Kedua tangannya mengepal, tatapannya tajam ke depan dengan mulut sedikit mengerucut.
Ibu Siska yang melihat duluan langsung menegur dan menghampiri Fatih yang berdiri dalam diam.Kaysha dan Ibu-ibu yang lain juga langsung menoleh ke arah Fatih, dan tentunya sebagai ibunya dia langsung memeluk dan mencium anaknya berkali-kali."Fatih kok diam kenapa Nak?""Apa Bunda sayang Fatih?""Tentu sayang lah Nak, buat apa hidup kalau nggak ada Fatih di samping Bunda.""Kalau begitu tinggalkan mereka Bunda!""Kaysha terperanjat dan kaget atas ucapan Fatih barusan begitu juga dengan ibu-ibu yang lain. Anak sekecil itu sudah mengerti urusan orang dewasa. Fatih selalu melihat ibunya selalu disakiti walaupun dia mengurung diri di kamar namun ikatan batin mereka sangatlah kuat."Fatih kok ngomongnya begitu siapa yang mengajari Nak?" tanya Kaysha dengan kelembutan."Wajah ini Bunda," Fatih memegang wajah Kaysha dengan kedua tangan kecilnya. "Maaf in Fatih, Bunda.""Fatih belum bisa membahagiakan Bunda, tapi Fatih janji jika sudah besar nanti Fatih akan jaga in Bunda dengan baik."Mendengar ucapan Fatih, Kaysha langsung mencium dan memeluk tubuh tambunnya."Ih sudah dong Bun, nggak enak dilihat orang malu, Fatih kan udah gede!"Ibu-ibu lain pun terharu dan seketika tertawa mendengar celoteh anaknya. "Kay, kamu kasih makan apa toh, kok pintar banget pemikirannya kaya orang gede aja deh," sahut Bu Siska tetangga samping rumahnya itu.Kaysha hanya mengulas senyum, walaupun hati dan perasaan sudah tercabik-cabik tetapi wajahnya selalu tersenyum, itulah yang membuat para tetangga sangat menyayangi Kaysha semenjak pertama kali menginjak di rumah mertuanya itu.Sikap yang lemah lembut, humoris, pandai membawa diri adalah sifat Kaysha yang tak pernah hilang walaupun dirinya sudah lupa bagaimana caranya tertawa.Namun dengan kehadiran Fatih dalam hidupnya, membuat dia harus bertahan sampai benar-benar ia tak sanggup lagi dalam mengarungi biduk rumah tangganya."Lebih baik kamu tenangkan pikiranmu Nduk atau kamu dan anakmu di rumah saya saja, daripada di rumah ini, makan hati Nduk,” sahut Ibu-ibu yang lain "Betul kata Fatih, buat apa kamu bertahan dalam rumah tangga yang tidak sehat ini, Ibu tahu kamu ingin membuat Fatih mempunyai keluarga yang lengkap, tapi dengan kamu di siksa begitu?""Kasihan Fatih Nduk, kasihan dengan mental dan fisiknya jika setiap hari melihat dan mendengar ibunya selalu disakiti, disiksa, dia akan membatin dan mengingatnya sampai dewasa nanti," ucap Bu Siska yang menasihati Kaysha."Terima kasih Bu, atas perhatiannya, saya masih bisa bertahan doakan saja semoga keluarga Kaysha sadar Bu." "Mau sampai kapan Nduk, kamu bertahan, kamu nggak kasihan dengan anakmu?""Ada waktunya Bu, sebentar lagi.""Baiklah jika itu keputusanmu, tetapi jika ada apa-apa langsung kamu kasih tahu kami, jangan sungkan-sungkan, ya?" sahut Bu Siska."Iya terima kasih banyak Bu, kalian sangat mengerti keadaan saya, kalau begitu saya masuk dulu, Assalamualaikum.""Walaikumsalam.Kaysha dan Fatih pun masuk ke dalam rumah itu lagi, walaupun Fatih enggan masuk lagi, tetapi melihat Bunda yang menyuruhnya terpaksa mengikuti langkah kaki Bundanya itu. "Hebat kamu Kay, sudah mempengaruhi para tetangga di sini untuk melawan kami, kamu