"Apa maksudmu? Yuna istrimu? Jangan bercanda, Ric!" Emilia pura-pura terkejut.
Eric meraih tangan Emilia. Memijat-mijat kecil berusaha memberikan sentuhan yang dapat menenangkan kakaknya."Maaf, Kak. Aku sengaja menyembunyikan pernikahanku dengan Yuna karena takut Kakak akan sakit hati. Aku sangat mencintai Yuna dan aku tahu Kakak pernah membencinya."Eric terpaksa mengungkap rahasianya. Ia tidak bisa menahan diri ketika Yuna digosipkan dengan pria lain. Eric lebih memilih dibenci kakaknya daripada mendengar orang membicarakan Yuna dan Ken."Kamu ... serius?"Eric mengangguk mantap. "Maaf," katanya sekali lagi."Kamu ... nggak apa-apa punya istri yang pernah jadi kupu-kupu malam? Dia perempuan bekas yang pernah dipakai banyak orang, Ric. Termasuk mantan kakak iparmu." Emilia berlagak khawatir."Jangan bilang seperti itu lagi, Kak. Kak Emil selama ini salah paham. Yuna nggak pernah tidur dengan pria lain sebelum denganku."Emilia tidak bersandiwara kalSetelah melihat sekeliling rumah Herman, Eric segera tahu jika para bodyguard dan Jumi mengikuti Yuna ke sana. Ia menghela napas lega karena orang-orang suruhannya bergerak sendiri untuk melindungi Yuna tanpa diperintah."Aku merindukanmu, Baby. Sangat ... Kenapa nggak ke Istana Volker saja? Kasihan ayah sama Yuni nanti kerepotan.""Cuma ingin di sini," jawab Yuna dingin, lalu masuk ke dalam kamar.Eric hanya berpikir jika Yuna sedang kelelahan. Ditinggal dirinya sendirian dan harus mengurus Yuria yang sakit. Eric pun memutuskan untuk mengambil cuti beberapa hari untuk menebus ketidakhadiran dirinya selama beberapa hari ini.Melihat Yuria masih tidur pulas, Eric tidak berniat membangunkan. Meskipun rasanya ingin sekali Eric menggendong Yuria sekarang juga."Baby ..." bisik Eric.Eric mulai mendekap Yuna yang sedang melipat baju Yuria dari belakang."Aku lagi sibuk, Mas."Yuna menggoyangkan badan supaya Eric melepaskan dirinya. Eric tidak peduli dan terus mencumbui istrinya. Memberikan
Hari yang dinanti-nanti Ken pun tiba. Sudah lama ia memendam rasa ingin memiliki Yuna. Bukan karena jatuh cinta, melainkan untuk memenuhi kenikmatan dunia.Ken telah membersihkan diri, menyemprotkan wewangian maskulin, dan berganti baju formal yang membuat dirinya seakan habis bekerja keras. Lalu, duduk di singgasana kantor dengan gaya berwibawa.Jika hanya melihat penampilan dari luarnya saja, semua orang akan mengira Ken adalah seorang wakil presdir dari salah satu anak cabang Volker Corp yang kompeten. Tidak akan ada yang mengira jika Ken merupakan penjahat wanita dan kerjaannya hanya bersenang-senang saja.Namun, pria itu masih tetap berambisi duduk di tempat tertinggi. Karena Ken ingin dianggap lebih hebat dari Billy. Dan melihat Eric yang menggantikan Billy alih-alih dirinya memancing rasa iri di hati.Yanus, ayah Ken anak pertama dari Thomas Volker itulah yang seharusnya menggantikan kakeknya. Tetapi, Thomas hanya mempercayai Billy sebagai sang penerus.Yanus juga tidak begitu
Tubuh Yuna terasa panas. Setiap sentuhan Ken membuat jantungnya berpacu cepat. Ia menginginkan sentuhan itu. Tetapi, Yuna tahu pria di depannya bukan sang suami.Dua tangannya refleks mendorong Ken menjauh. Meski ia berusaha setengah mati menahan gairah yang sangat susah untuk diabaikan."Ken ... aku ingin pulang. Badanku aneh.""Apa yang kamu rasakan, Yuna?"Ken kembali menyentuh lengan Yuna. Darah Yuna berdesir. Rasanya ingin mendorong Ken ke kamar tidur dan minta disentuh lebih banyak lagi."Aku mau pulang." Yuna meremas lengan Ken yang terasa berotot."Bagaimana dengan Cassandra?" Ken semakin mendekat, suaranya merendah. "Kalau kamu sakit, istirahat dulu di kamar. Aku akan menunggumu di luar."Yuna menuruti Ken yang membawa dirinya ke kamar utama yang cukup luas. Yuna pikir Ken akan memanfaatkan situasi, tetapi setelah mengantar Yuna, Ken keluar dari kamar. Ia tak benar-benar menutup kamar dan menyisakan sedikit celah.Yuna resah berbaring di atas tempat tidur. Ia berguling ke kan
