Seorang wanita duduk dengan berlinang air mata. Entah sudah berapa lama wanita itu duduk di pinggir ranjang yang terbuat dari bambu itu.
Bahkan darah segar yang keluar dari bibirnya pun sudah mengering. Tidak ada yang memedulikannya, tidak ada yang menolongnya hanya seorang bocah laki-laki yang berumur empat tahun yang selalu menemaninya."Bunda, kenapa kok nangis?" tanya bocah itu."Eh anak Bunda baru pulang, gimana mengajinya sudah lancar atau belum? tanya Kaysha balik."Kok pertanyaan Fatih, nggak di jawab?" anak kecil itu menunggu jawaban ibunya."Nggak apa-apa sayang, sana cepat ganti pakaian terus makan ya, jangan lupa cuci tangan yang bersih, terus berdoa,” perintah Kaysha sembari membelai rambutnya"Iya Bunda,” jawabnya tersenyum kecil lalu berlari kecil menuju kamar kecilnya."Fatih tunggu sebentar!" Langkahnya terhenti saat Kasyha memanggilnya."Ada apa Bunda?" Dia menoleh ke belakang."Kok Fatih tadi nggak ngucapin salam masuk ke rumah?" tanya Kaysha bingung."Emm ... Bunda gimana sih, tadi Fatih sudah ngucapin Assalamualaikum ... tapi Bunda diam aja nggak nyahut-nyahut," jawab Fatih dengan polos."Iya kah, kalau gitu maaf in Bunda ya sudah marahi Fatih tadi.""Iya Bunda."Segera Kaysha bangkit dari tempat itu, dan bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk anak semata wayangnya. Walaupun seluruh tubuh masih terasa sakit, dan banyak luka di tubuhnya, akibat perlakuan kasar suaminya, namun Kaysha tidak ingin menampakkannya di depan Fatih.Tak lama Fatih kembali dengan memakai kaos kesukaannya berwarna biru muda itu."Hari ini Bunda masak apa?""Maaf ya Sayang, Bunda hanya membuatkan Fatih tempe orak arik, nggak ada bahan makanan yang lain," jawab Kaysha dengan sedih."Terus kenapa Bunda minta maaf, Bunda ‘kan nggak salah apa-apa?" jawabnya dengan polos.Lalu Fatih menghampiri Kaysha dan memeluknya dengan hangat."Bunda, Fatih suka kok semua masakan Bunda walaupun hanya ini saja, pokoknya Bunda jangan sedih apa pun yang Bunda masak pasti Fatih makan."Bunda jangan nangis nanti Fatih jadi ikutan," sahut bocah itu sehingga Kaysha tak kuasa menahan gejolak di dadanya dan tambah menangis atas perkataan anaknya itu. Fatihian Al Ayubbi itu adalah nama yang di berikan oleh Kaysha ibunya. Berharap nama yang artinya anak laki-laki yang akan menjadi pahlawan dengan penuh keberhasilan.Namun di kehidupannya malah Fatih di sia-siakan oleh ayah kandungnya sendiri."Kaysha!" terdengar suara teriakan dari luar yang menggema.Dia pun berlari kecil menghampiri ibu mertuanya di depan."Iya, Bu ada apa?" jawabnya dengan pelan. "Ada apa, ada apa, kamu nggak lihat apa, jemuran kenapa nggak di angkat, ini sudah jam berapa Kay, sudah jam empat sore, sudah banyak kuman beterbangan, pasti nempel lagi di jemuran!" teriaknya."Kamu itu bukan putri raja yang hanya duduk manis di rumah, jangan lupa ya tugas-tugasmu di rumah ini," terangnya lagi yang masih tersulut emosi."Maaf Bu, Kay tadi lupa!”"Lupa, lupa itu terus jawabanmu, nggak ada yang lain kreatif sedikit kenapa, malas kek, apa kek, kamu itu masih muda masa bawaannya lupa melulu sih," ucapnya lagi dengan kesal."Jika pakaian saya berbau kamu harus cuci kembali, saya nggak mau ya punya menantu lelet banget kaya kamu, sudah nggak bisa di andalin, numpang di rumah mertua, nggak ada gunanya sama sekali kamu jadi orang.""Saya pikir setelah menikahkan kamu