pakai ilmu pelet ya, hah?" tanya Ibu mertuanya."Astagfirullah Bu, Kay nggak pernah pakai begituan buat apa, jika Kay pakai sudah dari dulu Kay nggak mau diperbudak sama kalian!""Sudah-sudah, aku mau pergi, mau makan lapar.""Ibu mau ikut apa nggak, bosan aku lihat Kaysha tiap hari, semakin hari semakin kurus, jelek lagi, kamu itu nggak pintar merawat diri sih, ya mau gimana kalau suamimu yang ganteng ini nanti kepincut wanita lain."Terserah mu lah Mas, mau jungkir balik kek, mau punya istri lagi, nggak ngaruh yang penting ceraikan saya, saya juga nggak butuh laki-laki seperti kamu Mas, percuma juga punya suami kaya sampean!""Berani kamu ngomong gitu sama suamimu Kay?" hardik Ibu mertuanya.Plak! Sekali lagi tamparan mendarat di pipi Kaysha.Bagas lalu mendorongnya sampai ke pintu kamar dan terjatuh menyisakan sakit di bagian punggung belakang.Lalu mereka meninggalkannya seorang diri bersama Fatih. Memang dirinya tidak ingin anaknya Fatih terkena tamparan oleh suaminya, sehingga dia selalu menyuruh Fatih tetap di dalam kamar selama mereka bertengkar.Pintu kamar langsung terbuka dan mendapati Bundanya duduk di lantai dengan tangannya memegang punggung belakang dan merintih kesakitan.Dihapusnya air mata Kaysha dengan tangan mungilnya. "Bunda nggak apa-apa?" celotehnya."Iya, cuma sedikit sakit di belakang," jawabnya sambil tersenyum.Kaysha pun mencoba berdiri di bantu Fatih dan duduk di bangku.Segera Fatih memberikan segelas air kepada Bundanya."Terima kasih Sayang.""Iya Bunda sama-sama."Mereka pun berpelukan kembali."Fatih lapar kan dari tadi belum makan?""Makan pakai apa Bunda nasi gorengnya udah dibuang sama ayah," jawabnya dengan muka cemberut. "Tenang saja sayang, sengaja Bunda pisahkan nasi goreng sama lauknya, pasti ayahmu nggak suka makanan ini.""Wah hebat deh Bunda, makasih ya Bunda memang terbaik!" celotehnya sambil meniru film kartun kesukaannya Boboboy. Mereka pun makan dengan lahap walaupun dengan makanan seadanya tetapi bagi suaminya itu adalah makanan yang tidak layak di makan.Setelah selesai Kaysha kembali melanjutkan menjemur pakaiannya yang tadi tertunda, lalu mencuci punya kakak iparnya.***Setelah selesai Kaysha mendatangi rumah Kakak iparnya yang sedang asyik menonton televisi."Assalamualaikum Mbak!""Walaikumsalam, ngapain kamu ke sini lagi, mau mempermalukan aku lagi?" ucapnya dengan kesal."Nggak lah Mbak, ini cuciannya Mbak tinggal jemur, dan ini yang terakhir ya Mbak, jangan Mbak taruh lagi di rumah Ibu," ucap Kaysha sambil menaruh dua ember besar di depan pintu rumah kakak iparnya itu."Suka-sukaku lah mau taruh di mana, itu kan rumahku juga," jawabnya dengan sewot."Ya sudah terserah Mbak lah yang penting aku sudah kasih tau ya, jangan sampai aku berbuat nekat loh Mbak, permisi.""Assalamu’alaikum!""Huh ... dasar, Walaikumsalam!"Tak terasa hari sudah siang, tetapi suami dan ibu mertuanya juga belum pulang. Dengan santai Kaysha memasak opor ayam, baunya juga sudah tercium ke luar rumah dan sampai di hidung Bella kakak iparnya itu.Bella pun datang lagi ke rumah dengan membawa panci berukuran sedang, tetapi begitu sampai di rumah ibunya dia tidak bisa masuk seperti biasa karena Kaysha sudah menguncinya dari dalam.Kaysha dan Fatih pun sedang menikmati hidangan makanan