"Berani kamu menyentuh anakku akan kupatahkan tanganmu!" teriak Kaysha.
Kaysha memukul kepala Bagas dengan sebuah balok kayu yang di dapatnya di seberang jalan tadi.Entah apa yang merasuki Kaysha sehingga dia berani melawan Bagas."Urusan kita belum selesai, kalau sampai terjadi sesuatu dengan anakku, kamu akan kubuat menderita," ucapnya dengan api membara."Terserah kamu Kay, aku nggak takut sama kamu, dasar istri edan menyusahi saja," sahut Bagas dengan memegang kepalnya yang mengeluarkan darah segar dan merintih kesakitan."Augh sakit, dasar istri nggak waras ... Augh!"Namun tidak dengan para tetangga mereka hampir mengeroyok Bagas karena sikapnya yang tidak mencerminkan sikap orang tua yang baik, mereka geram, marah bahkan ada yang sempat memukul kembali kepala Bagas agar kembali waras."Kamu tuh yang edan anak kok dibiarkan gitu malah disumpahi, rasanya sendal jepitku ini mau tak sumpali di mulutmu itu," ucap Bu Lastri yang geram melihat tingkah laku Bagas."Huh ... dasar suami tak tahu diri lo, punya bini cantik gitu elu sia-siakan," ucap Mak Ipeh memukul pakai sendal jepitnya yang usang.Kaysha tak kuasa melihat darah yang mengalir di sekujur tubuh anak kesayangannya itu.Untung para tetangga cekatan, ada yang langsung menghubungi ambulans.Lima menit kemudian datanglah ambulans dan segera membawa Fatih ke rumah sakit di temani Bu Siska, Bu Leni, dan Bu Lastri mereka ada tetangga sebelahnya yang baik.Sampailah mereka di rumah sakit yang terdekat. Dengan cepat suster itu mengambil meja dorong untuk menaruh pasien yang terluka parah dan langsung masuk di UGD.Kaysha sudah mulai tenang, napasnya sudah teratur berirama, dengan lantunan doa di lafalkan dalam hati membuatnya bisa mengatur dirinya sendirinya agar tenang.Tak lama kemudian seorang suster memanggil Kaysha.Maaf Bu, dengan keluarga pasien atas nama Fatihian al Ayubbi?""Iya Sus, saya Ibunya," jawabnya"Mari ikut saya Bu, Dokter ingin berbicara dengan Ibu sekarang!""Baik Suster.""Maaf dengan Ibu Fatih ya?""Iya Dok, bagaimana keadaan anak saya, apakah ini serius?" tanyanya tampak bingung dan cemas."Begini Bu, ini adalah kasus tabrak lari jadi kami harus menunggu dari pihak kepolisian untuk melaporkan kejadian ini," jawab dokter tua itu."Jadi nunggu anak saya meninggal gitu, baru Dokter memberi pelayanan, apa karena kami miskin sehingga Dokter tidak menerima kami, iya?" jawab Kaysha dengan penuh emosi."Maaf Bu, bukan maksud kami seperti itu, ini hanya prosedur yang harus dijalankan, tetapi Ibu jangan khawatir sudah ada yang melaporkan ke pihak berwajib agar segera di tangani, sabar ya Bu?" jawab Dokter itu menenangkan Kaysha."Maaf Dok, saya sudah marah-marah sama Dokter, tolong lakukan yang terbaik tidak peduli biayanya, saya usahakan yang penting anak saya selamat karena dialah saya bisa bertahan hidup sampai sekarang," jawabnya mengiba."Nggak apa-apa Bu, saya mengerti perasaan Ibu, yang penting Ibu banyak berdoa semoga Adek Fatih segera disembuhkan," ucap dokter itu.Tak lama kemudian pihak kepolisian datang, dan beberapa warga yang melihat kejadian itu dimintai keterangan bahkan ada yang langsung memberi keterangan secara mendetail karena ternyata ada yang melihat secara langsung kejadian tersebut.Kaysha sangat bersyukur di kelilingi oleh tetangga yang