dengan anak saya hidup kita yang miskin ini terangkat eh malah menjadi melarat, nyesal saya!"Ibu mertuanya pun menyelonong masuk ke dalam meninggalkan Kaysha yang masih mematung di teras depan rumah.Ingin rasanya menangis kembali, tetapi di urungkan oleh Kaysha karena ia pikir buat apa lagi menangis tidak ada gunanya.Hanya senyuman yang terlukis di wajah anaknya, yang menjadi semangat hidupnya sekarang.Fatih menghampiri Ibunya. "Kenapa Bunda menangis lagi 'kan tadi sudah Fatih peluk, masih kurang?" tanyanya."Siapa bilang Bunda nangis, cuma tadi kelilipan ada pasir masuk di mata Bunda, tapi sekarang sudah hilang kok," jawab Kaysha berbohong."Terus kenapa Mbah marah-marah sama Bunda pakai teriakan segala kaya tarzan?" "Hus, nggak boleh ngomong begitu, nggak baik.""Embah 'kan memang kaya gitu, bukan marah-marah cuma cara ngomongnya begitu, Nak.""Sudah selesai makannya?""Sudah dong.""Bunda, Fatih mau ke kamar dulu mau belajar menggambar ya ....""Iya sudah sana."Di tatap lekat tubuh Fatih dari belakang sampai hilang dari pandangannya.Kaysha pun bergegas mengambil jemuran itu dengan cekatan, karena tak ingin di marahi lagi oleh ibu mertuanya.Tiba-tiba kakak iparnya datang ke rumah Ibu mertuanya yang tak lain adalah kakak kandung dari Bagas suami Kaysha.Rumah Bella berdekatan dengan ibunya hanya berjarak dua rumah dari sini. Jadi sangat memudahkan Bella untuk keluar masuk di rumah ini."Kenapa kamu, pasti habis di marah in ibu ya, kamu sih kalau sudah tugas dan kewajibanmu mbok ya jangan sampai lupa belum tua sudah pikun," ledek kakak iparnya Bella."Terus kenapa lagi tuh muka babak belur gitu, pasti kamu buat salah lagi kan, kamu itu jadi istri itu nurut apa kata suamimu, adiknya Mbak, rasain kamu sakit deh!" sungutnya dan berlalu meninggalkan Kaysha yang masih mengangkat jemuran.Hanya diam dan diam, menangis entah sudah sekian kalinya.Setelah selesai mengambil jemuran lalu membawanya masuk dan langsung di setrika hari itu juga. Jemuran itu tidak hanya kepunyaan ibu mertua dan suaminya saja, tetapi melainkan punya kakak ipar dan suaminya beserta ke tiga anaknya yang mulai beranjak remaja.Bisa di bayangkan pakaian setumpuk seperti gunung menjulang tinggi harus di cuci memakai tangannya yang dulu halus kini berubah menjadi kasar.Semua harus di setrika dan rapi. Hanya pakaian Kaysha dan anaknya yang tidak pernah di setrika sehingga kelihatan kumal dan kusam.Begitulah setiap harinya, dia hanya pasrah atas perlakuan mereka.Berpeluh keringat sudah membasahi jilbabnya, tetapi setrikaannya belum kunjung selesai, bahkan hampir mendekati pukul lima sore waktunya berjibaku di dapur.Segera dia tinggalkan sementara setrikaan itu, dan langsung menuju dapur untuk memasak.Sebenarnya keluarga Bagas suaminya itu tidakkah terlalu miskin di kampungnya, hanya saja mertua Kaysha yang tidak ingin di pandang sebelah mata. ***Dengan cekatan Kaysha memasak terong balado dan tumis pare, itu adalah makanan kesukaan suaminya.Setelah selesai masakan itu dia lalu menaruhnya di atas maja makan dan di tutup dengan tudung saji. Dia pun melanjutkan menyetrika pakaian mereka.Tepat jam enam semua setrikaan hampir selesai, tetapi begitu lelahnya ia pun duduk sebentar untuk mengistirahatkan tangan dan kakinya.Namun belum ada lima menit terdengar kembali suara teriakan dan kini bukan ibu mertuanya tetapi suaminya yang baru pulang