yang dibuat tadi."Kay ... buka pintunya aku mau masuk!""Dor! Dor! Dor!"Kamu dengar nggak sih, buka atau ku dobrak pintunya!""Dobrak aja Mbak, mau tahu bagaimana cara dobraknya?" jawab Kaysha sambil tertawa bersama Fatih."Kurang ajar kamu Kay ...." teriaknya dari luar. Kaysha pun menutup pintu belakang dapur maupun jendela, sehingga Bella tidak bisa masuk di pintu mana pun.Akhirnya dia hanya duduk di teras rumah sambil memegang ponselnya untuk menelepon seseorang. Melihat anaknya makan dengan lahap membuat Kaysha kembali menangis dan di dapati oleh Fatih yang ikut menangis juga."Ih Bunda cengeng masa nangis melulu?""Fatih kan jadi ikutan nangis!"Iya deh Bunda minta maaf, ya udah makan lagi, sebelum yang lain datang." "Siip Bunda!"Tak lama kemudian, setelah selesai makan terdengar suara pintu di kedor dengan keras.Kaysha pun langsung membuka pintunya dengan santai.Ternyata kakak iparnya Bella menelepon ibunya yang dari tadi pagi pergi bersama Bagas."Dasar kamu menantu nggak tahu diri, ngapain kamu kunci segala rumah ini, kasihan kan Bella nggak bisa masuk ke dalam, biar bagaimanapun dia itu masih anak kandung saya jadi wajar dong dia datang ke rumah ini," ucap ibu mertuanya dengan emosi. "Iya tahu Bu, tapi lihat-lihat juga dong masa datangnya kalau jam makan sih, aku kan perlu istirahat juga Bu!""Alah alasan saja, sudah sana minggir, ingat ya jangan kamu ulangin lagi!" Mereka pun masuk dan mendapati makanan yang tadi tercium oleh Bella ternyata sudah habis menyisakan kuahnya saja."Tuh kan Bu, sudah habis makanannya padahal harum banget baunya sampai perut ini sakit, Ibu sih kelamaan datangnya," gerutu Bella. "Kok nyalahin Ibu sih, tuh salah in Kaysha kenapa juga main kunci segala," sahut Ibu dengan sewot."Gara-gara kamu Kay aku nggak bisa makan," bentak Bella dan pergi begitu saja ke luar rumah."Kamu itu ya sekarang ngelunjak, kamu mau saya usir dari rumah ini, mau kamu di ceraikan Bagas, hah!" "Sekarang mana buktinya Bu, mana Mas Bagasnya segera talak Kay dulu baru aku pergi dari neraka ini," ucap Kaysha tak kalah emosi."Oke kita tunggu Bagas pulang siap-siap kamu angkat kaki dari rumah ini." "Oke Bu aku nggak takut walaupun mati kelaparan di luar lebih baik daripada mati di tindas kalian," jawab Kaysha dengan lantang.Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam, tetapi orang yang di tunggu juga belum kelihatan batang hidungnya.Namun ketika Kaysha ingin mengunci pintu tiba-tiba Bagas suaminya datang dengan membawa seorang wanita, siapakah dia?"Siapa dia Mas, kenapa kamu bawa ke rumah ini?" tanya Kaysha degan penasaran."Apa urusanmu?" jawab Bagas dengan emosi."Memang nggak ada, tetapi setidaknya jika kamu berbuat yang aneh jangan di sini, apa kata tetangga?""Nggak ada urusan sama tetangga ya, suka- sukakulah mau bawa siapa?""Perkenalkan nama saya Clara Fransisca.""Maaf, Mbak tadi suaminya Mbak tidak sengaja motornya menabrak mobil saya.""Oh maaf Mbak saya pikir temannya suami saya, terus kenapa nggak ke rumah sakit Mbak kalau ada yang luka," tanya Kaysha dengan heran."Saya yang nggak mau ke rumah sakit, trauma Mbak apalagi baunya jadi pingin muntah, tapi sakitnya nggak terlalu parah kok, cuma lecet sedikit," kata wanita itu."Kenapa nggak di antar ke rumahnya sih Mas, kasihan jadikan bisa langsung istirahat dengan tenang di rumahnya," tanya Kaysha dengan penuh selidik. "Saya yang mau di antar ke sini sekalian silaturahmi dengan Mbaknya.""Kalau boleh saya menginap sehari saja di sini, saya takut pulang sendiri lagi