baik, mereka sangat peduli dengan kehidupan dia dan terutama pada Fatih anaknya.Semua warga sangat menyayangi Fatih karena anaknya sangat ceria, suka menolong orang lain dengan tangan kecilnya itu, sehingga melihat Fatih terbaring tidak berdaya mereka semua bersedih."Bagaimana Kay, keadaan Fatih?" tanya Pak RT yang tiba-tiba datang ke rumah sakit."Ini lagi diurus sama polisi, dan segera ditangani oleh Dokter, Pak," jawab Kaysha dengan pelan."Tak lama kemudian Dokter kembali menghampirinya dan mengatakan harus segera dioperasi."Begini Bu, saya harus mengambil tindakan saya harus segera mengoperasi Adek Fatih karena ada kemungkinan infeksi dan jika memang patah tulang di dalam harus dipasang pen atau besi untuk menyangga kakinya.""Ada syaraf di kakinya yang putus, tapi dengan terapi yang sering ada kemungkinan bisa kembali berjalan, entah bisa seminggu, sebulan atau bertahun-tahun tergantung niat dan usaha, serta keajaiban."Ibu berdoa saja semoga Adek Fatih segera sembuh," ucap Dokter itu dengan tersenyum."Lakukan apa saja Dok, yang penting anak saya selamat," jawab Kaysha dengan panik."Baiklah Bu, segera Ibu ke bagian administrasi untuk melakukan pembayaran separuhnya agar kami bisa langsung mengoperasi Adek Fatih, mengingat kondisinya mulai menurun," jawab Dokter itu."Kalau begitu saya tinggal dulu, permisi!""Iya Dok, terima kasih," jawab Kaysha yang tertunduk lesu.Hatinya bertanya bagaimana bisa mendapatkan uang sedangkan tabungannya mungkin tidak cukup untuk operasi atau obat-obat yang akan di tebusnya.Kaysha dan Fatih tidak terdaftar sebagai BPJS kesehatan, dia lupa akan hal itu padahal di kantor kerja suaminya sudah ada penerapan BPJS kesehatan untuk keluarga, tetapi mereka tidak dimasukkan di dalam daftar BPJS Bagas, entah apa yang di pikiran Bagas saat itu."Ayuk, Nduk kita ke administrasi kita tanya dulu biayanya berapa, supaya kita bisa sama-sama cari jalan keluarnya," ajak Pak RT diikuti Bu Siska dan Bu Lastri istrinya Pak RT.Mereka pun berjalan menuju ke ruang admistrasi, sementara yang lain menunggu Fatih di depan pintu UGD.Sampailah mereka di sana dan mereka menunggu giliran di panggil, untungnya cepat."Permisi Mbak, saya mau nannya pasien yang tabrak lari atas nama Fathian Al Ayubbi, saya ibunya, biayanya berapa ya Mbak?" tanya Kaysha dengan gugup."Sebentar ya Bu, saya periksa dulu,""Baik Bu, atas nama Fathian Al Ayubbi akan melakukan operasi pada jam Tujuh malam ini ya Bu, totalnya semua untuk biayanya di luar dari obat-obatan sekitar enam puluh lima juta rupiah untuk uang muka Ibu harus menyetor tiga Juta Rupiah agar segera dilakukan tindakan," jawab wanita itu.Jlebb!Tangan gemetar, lidah kelu bahkan persendian terasa copot semua, jiwanya seperti sudah terlepas dari raganya.Kaysha pun menangis kembali, antara sedih, bingung, frustrasi semua menjadi satu, tetapi dia harus optimis kalau dia masih bisa mencari jalan keluar."Tenang Nduk, sabar serahkan kepada Allah, jika kamu percaya pasti ada jalan keluarnya," ucap Pak RT yang merasa prihatin."Uang tabungan saya tidak cukup hanya sekitar lima juta saja, bagaimana saya mau melunasi biaya rumah sakit ini, Pak?" jawab Kaysha."Nanti saja kamu pikirkan, lebih baik pakai uang saya dulu untuk uang muka, supaya Fatih cepat di operasi, iya 'kan