bekerja."Kaysha, di mana kamu, ke sini cepat!" titah suaminya dengan geram.Wanita itu berlari menemui sang suami yang sudah terlihat sangat marah."Ada apa, Mas?" tanyanya."Sini kamu, dasar nggak tahu diri ya kamu, mana makananku, mengapa tidak ada di meja makan, kamu masak apa nggak sih atau kamu makan berdua dengan anak kamu yang gendut itu?" teriaknya. "Loh ... aku sudah masak Mas terong balado dan tumis pare kesukaan mu Mas, bahkan aku dan Fatih cuma makan sisa tempe orak arik yang tadi pagi." "Bohong kamu Kay, mana buktinya ibu saja mau makan nggak ada, ngapain aja sih kamu di rumah, tadi masalah jemuran belum di angkat sekarang makanannya Bagas kamu nggak masak, kamu maunya apa sih?" tanya mertuanya dengan tatapan sinis."Plaak!"Sebuah tamparan mendarat di pipi Kaysha, ia pun merintih kesakitan."Kamu berani berbohong rupanya, aku ini capek, lapar mau makan ternyata nggak ada makanan di rumah, dasar nggak becus jadi istri tahu begini aku nikahin saja si Monik biar janda tapi tajir melintir daripada kamu katanya orang kaya tapi bohong," gerutunya dengan tatapan sinis. "Sudah Bu, biar aku beli makan dulu, ibu mau juga nggak biar sekalian?""Ya maulah, orang lapar," sahut ibu dengan ketus."Sumpah Mas, aku memang masak kok, sudah ku taruh di meja semuanya tinggal makan, buat apa aku bohong, Mas?""Mana buktinya Kaysha, nggak mungkin kan di ambil kucing, tuh lihat bekasnya saja tidak ada," ucap ibu mertuanya."Mungkin di ambil Mbak Bella kali Bu, makanannya?""Plak!""Kamu seenaknya ya nuduh anak saya si Bella yang mengambil makananmu, kurang ajar kamu dasar menantu tidak tahu diri.""Mana mungkin anak saya maling punya saudaranya sendiri, dia itu saya didik untuk tidak mengambil punya orang lain sebelum minta izin sama orangnya, kalau kamu tuduh begitu berarti kamu menuduh ibu yang habiskan makanan itu.""Bukan begitu Bu, maksudnya ....""Assalamualaikum.""Walaikumsalam.""Wah lagi ngumpul ya.""Oh ya Kay, tadi aku ambil masakanmu terong balado sama tumis pare enak banget loh, sampai-sampai anak dan suamiku makannya lahab banget, nanti buatkan lagi ya, nih piring dan mangkoknya sudah kucuci bersih," terang Mbak Bella sambil menyodorkan piring dan mangkok itu ke tangan Kaysha."Oh jadi Mbak Bella yang mengambil masakanku, kenapa nggak ngomong sih mbak?" tanya Kaysha dengan geram."Ya maaf habis kelihatan enak sih jadi aku ambil aja langsung," jawabnya santai."Tuh, dengarkan Mas, Ibu bukan aku yang salah tapi Mbak Bella yang mengambil makananku tanpa seizinku, sekarang salah aku di mana Mas?""Ibu, katanya nggak mungkin anak saya bla bla ... tapi Ibu dengar sendiri kan omongan Mbak Bella?"Lalu Kaysha meninggalkan mereka yang terdiam atas penuturannya.Kaysha pun mungkin sudah lupa apa itu bahagia.Penyesalan memang datang terlambat, nasi telah menjadi bubur, andai waktu bisa di putar kembali mungkin Kaysha tidak ingin menikahi Bagas yang sudah di pacarinya selama satu tahun melalui perkenalan saat Kaysha pergi ke kantor sewaktu menggantikan ayahnya yang sedang sakit.Jika saja Kaysha menuruti kedua orang tuanya agar tidak menikahi Bagas yang hanya bekerja sebagai office boy di perusahaan ayahnya Kaysha.Setelah kejadian itu sikap Bagas suaminya masih sama saja acuh, tidak peduli bahkan kepada anak kandungnya sendiri.Hari-hari Kaysha hanya di penuhi air mata dan siksaan, entah apa yang ada di pikiran