Kaysha tertunduk dan lemas, pandangannya menatap sinis kepada mereka yang terlihat sangat bahagia."Sejak kapan kalian sudah menikah?" tanya Kaysha dengan suara gemetar menahan tangisnya."Maaf Mbak, aku sudah menikah dengan Mas Bagas empat bulan yang lalu, dan sekarang aku mengandung anaknya," jawabnya sambil memegang perutnya yang memang sedikit membuncit."Terus kenapa tadi malam kamu berbohong sama saya toh akhirnya Mas Bagas juga yang kasih tahu," jawab Kaysha yang masih duduk mengatur napasnya."Memang sengaja, kenapa memang, aku cuma mau lihat bagaimana reaksimu kalau aku menikah lagi, kamu pasti sakit hati dan cemburu bukan, karena aku ini tampan dam berkarisma," jawab Bagas yang memuji dirinya sendiri.Kaysha berdiri dan melanjutkan mencuci pakaian yang tadi sempat tertunda."Loh Kay, kok gitu aja reaksimu, nggak seru ah!" "Jadi aku harus gimana Mas, sedih, nangis udah basi Mas, terserah kalian mau ngapain yang jelas kamu ceraikan aku, kalau tidak aku bongkar semua kebusukan
"Berani kamu menyentuh anakku akan kupatahkan tanganmu!" teriak Kaysha.Kaysha memukul kepala Bagas dengan sebuah balok kayu yang di dapatnya di seberang jalan tadi.Entah apa yang merasuki Kaysha sehingga dia berani melawan Bagas."Urusan kita belum selesai, kalau sampai terjadi sesuatu dengan anakku, kamu akan kubuat menderita," ucapnya dengan api membara."Terserah kamu Kay, aku nggak takut sama kamu, dasar istri edan menyusahi saja," sahut Bagas dengan memegang kepalnya yang mengeluarkan darah segar dan merintih kesakitan."Augh sakit, dasar istri nggak waras ... Augh!"Namun tidak dengan para tetangga mereka hampir mengeroyok Bagas karena sikapnya yang tidak mencerminkan sikap orang tua yang baik, mereka geram, marah bahkan ada yang sempat memukul kembali kepala Bagas agar kembali waras."Kamu tuh yang edan anak kok dibiarkan gitu malah disumpahi, rasanya sendal jepitku ini mau tak sumpali di mulutmu itu," ucap Bu Lastri yang geram melihat tingkah laku Bagas."Huh ... dasar sua
Khaysa masih terduduk tetapi wajahnya mengadah ke atas, memperhatikan dengan saksama wajah yang begitu sendu tapi sangat di rindukan.Matanya sedikit berembun dan wanita itu mengulurkan tangannya yang keriput termakan oleh usianya.Khaysa menyambutnya dengan hangat lalu wanita itu tersenyum dengan lembut."Ma ... maaf Bu, saya tidak sengaja soalnya tadi saya buru-buru," ucap Kaysha dengan terbata-bata.Namun seketika wanita itu langsung memeluk Kaysha dan menangis, air matanya langsung membasahi tangannya."Apa kabar Nduk?" kata wanita tua itu sambil merenggangkan pelukannya.Suara itu ... ya Mbok Darsi ...be ... betul ini Mbok Darsi pengasuh Kay?" tanya Kaysha dengan mata berbinar."Iya, Neng saya ... saya Mbok Darsi ... apa kabar cah ayu?" tanyanya bersemangat."Mbok .... hiks! hiks!""Kenapa toh Cah ayu, kok nangis, terus kenapa kamu ada di rumah sakit, ada apa, cerita sama Mbok, ayo kita duduk di sana dulu," ajaknya kepada Kaysha.Semua tetangga melihat mereka sedikit heran menga
