Khaidir dan Kaysha akhirnya pulang ke rumah setelah pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kondisi Khaidir. Sampai di rumah ternyata mereka sudah di sambut oleh Fatih dan lainnya. Fatih tak kuasa untuk langsung menghambur ke pelukan saat Bundanya masuk ke rumah. Setelah memeluk bundanya kini Fatih beralih menatap Khaidir yang terlihat sedikit terluka di bagian lengan kirinya. “Apa ini sakit, Pa?” tanya Fatih saat memegang luka itu yang sudah dibersihkan dan diperban dengan baik.“Tidak Sayang ini hanya goresan saja, lagian Papa ini kuat dan tahan sakit,” sahut Khaidir dengan tersenyum. Fatih langsung memeluk Khaidir dengan memberikan pelukan hangat. Air mata Fatih pun langsung membanjiri pipinya.Bagas merasa terharu sekaligus sakit melihat kedekatan Khaidir dan Fatih yang semakin lama semakin terlihat dekat satu sama lain. Ingin sekali mendapatkan pelukan anak tampan itu seperti Khaidir dapatkan, tapi itu hanya mimpi bagi Bagas, karena Fatih belum memberikan pelukan hangat itu
Dewa masih berada di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya, meskipun nyawanya masih bisa diselamatkan, mungkin menunggu dua atau tiga hari lagi Dewa bisa langsung dibawa kembali ke kantor polisi. Tidak banyak kata karena Dewa masih dalam pengawasan ketat. Sementara itu Bagas pergi ke kantor polisi untuk menjenguk Bu Rina dan Bella. Sudah dua hari mereka menginap di sana , merasakan dinginnya di balik jeruji. “Kamu senang kan kami di sini? Kamu mau menjadi anak durhaka dengan tidak mengeluarkan ibu dari tempat ini, Bagas? Bagaimana kamu hidup sedangkan kamu sendiri saja butuh pertolongan Ibu, kan?” bujuk Bu Rina memelas.Bagas masih diam sambil menatap lekat wajah wanita yang sudah melahirkannya tiga puluh dua tahun yang lalu. Pria itu tersenyum lalu berkata. “Apa yang Ibu pikirkan? Membantu kalian keluar dari sini? Bagaimana bisa Bagas meyakinkan Kaysha kalau kalian tidak terlibat sedangkan Bagas sendiri yang memberitahukan kepada mereka tentang rencana kalian,” jawab Bagas membua
Setelah putusan sidang berakhir, Khaidir dan lainnya merasa bahagia karena semua berjalan dengan baik meskipun Khaidir masih dirundung rasa khawatir dengan keselamatan mereka berdua. Apalagi saat menatap mata Dewa yang begitu menyiratkan sebuah kebencian yang mendalam.Khaidir memeluk sang istri dan anak sambungnya bersama. Keakraban itu terlihat membuat Bagas hanya bisa meringis dalam hati dan berusaha ikut bahagia melihat mereka.“Bu, apakah yang dikatakan Bagas memang benar, seharusnya kita tidak usah mengikuti keinginan Dewa. Ibu dengar sendiri kan, banyak sekali kejahatan yang dilakukan sama dia dan kita hanya dijadikan kambing hitam saja sama dia,” gerutu Bella setelah selesai mendapatkan hasil putusan sidang terakhir.Bu Rina menghela napas panjang dan menatap nanar Bagas yang melihat mantan istri dan cucunya dipelukan orang lain. Kenangan masa lalu langsung menyeruak dalam pikirannya. Mengingat bagaimana wanita paru baya itu menghina dan menjadikan seperti pembantu di rumahnya
“Ya lain dong Sayang, itu senam jantung sehat agar kita selalu segar bugar kalau yang ini penyemangat suami untuk bekerja, dosa loh kalau meno ....” Ucapan Khaidir terhenti saat Kaysha langsung mencium pipi Khaidir. Dia tidak berani mengumbar kemesraannya dengan mencium bibir Khaidir. “Nanti malam aja,” bisik Kaysha pelan.Khaidir pun tersenyum, sedangkan yang lain ikut tersenyum melihat kelakuan mereka. Namun, entah kenapa Bu Salma menangkap ekspresi wajah Syeira yang berbeda terselip dalam senyuman itu.“Sudah cepat sana nanti Fatih terlambat sekolah,” ucap Bu Salma mengakhiri canda mereka. “Iya Bu, seperti enggak pernah muda saja,” ledek Khaidir tersenyum.“Ya pernah lah tapi enggak gini juga, dasar anak zaman sekarang ,” sewot Bu Salma menggelengkan kepalanya.Mereka pun akhirnya pergi bersama. Fatih duduk di depan bersama Khaidir. Sedangkan Syeira duduk di belakang sembari membawa kotak makanan yang sudah dia siapkan untuk di bawa ke tempat ibunya.Langkah Syeira menjadi perh