Pak?" tanya Bu Lastri kepada suaminya."Iya, Nduk nggak apa-apa, kalian sudah kami anggap seperti keluarga sendiri," timpa Pak RT lagi."Ya wes, cepat Bu bayarkan saja, Ibu bawa uangnya toh?""Iya, Nduk, kamu tunggu sebentar biar saya saja yang bayar ke Mbaknya itu.""Terima kasih banyak ya, Bu, saya tidak akan lupa atas jasa kalian, suatu saat nanti saya akan membalas kebaikan kalian semua," jawab Kaysha diikuti tangisnya.Setelah mereka membayar uang muka, maka Fatih bisa di operasi dengan segera.Tepat jam tujuh malam Fathian dioperasi, ada rasa takut yang melanda hati sang ibu.Namun karena imannya kuat dia yakin anak semata wayangnya sembuh."Gimana Bu Siska, apa kata orang bagian administrasi, perlu biaya berapa Fatih di operasi?" tanya Mak Ipeh yang penasaran."Itulah Mak, sekarang kita lagi bingung cari uangnya sedangkan Kay saja cuma ada lima juta, sedangkan biaya operasi sekitar enam puluh lima juta," jawab Bu Siska yang kelihatan bingung juga."Apa, banyak amat, ya?" itu semua uang?" tanya Mak Ipeh dengan heran."Ya iyalah Mak, mas daun bayar ini rumah sakit," jawab Bu Siska dengan cemberut."Maaf ya Kay, Emak kagak bisa bantu banyak neh, soalnya elu tau 'kan Emak janda, terus ngidupin bocah juga yang di tinggal sama orang tuanya, Emak punya ini aja gelang peninggalan suami aye, kalau elu mau pakai dah untuk si Fatih buat nambah-nambah gitu?" jawab Emak Ipeh yang ceplas-ceplos."Nggak apa-apa Mak, udah simpan saja, biar Kay cari sendiri 'kan ada Allah pasti ada Mak, yang penting kita yakin."Namun karena Kaysha sangat baik sama orang dan selalu membantu orang dalam kesusahan, sehingga tanpa di suruh pun warga segera urunan, bahkan dirinya diberi makan dan minuman untuk selama di rumah sakit.Khaysa sangat terharu karena uang yang berhasil di kumpulkan oleh warga sebanyak empat puluh juta lima ratus ribu rupiah.Ia pun bersujud syukur dan menangis sejadi-jadinya."Terima kasih atas bantuan Ibu-ibu dan Bapak-Bapak sekalian, tanpa keikhlasan dan ketulusan kalian memberikan bantuan yang sangat berharga buat Khaysa tetangga kita ini," ucap Pak RT dengan bangga karena mempunyai warganya saling gotong royong."Uang itu langsung diserahkan sebagian ke admistrasi sebesar empat puluh juta dan sisanya buat pegangan Kaysha, sewaktu-waktu untuk kekurangan obat.""Tinggal mencari kembali sisa uang yang harus disiapkan lagi sekitar dua puluh juta," gumamnya."Apa yang harus aku lakukan ya Allah?" lirih Khaysa dengan pelanPikirannya masih kalut, berjalan saja masih sempoyongan, namun tiba-tiba ....""Brrrukk!"Kaysha tak sengaja menabrak seorang wanita tua, tangannya keriput, tapi wajah itu ....Wajah itu tidak asing bagi Khaysa, siapa dia?Khaysa masih terduduk tetapi wajahnya mengadah ke atas, memperhatikan dengan saksama wajah yang begitu sendu tapi sangat di rindukan.Matanya sedikit berembun dan wanita itu mengulurkan tangannya yang keriput termakan oleh usianya.Khaysa menyambutnya dengan hangat lalu wanita itu tersenyum dengan lembut."Ma ... maaf Bu, saya tidak sengaja soalnya tadi saya buru-buru," ucap Kaysha dengan terbata-bata.Namun seketika wanita itu langsung memeluk Kaysha dan menangis, air matanya langsung membasahi tangannya."Apa kabar Nduk?" kata wanita tua itu sambil merenggangkan pelukannya.Suara itu ... ya Mbok Darsi ...be ... betul ini Mbok Darsi pengasuh Kay?" tanya Kaysha dengan mata berbinar."Iya, Neng saya ... saya Mbok Darsi ... apa kabar cah ayu?" tanyanya bersemangat."Mbok .... hiks! hiks!""Kenapa toh Cah ayu, kok nangis, terus kenapa kamu ada di rumah sakit, ada apa, cerita sama Mbok, ayo kita duduk di sana dulu," ajaknya kepada Kaysha.Semua tetangga melihat mereka sedikit heran menga