Aku ingat-ingat dulu ya, begini ceritanya ....Flashback on."Assalamualaikum!""Walaikumsalam, ada apa malam-malam datang ke sini, mau ikut ceramah juga?" tanya Ibu Ratna dengan sewot."Maaf Bu, saya minta tolong siapkan pakaian Kaysha dan Fatih soalnya daripada Kay bolak balik ke rumah sakit buat ganti pakaian lebih baik di bawakan saja ke rumah sakit atau saya saja yang pilih bajunya kalau Ibu nggak keberatan sih?" jawab Nola dengan sopan."Memang saya pembantunya apa? Suruh dia saja yang pulang, lagian kerjaan di rumah itu masih banyak, siapa yang bersih-bersih? Saya ... enak saja dia itu punya gelar MENANTU, paham?" jawab Bu Ratna yang tambah sewot."Siapa sih Bu, yang datang rempong baget?" tanya Bagas menghampiri.Eh si Gendut Nola, ngapain kamu ke sini?" timpa Bagas lagi."Ya elah ini satu, woy sadar woy ... anak kamu itu masuk rumah sakit gara-gara kamu, kenapa kalian di rumah saja nggak ke rumah sakit?" jawab Nola dengan emosi."Alah, ngapain ke sana toh anaknya juga pasti
"Assalamualaikum, Nak...""Wa ... Walaikumsalam, Papah ... ini Papah!""Pah ... Kay kangen Papah, maafkan Kay.""Papah mau kan maaf in Kay, gara-gara Kay Papah jadi sakit seperti ini.""Papah kok pakaiannya serba putih, bersih dan tampan, wah mau pergi ke mana sih Pah sudah rapih banget, kok nggak ngajak Kay?""Papah kok nggak ngomong dari tadi senyum terus, tapi senyum Papah sangat menyejukkan hati Kay.""Papah rindu Mamah ya, Kay juga tapi mau ikut kasihan Fatih nanti dia sendiri, Kay harus merawat anak Kay Fatih cucu Papah."Papah mau lihat cucu Papah, tapi masih belum sadar, nanti kalau sudah mendingan Kay kasih tau Papah ya, pasti dia suka ....""Loh anak Mamah udah bangun tuh lihat siapa yang datang, ini Eyang kamu sayang.""Loh kalian kok hanya tersenyum saja kok nggak ngomong, Pah ... Papah mau ke mana kok pergi ....""Kay kan belum meluk Papah jadi lupa, Pah ...Pah jangan tinggalin Kay, Pah ....!" teriak Kaysha seketika.Tiba-tiba Kaysha terbangun dari tidurnya, dilihat jam d
Tiba di ruang perawatan, Fatih terlihat belum sadar juga setelah operasi itu. Namun yang membuat Kaysha bertanya-tanya dalam hati mengapa matanya selalu mengeluarkan air mata, seakan-akan tahu akan kesedihan bundanya.Menunggu dan menunggu, akhirnya tepat jam tujuh pagi perlahan-lahan mata itu terbuka dan memanggil Bundanya."Bun ... Bunda ....""Iya, Sayang, kamu sudah bangun Nak?" "Alhamdulillah ya Allah.""Bentar ya Nak, Bunda panggil Om Dokter dulu ya?" ujarnya sambil menuju ke luar ruangan."Nggak usah Nduk, biar Mbok aja yang panggil dokternya, kamu tunggu di sini saja temani Fatih," sahutnya tanpa persetujuan Kaysha Mbok Darsi bergegas pergi keluar mencari dokter.Tak lama kemudian Dokter beserta suster sudah berada di kamar Fatih, mereka langsung memeriksa kondisi Fatih yang masih lemas tetapi sudah bisa di ajak berkomunikasi oleh Bundanya."Bagaimana keadaan anak saya sekarang, Dok?" tanya Kaysha dengan cemas."Alhamdulillah keadaan Adek Fatih sudah membaik, cuma dia harus