Eric menahan kemarahan sejak ia tahu Yuna berada di tempat Ken. Namun, rasa itu segera hilang tatkala manik matanya menemukan sosok Cassandra duduk di ruang tamu rumahnya.Jantung Eric seakan berhenti berdetak. Dia tidak pernah menyangka Cassandra akan datang menemuinya. Untuk apa lagi kalau bukan mencari masalah?Rendra yang seharusnya memantau pergerakan Cassandra juga tidak memberi tahu. Tidak, lebih tepatnya, Rendra telah menghubungi Eric sejak tadi, tapi tidak diangkatnya. Pesan pun tidak Eric baca.Eric terlalu abai karena kejadian hari ini sangat membuatnya marah sehingga perhatiannya tersita. Dan juga kondisi Yuna yang membuat Eric melupakan segala urusan dunia. Mana sempat ia membuka ponselnya.Di samping sang suami yang berkutat dengan segala kebingungan dan kemarahan, Yuna mematung dengan badan yang terasa sangat lemas. Yuna merasa seperti kehilangan tempat berpijak. Lantai di bawahnya seakan-akan runtuh hingga dirinya jatuh tersedot ke dalam inti bumi.Sebelumnya, Yuna mas
Tidak peduli seberapa banyak Yuna menyangkal kenyataan, Eric tetap bermain api di belakangnya. Yuna memutuskan untuk kembali ke rumah ayahnya bersama Yuria dan Yuni.Seberapa keras pun Eric membujuk, Yuna masih enggan membuka pintu hati. Sebelum kata-kata Eric semua terbukti.Herman juga sudah tahu masalah yang dihadapi Yuna sekarang. Tiap kali Eric datang untuk sekedar bertemu Yuna atau Yuria, Herman selalu mengusirnya. Namun, tidak dengan Diana.Biarpun Herman marah pada Eric, ia tetap merasa segan kepada dua orang yang masih menjadi besannya. Diana dan Yudha sekarang juga sedang menginap di rumahnya. Sama-sama menghindari Eric."Saya nggak akan membela perbuatan anak saya kalau memang dia terbukti bersalah, Pak. Tapi, Eric juga berhak menemui Yuriana," bujuk Diana.Diana tahu betul betapa sayangnya Eric pada anaknya. Dan bagaimana sedihnya Eric saat Yuria sakit.Sebanyak apa pun kesalahan Eric, ia tetap masih menjadi putra satu-satunya. Setidaknya, Diana dan Yudha tidak akan membuj
"Kak Emil ...." Yuna terpaku di depan pintu. "M-masuk, Kak."Meskipun telah diberi tahu Diana sebelumnya kalau Emilia akan datang, Yuna tetap terkejut melihat sosok Emilia. Rasa bersalah itu kembali muncul sampai Yuna tidak berani memandang Emilia terlalu lama."Bagaimana kabarmu, Yuna?""B-baik. Kakak sendiri?"'Hidupku hancur karena kamu, Yuna,' geram Emilia dalam hati.Emilia tersenyum sekilas. "Seperti yang kamu lihat. Di mana Papa dan Mamaku?""Mereka sedang keluar bersama ayahku. Katanya cuma sebentar."Terjadi keheningan canggung di antara mereka. Yuna meremas celananya untuk meredakan kegugupan. Tangannya sampai dingin dan berkeringat."Kak ... aku mau minta maaf." Akhirnya, meski sangat lirih dan dengan suara bergetar, Yuna berhasil mengatakannya."Aku yang seharusnya minta maaf. Semua terjadi karena lelaki nggak tahu malu itu. Nggak usah dibahas lagi sekarang.""Terima kasih, Kak.""Aku boleh melihat keponakanku?"Yuna lantas mengantar Emilia ke kamar Yuriana. Kebetulan, Yu