Kasyha yang mau bertahan dengan suami seperti Bagas.Seperti biasa Kaysha bangun sebelum subuh, setelah Shalat dia pun bergegas ke dapur memulai rutinitasnya mulai mencuci, membersihkan rumah sampai memasak.Ditatapnya malaikat kecilnya yang masih tertidur pulas lalu diciumnya anak itu sehingga dia menggeliat seperti cacing.Saat masuk ke kamar mandi Kaysha melihat banyak sekali cucian yang menumpuk, bagaimana tidak kakak ipar bersama suami dan anak-anaknya selalu ikut menumpuk cucian mereka di rumah mertuanya."Kenapa sih Mbak Bella numpang di sini melulu, keenakan dong di cuci in terus, lebih aku sisihkan saja, toh sama saja salah nggak salah tetap dimarahi," gerutunya dalam hati.Hampir satu jam Kaysha berkutat di kamar mandi walaupun akhirnya mencuci pun sudah selesai tinggal menjemu
Kedua tangannya mengepal, tatapannya tajam ke depan dengan mulut sedikit mengerucut.Ibu Siska yang melihat duluan langsung menegur dan menghampiri Fatih yang berdiri dalam diam.Kaysha dan Ibu-ibu yang lain juga langsung menoleh ke arah Fatih, dan tentunya sebagai ibunya dia langsung memeluk dan mencium anaknya berkali-kali."Fatih kok diam kenapa Nak?""Apa Bunda sayang Fatih?""Tentu sayang lah Nak, buat apa hidup kalau nggak ada Fatih di samping Bunda.""Kalau begitu tinggalkan mereka Bunda!""Kaysha terperanjat dan kaget atas ucapan Fatih barusan begitu juga dengan ibu-ibu yang lain.Anak sekecil itu sudah mengerti urusan orang dewasa. Fatih selalu melihat ibunya selalu disakiti walaupun dia mengurung diri di kamar namun ikatan batin mereka sangatlah kuat."Fatih kok ngomongnya begitu siapa yang mengajari Nak?" tanya Kaysha dengan kelembutan."Wajah ini Bunda," Fatih memegang wajah Kaysha dengan kedua tangan kecilnya."Maaf in Fatih, Bunda.""Fatih belum bisa membahagiakan Bunda
"Siapa dia Mas, kenapa kamu bawa ke rumah ini?" tanya Kaysha degan penasaran."Apa urusanmu?" jawab Bagas dengan emosi."Memang nggak ada, tetapi setidaknya jika kamu berbuat yang aneh jangan di sini, apa kata tetangga?""Nggak ada urusan sama tetangga ya, suka- sukakulah mau bawa siapa?""Perkenalkan nama saya Clara Fransisca.""Maaf, Mbak tadi suaminya Mbak tidak sengaja motornya menabrak mobil saya.""Oh maaf Mbak saya pikir temannya suami saya, terus kenapa nggak ke rumah sakit Mbak kalau ada yang luka," tanya Kaysha dengan heran."Saya yang nggak mau ke rumah sakit, trauma Mbak apalagi baunya jadi pingin muntah, tapi sakitnya nggak terlalu parah kok, cuma lecet sedikit," kata wanita itu."Kenapa nggak di antar ke rumahnya sih Mas, kasihan jadikan bisa langsung istirahat dengan tenang di rumahnya," tanya Kaysha dengan penuh selidik. "Saya yang mau di antar ke sini sekalian silaturahmi dengan Mbaknya.""Kalau boleh saya menginap sehari saja di sini, saya takut pulang sendiri lagi
Kaysha tertunduk dan lemas, pandangannya menatap sinis kepada mereka yang terlihat sangat bahagia."Sejak kapan kalian sudah menikah?" tanya Kaysha dengan suara gemetar menahan tangisnya."Maaf Mbak, aku sudah menikah dengan Mas Bagas empat bulan yang lalu, dan sekarang aku mengandung anaknya," jawabnya sambil memegang perutnya yang memang sedikit membuncit."Terus kenapa tadi malam kamu berbohong sama saya toh akhirnya Mas Bagas juga yang kasih tahu," jawab Kaysha yang masih duduk mengatur napasnya."Memang sengaja, kenapa memang, aku cuma mau lihat bagaimana reaksimu kalau aku menikah lagi, kamu pasti sakit hati dan cemburu bukan, karena aku ini tampan dam berkarisma," jawab Bagas yang memuji dirinya sendiri.Kaysha berdiri dan melanjutkan mencuci pakaian yang tadi sempat tertunda."Loh Kay, kok gitu aja reaksimu, nggak seru ah!" "Jadi aku harus gimana Mas, sedih, nangis udah basi Mas, terserah kalian mau ngapain yang jelas kamu ceraikan aku, kalau tidak aku bongkar semua kebusukan