"Wah, lagi tidur anaknya, kasihan sih tapi namanya juga takdir ya mau bagaimana lagi," ucap Bagas dengan santai."Ngapain sih kita di sini, nanti kalau ada apa-apa kita loh yang di salah in, aku nggak mau ya Mas, nanti gara-gara kita anak itu tambah sakit bukannya sembuh lihat kita," sahut Clara bergelayut manja di lengan Bagas."Udah jangan manja, kapan lagi aku bisa main sama anakku sendiri, bentar lagi kan aku mau cerai, dan aku nggak mau mengurus anak cacat ini kamu mau ngurusin, nggak 'kan?" ucap Bagas lagi yang ingin membangunkan Fatih dari tidurnya."Sudah-sudah kalian ini ribut melulu ini rumah sakit, kalau kita ribut malah kita disangka maling, udah ikuti apa kata suamimu," sahut Bu Ratna yang memperhatikan cucunya dari atas sampai bawah."Halo, anak ayah yang tampan, apa kabarmu, Nak?" ucap Bagas dengan tersenyum sinis."Ayo, bangun nggak usah tidur melulu, nggak bosan apa terbaring begini?" jawabnya dengan enteng.Mendengar suara ayahnya tiba-tiba Fatih terbangun dari tidur
“Aku mau ke kamar dulu, istirahatlah besok aku akan mencarikan tempat tinggal untukmu. Benar dengan apa yang dikatakan oleh Ibu, seharusnya aku memandang suamiku!” ucapnya sambil beranjak pergi dari meja makan.“Tunggu Kay! Kamu tidak ingin bicara denganku lagi bahkan untuk terakhir kalinya?” ucapan Bagas mampir menghentikan langkah Kaysha seketika.“Aku sudah berbuat baik untuk keluargamu untuk terakhir kalinya. Dan sekarang kita berada di jalan yang berbeda. Aku sudah mempunyai keluarga yang baru nggak mungkin aku menyambut tangan yang lain apalagi kamu ada mantan suamiku. Benar kata Ibu dan kau harus bicara dengan Mas Khaidir, permisi!” ucap Kaysha tegas dan berlalu meninggalkan Bagas sendirian.“Ya kamu benar Kay, tapi tenang saja setelah hati ini aku akan pergi jauh untuk selama-lamanya,” ucapnya dalam hati sembari menatap punggung wanita cantik itu sampai hilang dari penglihatannya. ***Sampai di pintu kamar Fatih Kaysha memberanikan diri untuk masuk meskipun ada sedikit ketak
Khaidir mengendurkan pelukannya dan menatap lekat wajah Fatih yang sudah dibanjiri air mata. “Tidak Sayang, kamu tidak boleh menangis. Papa hanya bertanya dan sangat khawatir saat tahu kalau kamu sudah dijemput dengan mobil orang lain. Maafkan Papa, sudah telat menjemput kamu di sekolah, maafkan ....” ucapannya dipotong langsung oleh Kaysha dengan wajah memerah “Kamu bohong Mas, kamu bilang Fatih baik-baik saja denganmu, tapi apa ini dia pulang bersama Syeira!” bentak Kaysha yang tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka.Khaidir terkejut dengan kedatangan Kaysha di tambah lagi wanita cantik itu mendorong kursi roda yang ternyata dengan santai pria itu duduk dan tersenyum sinis.“Ba—Bagas? Kamu ada di sini juga dan kenapa kamu?” Khaidir semakin tidak mengerti karena merasa sudah dipermainkan oleh mereka. “Apa Khaidir, kamu pikir aku hilang dari rumah sakit? Nggak Dir, justru aku ingin menyelamatkan kalian tapi tidak ada yang mau percaya denganku!” sungutnya dengan penuh percaya
Khaidir terdiam sejenak tapi langsung disadarkan kembali dengan bunyi klakson dari sepeda motor milik Bapak tua itu. “Kenapa kamu malah bengon, cepat naik!” perintahnya lagi. Khaidir pun langsung naik di belakang. “Kamu pegangan ya, kita ngebut,” ucapnya lagi dengan Khaidir yang masih begitu syok. Meskipun penampilan orang itu lusuh tapi wangi tubuhnya itu masih tercium sehingga Khaidir tak bisa berkata-kata. Mulutnya terasa seperti terkunci. Tenggorokannya seakan tercekat tidak bisa mengeluarkan suara.