Aku ingat-ingat dulu ya, begini ceritanya ....Flashback on."Assalamualaikum!""Walaikumsalam, ada apa malam-malam datang ke sini, mau ikut ceramah juga?" tanya Ibu Ratna dengan sewot."Maaf Bu, saya minta tolong siapkan pakaian Kaysha dan Fatih soalnya daripada Kay bolak balik ke rumah sakit buat ganti pakaian lebih baik di bawakan saja ke rumah sakit atau saya saja yang pilih bajunya kalau Ibu nggak keberatan sih?" jawab Nola dengan sopan."Memang saya pembantunya apa? Suruh dia saja yang pulang, lagian kerjaan di rumah itu masih banyak, siapa yang bersih-bersih? Saya ... enak saja dia itu punya gelar MENANTU, paham?" jawab Bu Ratna yang tambah sewot."Siapa sih Bu, yang datang rempong baget?" tanya Bagas menghampiri.Eh si Gendut Nola, ngapain kamu ke sini?" timpa Bagas lagi."Ya elah ini satu, woy sadar woy ... anak kamu itu masuk rumah sakit gara-gara kamu, kenapa kalian di rumah saja nggak ke rumah sakit?" jawab Nola dengan emosi."Alah, ngapain ke sana toh anaknya juga pasti
"Assalamualaikum, Nak...""Wa ... Walaikumsalam, Papah ... ini Papah!""Pah ... Kay kangen Papah, maafkan Kay.""Papah mau kan maaf in Kay, gara-gara Kay Papah jadi sakit seperti ini.""Papah kok pakaiannya serba putih, bersih dan tampan, wah mau pergi ke mana sih Pah sudah rapih banget, kok nggak ngajak Kay?""Papah kok nggak ngomong dari tadi senyum terus, tapi senyum Papah sangat menyejukkan hati Kay.""Papah rindu Mamah ya, Kay juga tapi mau ikut kasihan Fatih nanti dia sendiri, Kay harus merawat anak Kay Fatih cucu Papah."Papah mau lihat cucu Papah, tapi masih belum sadar, nanti kalau sudah mendingan Kay kasih tau Papah ya, pasti dia suka ....""Loh anak Mamah udah bangun tuh lihat siapa yang datang, ini Eyang kamu sayang.""Loh kalian kok hanya tersenyum saja kok nggak ngomong, Pah ... Papah mau ke mana kok pergi ....""Kay kan belum meluk Papah jadi lupa, Pah ...Pah jangan tinggalin Kay, Pah ....!" teriak Kaysha seketika.Tiba-tiba Kaysha terbangun dari tidurnya, dilihat jam d
Tiba di ruang perawatan, Fatih terlihat belum sadar juga setelah operasi itu. Namun yang membuat Kaysha bertanya-tanya dalam hati mengapa matanya selalu mengeluarkan air mata, seakan-akan tahu akan kesedihan bundanya.Menunggu dan menunggu, akhirnya tepat jam tujuh pagi perlahan-lahan mata itu terbuka dan memanggil Bundanya."Bun ... Bunda ....""Iya, Sayang, kamu sudah bangun Nak?" "Alhamdulillah ya Allah.""Bentar ya Nak, Bunda panggil Om Dokter dulu ya?" ujarnya sambil menuju ke luar ruangan."Nggak usah Nduk, biar Mbok aja yang panggil dokternya, kamu tunggu di sini saja temani Fatih," sahutnya tanpa persetujuan Kaysha Mbok Darsi bergegas pergi keluar mencari dokter.Tak lama kemudian Dokter beserta suster sudah berada di kamar Fatih, mereka langsung memeriksa kondisi Fatih yang masih lemas tetapi sudah bisa di ajak berkomunikasi oleh Bundanya."Bagaimana keadaan anak saya sekarang, Dok?" tanya Kaysha dengan cemas."Alhamdulillah keadaan Adek Fatih sudah membaik, cuma dia harus