"Berani kamu menyentuh anakku akan kupatahkan tanganmu!" teriak Kaysha.Kaysha memukul kepala Bagas dengan sebuah balok kayu yang di dapatnya di seberang jalan tadi.Entah apa yang merasuki Kaysha sehingga dia berani melawan Bagas."Urusan kita belum selesai, kalau sampai terjadi sesuatu dengan anakku, kamu akan kubuat menderita," ucapnya dengan api membara."Terserah kamu Kay, aku nggak takut sama kamu, dasar istri edan menyusahi saja," sahut Bagas dengan memegang kepalnya yang mengeluarkan darah segar dan merintih kesakitan."Augh sakit, dasar istri nggak waras ... Augh!"Namun tidak dengan para tetangga mereka hampir mengeroyok Bagas karena sikapnya yang tidak mencerminkan sikap orang tua yang baik, mereka geram, marah bahkan ada yang sempat memukul kembali kepala Bagas agar kembali waras."Kamu tuh yang edan anak kok dibiarkan gitu malah disumpahi, rasanya sendal jepitku ini mau tak sumpali di mulutmu itu," ucap Bu Lastri yang geram melihat tingkah laku Bagas."Huh ... dasar sua
Khaysa masih terduduk tetapi wajahnya mengadah ke atas, memperhatikan dengan saksama wajah yang begitu sendu tapi sangat di rindukan.Matanya sedikit berembun dan wanita itu mengulurkan tangannya yang keriput termakan oleh usianya.Khaysa menyambutnya dengan hangat lalu wanita itu tersenyum dengan lembut."Ma ... maaf Bu, saya tidak sengaja soalnya tadi saya buru-buru," ucap Kaysha dengan terbata-bata.Namun seketika wanita itu langsung memeluk Kaysha dan menangis, air matanya langsung membasahi tangannya."Apa kabar Nduk?" kata wanita tua itu sambil merenggangkan pelukannya.Suara itu ... ya Mbok Darsi ...be ... betul ini Mbok Darsi pengasuh Kay?" tanya Kaysha dengan mata berbinar."Iya, Neng saya ... saya Mbok Darsi ... apa kabar cah ayu?" tanyanya bersemangat."Mbok .... hiks! hiks!""Kenapa toh Cah ayu, kok nangis, terus kenapa kamu ada di rumah sakit, ada apa, cerita sama Mbok, ayo kita duduk di sana dulu," ajaknya kepada Kaysha.Semua tetangga melihat mereka sedikit heran menga
Aku ingat-ingat dulu ya, begini ceritanya ....Flashback on."Assalamualaikum!""Walaikumsalam, ada apa malam-malam datang ke sini, mau ikut ceramah juga?" tanya Ibu Ratna dengan sewot."Maaf Bu, saya minta tolong siapkan pakaian Kaysha dan Fatih soalnya daripada Kay bolak balik ke rumah sakit buat ganti pakaian lebih baik di bawakan saja ke rumah sakit atau saya saja yang pilih bajunya kalau Ibu nggak keberatan sih?" jawab Nola dengan sopan."Memang saya pembantunya apa? Suruh dia saja yang pulang, lagian kerjaan di rumah itu masih banyak, siapa yang bersih-bersih? Saya ... enak saja dia itu punya gelar MENANTU, paham?" jawab Bu Ratna yang tambah sewot."Siapa sih Bu, yang datang rempong baget?" tanya Bagas menghampiri.Eh si Gendut Nola, ngapain kamu ke sini?" timpa Bagas lagi."Ya elah ini satu, woy sadar woy ... anak kamu itu masuk rumah sakit gara-gara kamu, kenapa kalian di rumah saja nggak ke rumah sakit?" jawab Nola dengan emosi."Alah, ngapain ke sana toh anaknya juga pasti