"Niatku datang karena mau menemuimu dan mendengarmu, tapi ternyata kamu sedang bermesraan dengan calon istri barumu." Yuna menangis terisak-isak di kursi belakang mobil.Yuna tidak bisa langsung pergi meskipun ingin. Eric lebih cepat menangkapnya sampai Yuna tidak berkutik untuk melarikan diri."Baby ... Sayang ... Istriku ... tolong ... dengarkan penjelasanku dulu," pinta Eric lemah."Mas ... aku sudah lihat sendiri kamu peluk-pelukan dengannya. Mau menjelaskan apa lagi? Aku juga tahu kalian akan menikah kalau setelah seminggu kamu nggak bisa memberi orang tua Cassandra bukti."Eric memeluk Yuna sangat erat. Biarpun Yuna meronta ingin dilepaskan, Eric tetap bergeming.Hanya beberapa hari saja Yuna tidak mengizinkan bertemu, rasa rindu Eric membuncah dalam dada dan tidak tertahankan. Giliran bertemu, ada saja yang membuat hati istrinya terluka.Eric mendaratkan ciuman di bibir Yuna, namun Yuna menggeleng-geleng untuk menghindar. Eric lantas mencengkeram kedua pipi Yuna sampai tidak da
"T-terima kasih," ucap Cassandra terbata-bata.Yuna terhuyung ke belakang. Eric sigap menangkap lengan dan punggung Yuna."Mas ... kamu bohong lagi," lirih Yuna."Duduk dulu, Baby." Eric mendudukkan Yuna di kursi."Kalau dilihat dari ukurannya, usia kandungan Anda sudah enam minggu," tutur dokter Felix seraya menunjuk layar monitor.Rona kemerahan di wajah Cassandra menghilang. Ia pun terlihat sangat terkejut oleh apa yang telah disampaikan dokter Felix.Sementara Yuna menatap Eric penuh tanya. Jika usia kandungan Cassandra enam minggu, tidak mungkin suaminya yang telah menghamili Cassandra. Sebab, Eric pergi ke Kota Jawara belum ada dua minggu lalu.Setelah Yuna melahirkan, Eric pun tidak pernah pergi ke luar kota. Eric pulang pergi ke kantor juga tepat waktu. Terkadang, Eric bekerja di rumah karena ingin ikut andil menjaga Yuriana.'Jadi, Mas Eric nggak pernah berselingkuh ....'Beban berat di dada Yuna melebur dan menghilang. Selama berhari-hari tidak bisa tidur nyenyak, menangis s
"Buat apa kamu ke sini? Mau mengganggu Yuna lagi, hah?" bentak Diana sambil berkacak pinggang menghalangi pintu rumah."Bukan, Ma. Saya bukan mau bertemu Yuna.""Ma? Jangan memanggilku seolah-olah kamu itu anakku!" cerca Diana. Mata Diana melotot tajam kepada Aldo."Maaf, Bu- Nyonya. Saya mau bertemu dengan Pak Herman, sekalian Anda," kata Aldo sopan.Herman yang mendengar suara kencang besannya pun keluar dari dalam kamar. "Ada apa?" Ia memicingkan mata ke arah Aldo."Boleh saya bicara sebentar dengan Anda? Lima menit saja," pinta Aldo.Herman akhirnya mengizinkan Aldo masuk. Meskipun Diana masih menggerutu terus-menerus. Bahkan, ketika Bi Jumi mau menyiapkan minuman, Diana dengan tegas melarangnya.Yudha dan Eric datang setelahnya. Mereka ikut duduk karena ingin tahu apa yang akan Aldo katakan."Bapak mungkin sudah tahu siapa saya," kata Aldo kepada Herman."Ya, saya tahu," jawab Herman datar.Aldo tiba-tiba bersimpuh di depan kaki Herman. Namun, Herman langsung mencegahnya. Aldo te
"Nggak mau," tolak Eric sambil menggeleng-geleng tidak percaya dengan permintaan aneh sepupunya."Kembalilah ke kota, Kak. Kamu bisa kembali menjadi Presiden Direktur Volker Corp. Aku cuma mau Yuriana, nggak ingin kekuasan yang seharusnya jadi hakmu," lanjutnya.Billy mendesah lelah. "Kamu pulang besok. Sekarang sudah hampir malam. Dan Yuriana pergi pakai jalur laut, jangan naik helikopter, suaranya berisik.""Baik, Kak. Berikan dulu Yuriana. Aku ingin menggendongnya."Billy menyerahkan Yuriana setelah bayi itu puas meminum susunya dan Eric selesai mencuci tangan. Eric langsung memeluk erat Yuriana ke dalam pelukan.Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana lega dan bahagia dirinya sekarang. Sampai air mata haru meleleh di pipinya. Eric juga tidak bisa berhenti menciumi seluruh wajah Yuriana.Billy menghela napas, lalu berdecak-decak masuk ke dalam rumah. Entah sudah berapa kali, sejak kedatangan Eric menjemput Yuriana, Billy selalu menghela napas. Suasana hatinya jadi memburuk