"Wah, lagi tidur anaknya, kasihan sih tapi namanya juga takdir ya mau bagaimana lagi," ucap Bagas dengan santai."Ngapain sih kita di sini, nanti kalau ada apa-apa kita loh yang di salah in, aku nggak mau ya Mas, nanti gara-gara kita anak itu tambah sakit bukannya sembuh lihat kita," sahut Clara bergelayut manja di lengan Bagas."Udah jangan manja, kapan lagi aku bisa main sama anakku sendiri, bentar lagi kan aku mau cerai, dan aku nggak mau mengurus anak cacat ini kamu mau ngurusin, nggak 'kan?" ucap Bagas lagi yang ingin membangunkan Fatih dari tidurnya."Sudah-sudah kalian ini ribut melulu ini rumah sakit, kalau kita ribut malah kita disangka maling, udah ikuti apa kata suamimu," sahut Bu Ratna yang memperhatikan cucunya dari atas sampai bawah."Halo, anak ayah yang tampan, apa kabarmu, Nak?" ucap Bagas dengan tersenyum sinis."Ayo, bangun nggak usah tidur melulu, nggak bosan apa terbaring begini?" jawabnya dengan enteng.Mendengar suara ayahnya tiba-tiba Fatih terbangun dari tidur
Gimana Kay, sudah selesai urusanmu dengan Bagas?" tanya Dewa yang membuat semua orang kaget. semua orang kaget."Sudah Mas.""Aduh gantengnya ini orang, siapanya kamu Kay, kok nggak pernah lihat, orang baru ya Mas, atau pacarnya Kaysha ya?" tanya Nola dengan mata berbinar melihat ketampanan Dewa."Hus ... kamu tuh ya, nggak sadar apa, terus aku ini nggak ganteng apa?" tanya Bang Wawan kepada Nola istrinya."Ya maaf Bang, soalnya dia masih bening putih lagi nah kalau Abang 'kan hitam tapi manis," rayu Nola kepada Bang Wawan."Oh ya sampai lupa, kenalkan Pak, Bu namanya Mas Dewa dia teman Kay di Bandung. "Mas Dewa baru sampai kemarin siang dari Bandung, karena membantu Kay mengurus jenazah Papah yang baru tadi pagi meninggal dunia, Pak," ucap Kaysha yang kembali bersedih mengingat papahnya."Innalilahi wainna lillahi roji'un," jawab mereka dengan serentak."Kok bisa, bukannya kamu sama almarhum sedang tidak akur, berarti almarhum susul kamu sampai ke sini?" tanya Pak RT dengan penasar
Beberapa hari kemudian Fatih tetap murung, dia melakukan terapi hanya seperlunya saja tidak ada gairah hidup dalam dirinya. Untuk itu Kaysha memutuskan pindah ke Bandung. Mereka pun berpamitan dengan warga kampung."Pak, Bu terima kasih semuanya, kalian sudah banyak membantu kami selama tinggal di sini, kalau Kay sama Fatih ada kesalahan yang sengaja maupun tidak, Kay mohon maaf sebesar-besarnya.""Tanpa kalian mungkin kami tidak bisa melawan mereka yang telah menzalimi kami," ucap Kaysha sambil menyalami mereka semua."Iya, sama-sama Nduk, Bapak harap semoga kehidupan kalian lebih baik dari sekarang, sering-seringlah memberi kabar terutama tentang kondisi Fatih," sahut Pak RT mewakili warganya."Iya Kay, kami sayang sama kalian, kalian telah memberi warna kampung kami, kalian menjadi panutan warga kami, entah sengaja maupun tidak, ada pelajaran yang dapat kali ambil hikmahnya, tidak semua yang baik kelihatan baik begitu juga sebaliknya," jawab Bu Lastri."Jangan lupakan kita ya Kay,