"Assalamualaikum, Nak...""Wa ... Walaikumsalam, Papah ... ini Papah!""Pah ... Kay kangen Papah, maafkan Kay.""Papah mau kan maaf in Kay, gara-gara Kay Papah jadi sakit seperti ini.""Papah kok pakaiannya serba putih, bersih dan tampan, wah mau pergi ke mana sih Pah sudah rapih banget, kok nggak ngajak Kay?""Papah kok nggak ngomong dari tadi senyum terus, tapi senyum Papah sangat menyejukkan hati Kay.""Papah rindu Mamah ya, Kay juga tapi mau ikut kasihan Fatih nanti dia sendiri, Kay harus merawat anak Kay Fatih cucu Papah."Papah mau lihat cucu Papah, tapi masih belum sadar, nanti kalau sudah mendingan Kay kasih tau Papah ya, pasti dia suka ....""Loh anak Mamah udah bangun tuh lihat siapa yang datang, ini Eyang kamu sayang.""Loh kalian kok hanya tersenyum saja kok nggak ngomong, Pah ... Papah mau ke mana kok pergi ....""Kay kan belum meluk Papah jadi lupa, Pah ...Pah jangan tinggalin Kay, Pah ....!" teriak Kaysha seketika.Tiba-tiba Kaysha terbangun dari tidurnya, dilihat jam d
“Aku mau ke kamar dulu, istirahatlah besok aku akan mencarikan tempat tinggal untukmu. Benar dengan apa yang dikatakan oleh Ibu, seharusnya aku memandang suamiku!” ucapnya sambil beranjak pergi dari meja makan.“Tunggu Kay! Kamu tidak ingin bicara denganku lagi bahkan untuk terakhir kalinya?” ucapan Bagas mampir menghentikan langkah Kaysha seketika.“Aku sudah berbuat baik untuk keluargamu untuk terakhir kalinya. Dan sekarang kita berada di jalan yang berbeda. Aku sudah mempunyai keluarga yang baru nggak mungkin aku menyambut tangan yang lain apalagi kamu ada mantan suamiku. Benar kata Ibu dan kau harus bicara dengan Mas Khaidir, permisi!” ucap Kaysha tegas dan berlalu meninggalkan Bagas sendirian.“Ya kamu benar Kay, tapi tenang saja setelah hati ini aku akan pergi jauh untuk selama-lamanya,” ucapnya dalam hati sembari menatap punggung wanita cantik itu sampai hilang dari penglihatannya. ***Sampai di pintu kamar Fatih Kaysha memberanikan diri untuk masuk meskipun ada sedikit ketak
Khaidir mengendurkan pelukannya dan menatap lekat wajah Fatih yang sudah dibanjiri air mata. “Tidak Sayang, kamu tidak boleh menangis. Papa hanya bertanya dan sangat khawatir saat tahu kalau kamu sudah dijemput dengan mobil orang lain. Maafkan Papa, sudah telat menjemput kamu di sekolah, maafkan ....” ucapannya dipotong langsung oleh Kaysha dengan wajah memerah “Kamu bohong Mas, kamu bilang Fatih baik-baik saja denganmu, tapi apa ini dia pulang bersama Syeira!” bentak Kaysha yang tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka.Khaidir terkejut dengan kedatangan Kaysha di tambah lagi wanita cantik itu mendorong kursi roda yang ternyata dengan santai pria itu duduk dan tersenyum sinis.“Ba—Bagas? Kamu ada di sini juga dan kenapa kamu?” Khaidir semakin tidak mengerti karena merasa sudah dipermainkan oleh mereka. “Apa Khaidir, kamu pikir aku hilang dari rumah sakit? Nggak Dir, justru aku ingin menyelamatkan kalian tapi tidak ada yang mau percaya denganku!” sungutnya dengan penuh percaya