“Ya Allah, siapa Bapak ini kenapa tubuhnya begitu harum?” tanyanya dalam hati sambil mengamati tubuh pria tua renta itu. “Kamu masih harus mengalami banyak masalah. Setiap manusia selalu diuji tapi kadang manusia menganggap itu masalah. Kamu masih harus melewati rintangan mungkin ada yang harus dikorbankan tapi semua itu jika kamu ikhlas maka kamu mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan. Pada dasarnya semua makhluk hidup terutama manusia akan meninggalkan jasadnya hanya caranya saja
“Saya Dok ...Saya yang bernama Khaidir,” sahutnya cepat. “Baik, Bapak bisa masuk sepertinya dia ingin menyampaikan sesuatu dengan Bapak.”“Bagaimana kondisinya Dok, apa pasien terkuak parah?” tanya Khaidir penasaran.“Kalau dibilang parah iya, karena kecelakaan itu telah membuat kedua kakinya hancur dan harus diamputasi, kami juga harus memeriksa organ dalam kemungkinan juga ada yang terluka, tapi saya salut kesadarannya masih terjaga dan meminta saya untuk mencari orang yang bernama Khaidir. Segera temui dia, Pak,” jelas dokter itu. “Terima kasih Dok,, permisi saya ke dalam dulu.”Khaidir bergegas masuk ke ruang IGD dan sedikit terkejut dengan kondisi Agus yang memang terluka parah. Banyak darah di kereta itu, bahkan masih menetes. “Dengan Mas Agus?” tanya Khaidir pelan mendekati wajah orang itu. Orang itu pun kembali membuka matanya dan menatap sendu wajah Khaidir. “Pak Khaidir?” tanyanya dengan suara pelan.“Iya saya Khaidir, kenapa kamu memanggil saya? Apakah ini berkait
Rupanya Tante Lisa mempunyai rencana baru yang hanya Syeira saja yang tahu. Tante Lisa sengaja berpura-pura gila lantaran sangat capek bekerja sebagai wanita penghibur yang melayani para hidung belang, bahkan cara mereka tak lazim sering memukul hingga memar saat mereka sedang bercinta . Syeira dan Tante Lisa ingin melenyapkan Kaysha dan Fatih agar bisa mengambil harta warisan itu. Dan tentu saja bisa menggantikan posisi Kaysha menjadi istrinya Khaidir. Rencana yang matang sudah mereka susun. Hanya perlu melibatkan Fatih, anak kecil itu. Semua sudah dibongkar oleh Syeira sendiri. Kenikmatan yang diberikan oleh Dewa membuatnya tak berdaya. Satu jam mereka bercinta membuat Syeira kelelahan dan tertidur pulas. Dewa pun bangkit dari tempat tidur dan segera menghubungi seseorang. “Kamu bisa memakainya datanglah kemari dia masih tertidur dengan nyenyak. Aku masih ada urusan dan buat dia menikmati surga dunia sampai kalian puas.”Dewa langsung menutup sambungan teleponnya dan bergegas pe
Setelah sedikit tenang Bu Rina bisa menceritakan apa yang terjadi sebenarnya di dalam sel tahanan. Rupanya ada yang sengaja membuat kegaduhan di dalam sana. Seorang teman satu kamarnya langsung menyerang membabi buta pada saat Bella sedang terlelap tidur. Di saat kejadian naas itu Bu Rina memang tidur di sebelahnya, dan saat mendengarkan teriakan Bella, beliau langsung terbangun dan sudah melihat wanita itu diatas tubuh Bellla dengan memegang sebilah pisau menusuk tanpa arah ke tubuh Bella. Bu Rina segera mencoba menghentikan aksi wanita itu tapi dia pun ikut terkena sayatan benda tajam itu. Wanita paru baya itu segera berteriak meminta bantuan sedangkan teman satu sel lainnya tidak ada yang membantu lantaran takut terkena benda tajam itu. Tubuh Bella sudah tak sadarkan diri dengan bersimbah darah. Wanita itu langsung beranjak dari atas tubuh Bella setelah melihat genangan cairan yang kental dan pekat. Bu Rina pun sampai tidak berani mendekati wanita itu karena takut terkena kembali