Begitu langka peristiwa ini terjadi, bagaimana tidak Fatih yang jarang tersenyum dengan orang lain tanpa disadari dia tersenyum dengan pedagang siomay itu.Entah magnet apa sehingga Fatih bisa tersenyum bebas."Assalamualaikum!" ucap pedagang siomay itu kepada Fatih dengan tersenyum."Walaikumsalam, nama Om siapa, apa yang Om jual, kenapa jualan di sini?" sahut Fatih dengan lancar.Pemuda itu hanya tersenyum, karena masih melayani pembeli lain dengan cekatan.Setelah selesai, pemuda itu duduk berhadapan dengan Fatih."Maaf ya, tadi lagi banyak pembeli jadi nggak bisa jawab pertanyaan Adek.""Maaf ya Mas, anak ini hanya ingin berkenalan dengan Masnya, maaf mengganggu!" ucap Mbok Darsi seketika."Nggak apa-apa kata pepatah tak kenal maka tak sayang," jawabnya membuat Fatih tertawa."Ya Allah Den Fatih senang, akhirnya Nak kamu bisa tertawa begini?" jawab Mbok Darsi sambil mencium pucuk kening Fatih dan menangis."Loh Ibunya kok malah nangis sedangkan anaknya tertawa, kenapa Bu ada yang
“Aku mau ke kamar dulu, istirahatlah besok aku akan mencarikan tempat tinggal untukmu. Benar dengan apa yang dikatakan oleh Ibu, seharusnya aku memandang suamiku!” ucapnya sambil beranjak pergi dari meja makan.“Tunggu Kay! Kamu tidak ingin bicara denganku lagi bahkan untuk terakhir kalinya?” ucapan Bagas mampir menghentikan langkah Kaysha seketika.“Aku sudah berbuat baik untuk keluargamu untuk terakhir kalinya. Dan sekarang kita berada di jalan yang berbeda. Aku sudah mempunyai keluarga yang baru nggak mungkin aku menyambut tangan yang lain apalagi kamu ada mantan suamiku. Benar kata Ibu dan kau harus bicara dengan Mas Khaidir, permisi!” ucap Kaysha tegas dan berlalu meninggalkan Bagas sendirian.“Ya kamu benar Kay, tapi tenang saja setelah hati ini aku akan pergi jauh untuk selama-lamanya,” ucapnya dalam hati sembari menatap punggung wanita cantik itu sampai hilang dari penglihatannya. ***Sampai di pintu kamar Fatih Kaysha memberanikan diri untuk masuk meskipun ada sedikit ketak
Khaidir mengendurkan pelukannya dan menatap lekat wajah Fatih yang sudah dibanjiri air mata. “Tidak Sayang, kamu tidak boleh menangis. Papa hanya bertanya dan sangat khawatir saat tahu kalau kamu sudah dijemput dengan mobil orang lain. Maafkan Papa, sudah telat menjemput kamu di sekolah, maafkan ....” ucapannya dipotong langsung oleh Kaysha dengan wajah memerah “Kamu bohong Mas, kamu bilang Fatih baik-baik saja denganmu, tapi apa ini dia pulang bersama Syeira!” bentak Kaysha yang tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka.Khaidir terkejut dengan kedatangan Kaysha di tambah lagi wanita cantik itu mendorong kursi roda yang ternyata dengan santai pria itu duduk dan tersenyum sinis.“Ba—Bagas? Kamu ada di sini juga dan kenapa kamu?” Khaidir semakin tidak mengerti karena merasa sudah dipermainkan oleh mereka. “Apa Khaidir, kamu pikir aku hilang dari rumah sakit? Nggak Dir, justru aku ingin menyelamatkan kalian tapi tidak ada yang mau percaya denganku!” sungutnya dengan penuh percaya