Khaidir terdiam sejenak tapi langsung disadarkan kembali dengan bunyi klakson dari sepeda motor milik Bapak tua itu. “Kenapa kamu malah bengon, cepat naik!” perintahnya lagi. Khaidir pun langsung naik di belakang. “Kamu pegangan ya, kita ngebut,” ucapnya lagi dengan Khaidir yang masih begitu syok. Meskipun penampilan orang itu lusuh tapi wangi tubuhnya itu masih tercium sehingga Khaidir tak bisa berkata-kata. Mulutnya terasa seperti terkunci. Tenggorokannya seakan tercekat tidak bisa mengeluarkan suara.“Ya Allah, siapa Bapak ini kenapa tubuhnya begitu harum?” tanyanya dalam hati sambil mengamati tubuh pria tua renta itu. “Kamu masih harus mengalami banyak masalah. Setiap manusia selalu diuji tapi kadang manusia menganggap itu masalah. Kamu masih harus melewati rintangan mungkin ada yang harus dikorbankan tapi semua itu jika kamu ikhlas maka kamu mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan. Pada dasarnya semua makhluk hidup terutama manusia akan meninggalkan jasadnya hanya caranya saja
“Saya Dok ...Saya yang bernama Khaidir,” sahutnya cepat. “Baik, Bapak bisa masuk sepertinya dia ingin menyampaikan sesuatu dengan Bapak.”“Bagaimana kondisinya Dok, apa pasien terkuak parah?” tanya Khaidir penasaran.“Kalau dibilang parah iya, karena kecelakaan itu telah membuat kedua kakinya hancur dan harus diamputasi, kami juga harus memeriksa organ dalam kemungkinan juga ada yang terluka, tapi saya salut kesadarannya masih terjaga dan meminta saya untuk mencari orang yang bernama Khaidir. Segera temui dia, Pak,” jelas dokter itu. “Terima kasih Dok,, permisi saya ke dalam dulu.”Khaidir bergegas masuk ke ruang IGD dan sedikit terkejut dengan kondisi Agus yang memang terluka parah. Banyak darah di kereta itu, bahkan masih menetes. “Dengan Mas Agus?” tanya Khaidir pelan mendekati wajah orang itu. Orang itu pun kembali membuka matanya dan menatap sendu wajah Khaidir. “Pak Khaidir?” tanyanya dengan suara pelan.“Iya saya Khaidir, kenapa kamu memanggil saya? Apakah ini berkait
Rupanya Tante Lisa mempunyai rencana baru yang hanya Syeira saja yang tahu. Tante Lisa sengaja berpura-pura gila lantaran sangat capek bekerja sebagai wanita penghibur yang melayani para hidung belang, bahkan cara mereka tak lazim sering memukul hingga memar saat mereka sedang bercinta . Syeira dan Tante Lisa ingin melenyapkan Kaysha dan Fatih agar bisa mengambil harta warisan itu. Dan tentu saja bisa menggantikan posisi Kaysha menjadi istrinya Khaidir. Rencana yang matang sudah mereka susun. Hanya perlu melibatkan Fatih, anak kecil itu. Semua sudah dibongkar oleh Syeira sendiri. Kenikmatan yang diberikan oleh Dewa membuatnya tak berdaya. Satu jam mereka bercinta membuat Syeira kelelahan dan tertidur pulas. Dewa pun bangkit dari tempat tidur dan segera menghubungi seseorang. “Kamu bisa memakainya datanglah kemari dia masih tertidur dengan nyenyak. Aku masih ada urusan dan buat dia menikmati surga dunia sampai kalian puas.”Dewa langsung menutup sambungan teleponnya dan bergegas pe
Setelah sedikit tenang Bu Rina bisa menceritakan apa yang terjadi sebenarnya di dalam sel tahanan. Rupanya ada yang sengaja membuat kegaduhan di dalam sana. Seorang teman satu kamarnya langsung menyerang membabi buta pada saat Bella sedang terlelap tidur. Di saat kejadian naas itu Bu Rina memang tidur di sebelahnya, dan saat mendengarkan teriakan Bella, beliau langsung terbangun dan sudah melihat wanita itu diatas tubuh Bellla dengan memegang sebilah pisau menusuk tanpa arah ke tubuh Bella. Bu Rina segera mencoba menghentikan aksi wanita itu tapi dia pun ikut terkena sayatan benda tajam itu. Wanita paru baya itu segera berteriak meminta bantuan sedangkan teman satu sel lainnya tidak ada yang membantu lantaran takut terkena benda tajam itu. Tubuh Bella sudah tak sadarkan diri dengan bersimbah darah. Wanita itu langsung beranjak dari atas tubuh Bella setelah melihat genangan cairan yang kental dan pekat. Bu Rina pun sampai tidak berani mendekati wanita itu karena takut terkena kembali