"Kita bicarakan masalah ini nanti, setelah Yuriana pulang."Eric tentunya senang oleh permintaan maaf Yuna, tetapi ia masih ingin mengamati perubahan Yuna. Eric tidak ingin lagi ada masalah di kemudian hari dengan persoalan yang sama. Cukup sekali Eric merasakan kesal, marah, dan sedih karena tidak dipercaya dan tidak dihargai istrinya sendiri. Bagaimanapun juga, semua yang ia lakukan demi masa depan keluarganya. "Baiklah. Lalu, berapa lama Mas Eric pergi?""Belum tahu. Aku berangkat dulu, ya. Jangan lemah, Yuna. Kamu sudah menjadi ibu sekarang. Pikirkan Yuriana nanti kalau pulang. Kamu tidak boleh sakit."Hanya mendengar kata-kata perhatian dari Eric saja, Yuna sudah tahu jika Eric telah memaafkan dirinya. Sebelum Eric berbalik, Yuna meraih pundaknya."Ada apa lagi, Yuna?"Yuna mengecup bibir Eric begitu lembut. Sejuta kerinduan yang tertutupi akibat kesedihan dan pikiran negatifnya, akhirnya dapat ia salurkan.Yuna melepaskan ciuman itu, tetapi tangan Eric sudah lebih dulu mendara
"Tuan, sebaiknya kita mengembalikan anak ini kepada orang tuanya." Suara Lima begitu lemah karena seharian kecapekan mengurus Yuriana.Di pulau pribadi Billy Volker, tidak ada satu pun pelayan, hanya ada lusinan bodyguard dan semuanya pria. Lima merasa kesulitan karena tidak terbiasa menggendong bayi.Sejak kemarin, Billy sendiri yang mengasuh Yuriana. Tetapi, hari ini, Billy sedang ingin santai-santai dan tidak ingin diganggu oleh siapa pun."Malas. Kamu saja yang mengembalikan kalau mau.""Bagaimana saya pergi dari pulau ini kalau cuma Tuan yang bisa menerbangkan helikopter," gerutu Lima."Jangan berisik di dekatku kalau nggak mau aku hukum," ancam Billy.Billy berbaring santai sambil menikmati jus buah segar yang dipetik Lima beberapa saat lalu. Matanya terlihat hampir terpejam karena angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah tampannya.Suara Yuriana menangis membuat Billy melompat dari kursi santai. Dadanya naik turun dengan cepat karena sangat terkejut."Lima!! Kamu ini nggak becus se
"Lepaskan aku!" Emilia meronta-ronta ketika dua petugas polisi mencekal lengannya. "Brengsek! Aku akan membunuh kalian semua! Siapa yang berani melaporkan aku?!"Eric terdiam. Keputusan memenjarakan Emilia juga sangat berat baginya. Yudha dan Diana awalnya juga menentang, tetapi tidak ada cara lain untuk menghentikan kegilaan Emilia.Untung saja, penangkapan Emilia terjadi di tempat terpencil. Mereka masih bisa menyembunyikan kasus itu dari media.Setelah Emilia pergi, beberapa petugas kesehatan yang berjaga-jaga sebelumnya masuk dan memeriksa semua orang. Aldo yang paling parah lukanya. Hampir semua jahitan di perut Aldo terlepas. Ia cukup beruntung karena organ dalam yang tadinya terluka masih baik-baik saja.Rombongan Yuna dan Eric bersama-sama menuju ke kantor polisi terdekat untuk menginterogasi Emilia. Selama berjam-jam, Emilia hanya mengamuk dan mengucap sumpah serapah.Akhirnya, Emilia lelah dan mulai mengakui perbuatannya. Selama berjam-jam tadi, Emilia sengaja mengulur wakt