Khaidir terdiam sejenak tapi langsung disadarkan kembali dengan bunyi klakson dari sepeda motor milik Bapak tua itu. “Kenapa kamu malah bengon, cepat naik!” perintahnya lagi. Khaidir pun langsung naik di belakang. “Kamu pegangan ya, kita ngebut,” ucapnya lagi dengan Khaidir yang masih begitu syok. Meskipun penampilan orang itu lusuh tapi wangi tubuhnya itu masih tercium sehingga Khaidir tak bisa berkata-kata. Mulutnya terasa seperti terkunci. Tenggorokannya seakan tercekat tidak bisa mengeluarkan suara.“Ya Allah, siapa Bapak ini kenapa tubuhnya begitu harum?” tanyanya dalam hati sambil mengamati tubuh pria tua renta itu. “Kamu masih harus mengalami banyak masalah. Setiap manusia selalu diuji tapi kadang manusia menganggap itu masalah. Kamu masih harus melewati rintangan mungkin ada yang harus dikorbankan tapi semua itu jika kamu ikhlas maka kamu mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan. Pada dasarnya semua makhluk hidup terutama manusia akan meninggalkan jasadnya hanya caranya saja
“Saya Dok ...Saya yang bernama Khaidir,” sahutnya cepat. “Baik, Bapak bisa masuk sepertinya dia ingin menyampaikan sesuatu dengan Bapak.”“Bagaimana kondisinya Dok, apa pasien terkuak parah?” tanya Khaidir penasaran.“Kalau dibilang parah iya, karena kecelakaan itu telah membuat kedua kakinya hancur dan harus diamputasi, kami juga harus memeriksa organ dalam kemungkinan juga ada yang terluka, tapi saya salut kesadarannya masih terjaga dan meminta saya untuk mencari orang yang bernama Khaidir. Segera temui dia, Pak,” jelas dokter itu. “Terima kasih Dok,, permisi saya ke dalam dulu.”Khaidir bergegas masuk ke ruang IGD dan sedikit terkejut dengan kondisi Agus yang memang terluka parah. Banyak darah di kereta itu, bahkan masih menetes. “Dengan Mas Agus?” tanya Khaidir pelan mendekati wajah orang itu. Orang itu pun kembali membuka matanya dan menatap sendu wajah Khaidir. “Pak Khaidir?” tanyanya dengan suara pelan.“Iya saya Khaidir, kenapa kamu memanggil saya? Apakah ini berkait
Rupanya Tante Lisa mempunyai rencana baru yang hanya Syeira saja yang tahu. Tante Lisa sengaja berpura-pura gila lantaran sangat capek bekerja sebagai wanita penghibur yang melayani para hidung belang, bahkan cara mereka tak lazim sering memukul hingga memar saat mereka sedang bercinta . Syeira dan Tante Lisa ingin melenyapkan Kaysha dan Fatih agar bisa mengambil harta warisan itu. Dan tentu saja bisa menggantikan posisi Kaysha menjadi istrinya Khaidir. Rencana yang matang sudah mereka susun. Hanya perlu melibatkan Fatih, anak kecil itu. Semua sudah dibongkar oleh Syeira sendiri. Kenikmatan yang diberikan oleh Dewa membuatnya tak berdaya. Satu jam mereka bercinta membuat Syeira kelelahan dan tertidur pulas. Dewa pun bangkit dari tempat tidur dan segera menghubungi seseorang. “Kamu bisa memakainya datanglah kemari dia masih tertidur dengan nyenyak. Aku masih ada urusan dan buat dia menikmati surga dunia sampai kalian puas.”Dewa langsung menutup sambungan teleponnya dan bergegas pe
Setelah sedikit tenang Bu Rina bisa menceritakan apa yang terjadi sebenarnya di dalam sel tahanan. Rupanya ada yang sengaja membuat kegaduhan di dalam sana. Seorang teman satu kamarnya langsung menyerang membabi buta pada saat Bella sedang terlelap tidur. Di saat kejadian naas itu Bu Rina memang tidur di sebelahnya, dan saat mendengarkan teriakan Bella, beliau langsung terbangun dan sudah melihat wanita itu diatas tubuh Bellla dengan memegang sebilah pisau menusuk tanpa arah ke tubuh Bella. Bu Rina segera mencoba menghentikan aksi wanita itu tapi dia pun ikut terkena sayatan benda tajam itu. Wanita paru baya itu segera berteriak meminta bantuan sedangkan teman satu sel lainnya tidak ada yang membantu lantaran takut terkena benda tajam itu. Tubuh Bella sudah tak sadarkan diri dengan bersimbah darah. Wanita itu langsung beranjak dari atas tubuh Bella setelah melihat genangan cairan yang kental dan pekat. Bu Rina pun sampai tidak berani mendekati wanita itu karena takut terkena kembali