“Selamat pagi.” “Selamat pagi dengan Pak Bagas?” “Iya saya sendiri, ada apa ya Pak, ada masalah dengan ibu atau kakak saya di sana?”“Maaf sebelumnya Pak, ada masalah memang di dalam penjara dan mengakibatkan saudara Anda harus di rawat di rumah sakit.”“A—apa maksudnya Mbak Bella?” “Iya Pak, Saudari Bella berkelahi dengan salah satu teman selnya sehingga mengakibatkan dia harus dilarikan ke rumah sakit, karena dia tertusuk benda tajam di perut sebelah kirinya.”“Apa?” “Bagaimana bisa, Pak?”“Lebih baik Anda bisa datang ke rumah sakit Bhayangkara ruang mawar nomor empat belas. Sekarang masih ditangani oleh dokter.”“Baiklah saya langsung ke sana, terima kasih informasinya Pak.”Bagas buru-buru menutup teleponnya tapi dia juga tidak bisa ke rumah sakit tempat di mana Bela di rawat karena dia juga masih tahap pemulihan. “Ah bagaimana ini? Aku tidak bisa ke sana dan apakah aku bisa meminta tolong dengan Kaysha tapi apakah dia mau setelah aku mengatakan semuanya saat itu? Apakah
“Sayang kenapa kamu ada di sini?” tanya Khaidir bingung. Ucapan yang dikatakan Khaidir membuat Kaysha tersentuh. Wanita cantik itu melangkah masuk dan mendekati mereka. Meskipun Kaysha sangat membenci pria yang terbaring di rumah sakit itu tapi dia pun ingin tahu apa yang dia ingin bicarakan dengannya. “Terima kasih Kay, kamu mau datang ke rumah sakit dan ....” mata Bagas bergerilya tapi tidak menemukan sosok itu.“Kamu mencari Fatih?” tanya Kaysha saat melihat Bagas celingak-celinguk.“Di mana Fatih, kenapa kamu tidak ajak sekalian?” Kaysha menatap dingin Bagas. “Apa yang kamu harapkan, Mas, setelah kamu kembali melukainya? Dia masih kecil tapi sudah memikirkan masalah dewasa. Kami kira kamu sudah bertobat karena kamu sudah cacat tapi ternyata kebusukan hatimu masih sama seperti dulu.”“Kay, aku minta maaf, aku memang salah dan tak pantas untuk menerima maaf darimu, tapi untuk kali ini aku janji tidak akan membuat kamu lebih membenciku. Ya aku memang datang menemui Dewa hanya unt
Bagas terengah-engah melangkah. Sesekali dai berhenti untuk memberikan istirahat kaki dan tubuhnya sangat letih. Kakinya yang baru saja diobati kini kembali terasa sakit dan ngilu.Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Rasanya sudah tidak kuat berjalan tapi tidak mungkin dia berlama-lama di sana dan bertemu kembali dengan Dewa. Bagas ingin sekali memberitahukan kepada polisi kalau orang yang mereka cari ada di hotel ini dengan wajah menyamar. Semua bisa dilakukan oleh Dewa, dan berhasil mengelabui pihak hotel yang tidak mencurigai Dewa. “Aahhh! Sialan aku seperti pria lemah karena tidak bisa membalas hinaan dari dia, gara-gara kaki ini. Ya Tuhan kenapa aku mau aja berurusan dengan orang gila ini? Sekarang bukan Kaysha saja yang menjadi sasaran karena dia sangat dendam dengan Khaidir, dan Fatih?” tanyanya dalam hati. Bayangan masa lalu kembali mengitari pikirannya. Bagaimana dia memperlakukan Kaysha dan Fatih seperti orang asing. Dia sudah mendapatkan karmanya dan ingin memperba