggan VVIP klub malam ternama. Alagar memilih mabuk lalu pulang ke rumah tanpa harus memikirkan apa-apa. Malam akhir pekan yang ramai silih berganti wanita cantik melirik tapi dia tak menggubrisnya. Kecuali sosok gadis di tengah meja bar sendirian tanpa teman seperti Alagar. Beberapa kali beradu pandang
"Ayolah sayang, katanya kau mau jalan-jalan menikmati pulau Bali," gugah Alagar mengecup bibir Celine."Nanti saja, mon amour - cintaku," kilahnya halus membalas kecupan sang kekasih. "Aku masih lelah dengan perjalanan panjang dari Perancis ke sini, belum lagi harus pergi ke Bali bersamamu akhir pekan ini."Alagar pun memaklumi. Gadis muda ini lebih senang menghangatkan ranjang panas daripada memilih untuk berjemur di pantai. Sedikit aneh, tapi ditampikkan pikiran ikut senang ajakan Celine beristirahat lebih lama di di dalam kamar hotel terus bercumbu sampai harus memesan makanan dari tempat tidur mereka.Pesonanya luar biasa. Begitupun bujuk rayunya begitu dahsyat tak seperti Amirah maupun gadis-gadis jalang yang dikencani sebelumnya. Keinginan merubah diri terlupakan dalam buaian gairah nafsu Celine Dupuis.Gadis misterius datang tiba-tiba memberi semangat berbeda. Alagar merasa mulai jatuh cinta.------------"Mas, kau ada di mana kok kantormu sepi melompong?" tanya Aabid heran ket
Prosesi nujuh bulan berlangsung lancar. Kaivan dan Amirah berharap bayinya sehat selamat saat persalinan didoakan keluarga dan handai taulan. Ibu mertua tak kalah gembira memiliki dua cucu sekaligus dari kedua anaknya."Van, bayinya perempuan atau laki-laki?" Nyonya Rima bertanya di sela waktu makan siang bersama.Kaivan menggeleng. "Belum tahu, kami baru akan memeriksa kandungan istriku usai acara ini, dokternya juga sama menangani kelahiran putrinya Khirani.""Iya, Mama Rima," timpal Amirah. "Mas Ivan 'sih ga sabaran apalagi Bagas pengen cepat-cepat punya adik, katanya mau persis seperti adik Keysha.""Terus kalau kembar gimana 'Ra?" sela Bude Tantri mengingat adiknya Ajeng Adiratna sempat keguguran dua bayi kembar di usia kehamilan 5 bulan karena situasi keluarga Bisma Nareswara sedang berseteru. Fisik dan psikis istrinya tak kuat saat itu.Waduh. Amirah melirik ragu ke Kaivan. Mengurus Bagaskara sudah cukup merepotkan apalagi jika dua bayi sekaligus. "Gimana Mas, kalau anak kita k
Celine beranjak dari sofa buru-buru mendekati Amirah yang sedang sendirian di meja makan. Kesempatan berbicara sebelum dia dan Alagar pulang. Ditengoknya Kaivan sibuk menggendong Keysha putri dari adiknya sedang bergembira bersama Bagaskara di tengah keluarga mereka.Dicengkram lengan sepupu agar fokus memenuhi keinginannya. "Akhirnya kita berjumpa juga, Amirah!""Singkirkan tanganku, Celine!" makinya terkejut jalang itu berani menemui. "Apa yang kau lakukan di sini?""Balas dendam tentunya!" Kilat cahaya jahat terlihat dari mata putri Paman Abimanyu. "Gara-gara merampas Kaivan dariku semua bisnis orang tuaku jadi berantakan!"No way. Amirah tersinggung suaminya disalahkan demikian. "Itu bukan karena Mas Ivan tetapi pengelolaan perusahaan ayahmu yang tak beres, Bimantara yang bilang begitu padaku!"Bimantara seusia Alagar. Orang kepercayaan Opa Nareswara begitu sulit ditaklukan hatinya. Tidak menyukai perilaku Celine sering gonta ganti pasangan. Cucu brengsek sama seperti Sebastian da