“Selamat pagi.” “Selamat pagi dengan Pak Bagas?” “Iya saya sendiri, ada apa ya Pak, ada masalah dengan ibu atau kakak saya di sana?”“Maaf sebelumnya Pak, ada masalah memang di dalam penjara dan mengakibatkan saudara Anda harus di rawat di rumah sakit.”“A—apa maksudnya Mbak Bella?” “Iya Pak, Saudari Bella berkelahi dengan salah satu teman selnya sehingga mengakibatkan dia harus dilarikan ke rumah sakit, karena dia tertusuk benda tajam di perut sebelah kirinya.”“Apa?” “Bagaimana bisa, Pak?”“Lebih baik Anda bisa datang ke rumah sakit Bhayangkara ruang mawar nomor empat belas. Sekarang masih ditangani oleh dokter.”“Baiklah saya langsung ke sana, terima kasih informasinya Pak.”Bagas buru-buru menutup teleponnya tapi dia juga tidak bisa ke rumah sakit tempat di mana Bela di rawat karena dia juga masih tahap pemulihan. “Ah bagaimana ini? Aku tidak bisa ke sana dan apakah aku bisa meminta tolong dengan Kaysha tapi apakah dia mau setelah aku mengatakan semuanya saat itu? Apakah
“Sayang kenapa kamu ada di sini?” tanya Khaidir bingung. Ucapan yang dikatakan Khaidir membuat Kaysha tersentuh. Wanita cantik itu melangkah masuk dan mendekati mereka. Meskipun Kaysha sangat membenci pria yang terbaring di rumah sakit itu tapi dia pun ingin tahu apa yang dia ingin bicarakan dengannya. “Terima kasih Kay, kamu mau datang ke rumah sakit dan ....” mata Bagas bergerilya tapi tidak menemukan sosok itu.“Kamu mencari Fatih?” tanya Kaysha saat melihat Bagas celingak-celinguk.“Di mana Fatih, kenapa kamu tidak ajak sekalian?” Kaysha menatap dingin Bagas. “Apa yang kamu harapkan, Mas, setelah kamu kembali melukainya? Dia masih kecil tapi sudah memikirkan masalah dewasa. Kami kira kamu sudah bertobat karena kamu sudah cacat tapi ternyata kebusukan hatimu masih sama seperti dulu.”“Kay, aku minta maaf, aku memang salah dan tak pantas untuk menerima maaf darimu, tapi untuk kali ini aku janji tidak akan membuat kamu lebih membenciku. Ya aku memang datang menemui Dewa hanya unt
Bagas terengah-engah melangkah. Sesekali dai berhenti untuk memberikan istirahat kaki dan tubuhnya sangat letih. Kakinya yang baru saja diobati kini kembali terasa sakit dan ngilu.Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Rasanya sudah tidak kuat berjalan tapi tidak mungkin dia berlama-lama di sana dan bertemu kembali dengan Dewa. Bagas ingin sekali memberitahukan kepada polisi kalau orang yang mereka cari ada di hotel ini dengan wajah menyamar. Semua bisa dilakukan oleh Dewa, dan berhasil mengelabui pihak hotel yang tidak mencurigai Dewa. “Aahhh! Sialan aku seperti pria lemah karena tidak bisa membalas hinaan dari dia, gara-gara kaki ini. Ya Tuhan kenapa aku mau aja berurusan dengan orang gila ini? Sekarang bukan Kaysha saja yang menjadi sasaran karena dia sangat dendam dengan Khaidir, dan Fatih?” tanyanya dalam hati. Bayangan masa lalu kembali mengitari pikirannya. Bagaimana dia memperlakukan Kaysha dan Fatih seperti orang asing. Dia sudah mendapatkan karmanya dan ingin memperba