“Selamat pagi.” “Selamat pagi dengan Pak Bagas?” “Iya saya sendiri, ada apa ya Pak, ada masalah dengan ibu atau kakak saya di sana?”“Maaf sebelumnya Pak, ada masalah memang di dalam penjara dan mengakibatkan saudara Anda harus di rawat di rumah sakit.”“A—apa maksudnya Mbak Bella?” “Iya Pak, Saudari Bella berkelahi dengan salah satu teman selnya sehingga mengakibatkan dia harus dilarikan ke rumah sakit, karena dia tertusuk benda tajam di perut sebelah kirinya.”“Apa?” “Bagaimana bisa, Pak?”“Lebih baik Anda bisa datang ke rumah sakit Bhayangkara ruang mawar nomor empat belas. Sekarang masih ditangani oleh dokter.”“Baiklah saya langsung ke sana, terima kasih informasinya Pak.”Bagas buru-buru menutup teleponnya tapi dia juga tidak bisa ke rumah sakit tempat di mana Bela di rawat karena dia juga masih tahap pemulihan. “Ah bagaimana ini? Aku tidak bisa ke sana dan apakah aku bisa meminta tolong dengan Kaysha tapi apakah dia mau setelah aku mengatakan semuanya saat itu? Apakah
“Sayang kenapa kamu ada di sini?” tanya Khaidir bingung. Ucapan yang dikatakan Khaidir membuat Kaysha tersentuh. Wanita cantik itu melangkah masuk dan mendekati mereka. Meskipun Kaysha sangat membenci pria yang terbaring di rumah sakit itu tapi dia pun ingin tahu apa yang dia ingin bicarakan dengannya. “Terima kasih Kay, kamu mau datang ke rumah sakit dan ....” mata Bagas bergerilya tapi tidak menemukan sosok itu.“Kamu mencari Fatih?” tanya Kaysha saat melihat Bagas celingak-celinguk.“Di mana Fatih, kenapa kamu tidak ajak sekalian?” Kaysha menatap dingin Bagas. “Apa yang kamu harapkan, Mas, setelah kamu kembali melukainya? Dia masih kecil tapi sudah memikirkan masalah dewasa. Kami kira kamu sudah bertobat karena kamu sudah cacat tapi ternyata kebusukan hatimu masih sama seperti dulu.”“Kay, aku minta maaf, aku memang salah dan tak pantas untuk menerima maaf darimu, tapi untuk kali ini aku janji tidak akan membuat kamu lebih membenciku. Ya aku memang datang menemui Dewa hanya unt
Bagas terengah-engah melangkah. Sesekali dai berhenti untuk memberikan istirahat kaki dan tubuhnya sangat letih. Kakinya yang baru saja diobati kini kembali terasa sakit dan ngilu.Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Rasanya sudah tidak kuat berjalan tapi tidak mungkin dia berlama-lama di sana dan bertemu kembali dengan Dewa. Bagas ingin sekali memberitahukan kepada polisi kalau orang yang mereka cari ada di hotel ini dengan wajah menyamar. Semua bisa dilakukan oleh Dewa, dan berhasil mengelabui pihak hotel yang tidak mencurigai Dewa. “Aahhh! Sialan aku seperti pria lemah karena tidak bisa membalas hinaan dari dia, gara-gara kaki ini. Ya Tuhan kenapa aku mau aja berurusan dengan orang gila ini? Sekarang bukan Kaysha saja yang menjadi sasaran karena dia sangat dendam dengan Khaidir, dan Fatih?” tanyanya dalam hati. Bayangan masa lalu kembali mengitari pikirannya. Bagaimana dia memperlakukan Kaysha dan Fatih seperti orang asing. Dia sudah mendapatkan karmanya dan ingin memperba