"Jangan bohong! Cepat katakan di mana anakku!" pekik Yuna sambil berurai air mata.Aldo mendekati Emilia. "Sayang, ayolah, kita jemput Yuriana, lalu pulang ke rumah kita. Atau ... kita tinggal di sini saja berdua. Nggak akan ada yang mengganggu kita. Kita bisa punya anak sendiri. Sekarang, kembalikan dulu Yuriana."Iris mata Emilia berpindah ke arah pintu. Dua pria lain menerobos masuk ke dalam rumahnya. Eric dan Rendra akhirnya sampai, setelah berlarian ke tempat itu.Tanpa memedulikan apa yang baru terjadi, Eric langsung menarik kemeja Aldo dan memutar badan Aldo ke arahnya. Ia langsung meninju wajah Aldo sampai Aldo tersungkur jatuh."Brengsek!" umpat Eric."Kenapa kamu memukul Aldo, Mas?!" Yuna menarik lengan Eric yang bersiap memukul Aldo sekali lagi. "Dia membantuku mencari Yuriana, nggak seperti kamu yang nggak peduli sama sekali!""Kamu membelanya?!" bentak Eric. "Aku nggak membelanya. Kamu datang-datang cuma mau cemburu? Yang ada di pikiran kamu itu apa sebenarnya? Kamu ngga
Emilia membawa Yuriana ke praktik dokter terdekat. Dokter mengatakan jika Yuriana harus dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan penunjang."Sakit apa anak saya, Dok?" tanya Emilia panik. Emilia khawatir jika dokter itu akan membawa Yuriana ke rumah sakit. Keberadaan mereka bisa langsung ditemukan oleh keluarganya."Dari gejala yang Ibu sebutkan, putri Ibu kemungkinan mengalami intolerasi laktosa. Jadi, sebaiknya Ibu memeriksakan putri Ibu ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap," kata sang dokter."Apa tidak bisa di sini saja, Dok?""Maaf, Bu. Seperti yang bisa Anda lihat, kami hanya datang sesekali melakukan pemeriksaan umum gratis dan tidak memiliki peralatan memadai untuk pemeriksaan lengkap. Tetapi, kami bisa membantu Ibu untuk merujuk putri Ibu ke rumah sakit."Emilia melihat sekeliling ruangan. Hanya ada dua kamar saja di tempat itu. Satu untuk mendaftar, kamar lain untuk memeriksa. Hanya ada beberapa alat medis minim di sana."Saya ke rumah sakit sendiri saja, Dok. Ter
"Bukankah Mas Eric nggak peduli dengan kami lagi? Urusi saja pekerjaan dan sekretaris Mas Eric itu," ujar Yuna dengan suara lirih.'Yuna! Pulang sekarang! Kamu benar-benar nggak bisa mematuhi aku, hah?!' bentak Eric."Nggak, aku mau mencari Yuriana!" Yuna balas membentak Eric.Yuna mematikan ponsel Hilman supaya Eric tidak dapat menghubungi. Ia juga tidak mau Eric melacak lokasinya saat ini. Ia hanya ingin Eric melihat, dirinya tidak butuh bantuan Eric untuk menemukan Yuriana."Nyonya ... Bagaimana kalau kita kembali dulu? Saya takut ...."Yuna memotong ucapan Hilman, "Kalau kamu nggak mau mengantar aku, biar aku pergi ke sana dengan orang ini."Hilman tidak berani memprotes lagi. Lebih baik ia menurut daripada meninggalkan Yuna sendirian. Pulang-pulang, ia pasti akan kehilangan kepala jika sampai terjadi sesuatu pada Yuna.Aldo yang tadinya juga ingin membujuk Yuna agar mereka memutar mobil untuk kembali, urung mengatakannya. Aldo juga ingin segera menemukan anak Yuna. Jika terjadi ap
"Mas Eric ... malas denganku?" Air mata mulai menetes di wajah cantik Yuna. "Karena itu, Mas Eric cuma sibuk di sini, bukan malah mencari Yuriana ....""Aku juga mencari Yuriana, Yuna! Jangan sembarangan bicara! Pulanglah! Di sini kantor, bukan untuk bicara masalah pribadi," tegas Eric.Yuna menggeleng-geleng pelan. Ia tidak percaya jika Eric tega membentak dan mengusirnya. Prasangka buruk Yuna bertambah ketika melihat kehadiran Dina tadi. Dan sekarang makin menjadi-jadi.Karena Yuna tak kunjung pergi, Eric yang memilih keluar dari ruangan, meninggalkan Yuna seorang diri. Eric harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan supaya bisa menyusul Rendra untuk mencari Yuriana.Eric sepenuhnya mengabaikan Yuna yang terluka oleh kata-katanya. Yuna mengusap air mata, lalu berbalik pergi. Langkah Yuna terhenti ketika melihat sosok Dina. Yuna mendatangi Dina, tetapi Dina cepat-cepat memalingkan muka dan pergi menjauh. "Mbak Dina!!"Namun, Yuna malah memanggil Dina dengan suara lantang. Seperti k