Khaidir berkali-kali beristigfar dan membungkus jaket tadi di dalam paper bag. Dia enggan memakai jaket itu karena sudah dipakai untuk menutupi anggota tubuh Syeira tadi yang terbuka.“Ya Allah godaan apa lagi ini, sangat menyebalkan, aku juga mempunyai naluri kalau disuguhkan begitu tiap hari siapa yang enggak tergoda,” gerutu Khaidir kesal.Setelah selesai Khaidir langsung melajukan mobilnya ke cafe miliknya yang baru dia rintis.Khaidir memperkerjakan Bagas di Cafe itu sebagai tangan kanan Khaidir dan tinggal di Cafe itu. Bersama Danang yang membantu buka tutup Cafe itu.Khaidir bahagia karena Bagas bisa bekerja dengan baik dan selalu motivasi karyawan lainnya. Bahkan dia sendiri tidak tanggung-tanggung untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang pahit dan sampai sekarang ini. Wajahnya tidak muram lagi , dan tubuhnya kembali berisi. Khaidir pun memberikan kaki palsu untuk menunjang aktivitasnya bekerja. Awalnya sedikit kaku dan sakit tapi lama kelamaan Bagas sudah terbiasa denga
“Sayang, Mama tahu tentang kematian Firman karena Mama lah yang memberikan ide itu dan si Dewa bodoh itu masuk ke perangkap Mama,” ucap Lisa tersenyum licik.“Jadi maksudnya, Mama pura-pura gila agar tidak tertangkap dan terbebas dari jerat hukum , begitu?” tanya Syeira memastikan.“Lisa memeluk putrinya. “Iya Sayang dan usaha Mama berhasil, kan?” Lisa tertawa puas saat rencananya berhasil karena Dewa membayar mahal semua masalah yang Lisa ciptakan. Wanita paru baya itu menjelaskan bagaimana dirinya bisa terlibat, karena dialah yang sebenarnya membuat Pak Firman meninggal. Saat kejadian itu Lisa datang ke rumah sakit dan mengatakan beberapa hal tentang Kaysha. Lisa sengaja memperkeruh keadaan dengan mengatakan kalau Kaysha tidak mau bertemu dengan Firman lantaran tidak merestui hubungannya dengan Bagas. Sampai akhirnya Pak Firman bertambah sakit karena jantungnya. Lisa juga sempat ingin melenyapkan Firman tapi selalu ada saja gangguan. Dengan berpura-pura menjadi gila semua kejah
“Bagaimana, apa dia menjawabnya?” tanya Kaysha penasaran.“Maaf Bu, tadi sih diangkat, tapi ...” jawabnya terjeda sebentar antara percaya atau tidak.“Ada apa Mbak Mir?” tanyanya lagi menjadi penasaran.“Itu Bu, ada suara seperti desahan ....”Kaysha menyengitkan dahinya. “Su—suara desahan, kamu enggak salah?” Kaysha masih bingung dengan perkataan Mira sekretarisnya. “Serius Bu, saya tidak salah dengar saya kan juga sudah menikah, Bu,” jawab Mira menegaskan dengan wajah merona “Coba tekan lagi nomor Syeira, saya ingin mendengarkan langsung, pakai speaker saja,” pinta Kaysha penasaran.“Baik, Bu!” Mira segera menekan ulang nomor ponsel Syeira dan tersambung. Seketika apa yang dikatakan oleh sekretarisnya ternyata benar, ada suara desahan terdengar. Kaysha mendengarnya dengan jelas pemilik suara itu yang sedang meracau kenikmatan. Setelah itu ponsel Syeira kembali di tutup.“Ya kamu benar Mbak Mir, sedang di mana dia? Dan sepertinya ada yang sengaja melakukannya, apa Syeira dalam baha
Kaysha sudah menerima file yang dikirimkan oleh informannya. Dengan teliti melihat dan membaca semua keterangan yang ada di file itu. Tidak lupa dengan beberapa gambar dan rekaman CCTV yang berhasil diambil. Ya Kaysha menyelidiki kasus kematian Rahmad Darmawan ayahnya Syeira. Tepat hilangnya Tante Lisa dan Syeira dua bulan yang lalu. Kaysha pernah bertanya langsung kepada Omnya itu dan jawabannya memang mereka tidak berada di sana. Dan dua hari kemudian Kaysha menerima panggilan dari Om Rahmad kalau dirinya sangat khawatir dengan keberadaan anak dan istrinya yang tanpa kabar. Bahkan ponsel mereka pun tidak aktif saat dihubungi.Tiga hari kemudian Rahmad menghubungi Kaysha lagi kalau dia sudah mendapatkan kabar Tante Lisa kalau mereka sedang pergi ke luar negeri untuk liburan.Dua Minggu kemudian untuk ketiga kalinya Rahmad mendapatkan kabar kalau istrinya sedang dilecehkan, bahkan orang itu mengirimkan video yang berdurasi lima puluh detik itu ke ponsel Om Rahmad. Om Rahmad langsu