"T-terima kasih," ucap Cassandra terbata-bata.Yuna terhuyung ke belakang. Eric sigap menangkap lengan dan punggung Yuna."Mas ... kamu bohong lagi," lirih Yuna."Duduk dulu, Baby." Eric mendudukkan Yuna di kursi."Kalau dilihat dari ukurannya, usia kandungan Anda sudah enam minggu," tutur dokter Felix seraya menunjuk layar monitor.Rona kemerahan di wajah Cassandra menghilang. Ia pun terlihat sangat terkejut oleh apa yang telah disampaikan dokter Felix.Sementara Yuna menatap Eric penuh tanya. Jika usia kandungan Cassandra enam minggu, tidak mungkin suaminya yang telah menghamili Cassandra. Sebab, Eric pergi ke Kota Jawara belum ada dua minggu lalu.Setelah Yuna melahirkan, Eric pun tidak pernah pergi ke luar kota. Eric pulang pergi ke kantor juga tepat waktu. Terkadang, Eric bekerja di rumah karena ingin ikut andil menjaga Yuriana.'Jadi, Mas Eric nggak pernah berselingkuh ....'Beban berat di dada Yuna melebur dan menghilang. Selama berhari-hari tidak bisa tidur nyenyak, menangis s
"Konglomerat muda penerus Volker Corp tertangkap basah membawa putri penerus WJ Corp yang sempat dijodohkan publik, bersama-sama mendatangi poli kandungan," ucap reporter."Saya mendengar sendiri kalau perempuan itu meminta pertanggungjawaban Eric Volker sambil berteriak-teriak histeris," kata seorang pengunjung rumah sakit yang wajahnya disamarkan.Herman mematikan siaran berita di televisi. Semua berita sore menampilkan menantu dan selingkuhannya bersama Yuna.Banyak spekulasi di media sosial jika Cassandra hanya mengarang cerita karena Eric dan Yuna masih tampak mesra. Ada juga yang mencaci Eric sebagai pria tidak bermoral karena berselingkuh dari istri cantiknya.Saham Volker Corp pun dikabarkan menurun drastis oleh berita itu. Banyak investor baru yang menarik perjanjian kerja sama karena berita skandal pemimpin Volker Corp. Tapi, semua orang juga tahu, Volker Corp akan tetap berdiri kokoh meskipun dunia mencaci mereka. Justru dunia akan segera tunduk setelah tahu apa yang dapat
"Masalah Cassandra sudah selesai, Sayang. Bayar hutangmu sekarang juga, Baby.""Belum selesai, Mas. Beritanya belum hilang di media sosial dan berita nasional.""Besok pagi sudah ada berita baru. Nggak usah lari dari tanggung jawab, Baby. Kalau hari ini kamu nggak bayar hutangmu, hari berikutnya kamu kena denda dua kali lipat!"Mas Eric mau jadi rentenir?""Baru belajar ...."Yuna tertawa lirih dan segera dibungkam oleh bibir Eric. Ciuman hangat itu berubah semakin menuntut.Eric mulai menyelusupkan tangan ke dalam gaun tidur sang istri. Yuna meringis sambil menggeliat geli.Akhirnya, selama beberapa minggu nelangsa seorang diri, Eric bisa mencumbui istrinya lagi. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan malam ini.Diana bersikeras untuk tidur dengan Yuriana. Dan mereka bisa bebas melakukan percintaan yang telah lama tidak mereka lakukan. Walaupun sebenarnya tidak terlalu lama karena hanya beberapa minggu saja.Dua bukit kembar yang selalu dirawat Yuna dengan baik itu menjadi sasaran
"Yang jelas kalau bicara, Mas!""Kalau nggak ... rasanya sakit, Baby," rengek Eric.Eric memeluk Yuna dan menggesekkan pusakanya yang sejak tadi menegang. Yuna hanya geleng-geleng kepala oleh kemesuman suaminya yang kian menjadi-jadi setiap harinya."Aku mau menyusui Yuriana dulu, Mas." Yuna mendorong Eric mundur."Aku juga mau disusui, Baby." Eric mengekor pada Yuna ke mana pun pergi. "Papa Yuriana juga haus ...."Eric dan Yuna sudah kembali ke rumahnya. Diana dan Yudha juga telah berangkat ke kota mereka. Suasana di rumah Eric berubah seperti sedia kala.Skandal Eric dan Cassandra pun telah mereda. Meskipun berita tentang kehamilan Cassandra telah bocor ke publik. Orang tua Cassandra menanggung malu karena tidak ada lelaki yang mau mengakui sang cucu yang masih ada dalam kandungan.Lalu, apa yang terjadi dengan Ken Volker?Jabatan Ken telah digantikan oleh kakaknya. Meskipun Kevin tidak begitu tertarik mengurusi perusahaan, ia terpaksa melakukannya untuk bertanggung jawab atas perbu
"Aku nggak bisa kembali dengan Emilia. Kesalahanku terlalu banyak padanya dan aku juga nggak bisa mencintai Emilia seperti dulu," ucap Aldo sambil menunduk.Eric membuang napas dengan kasar. "Apa kamu pikir aku sedang minta tolong padamu? Jangan salah paham. Kalau kamu nggak mau, aku hanya perlu membuangmu lebih jauh. Dan ... siapa perempuan tadi?" Eric menendang kursi yang diduduki Hilman."Kalau tidak salah namanya Rina, Tuan," jawab Hilman."Na-"Eric hendak membuka mulut untuk mengancam Aldo, tetapi Aldo segera memotongnya. "Tolong jangan libatkan dia. Orang-orang di sini nggak ada hubungannya dengan masalah kita." Aldo kembali bersimpuh di dekat kaki Eric."Baiklah ..." Akhirnya Aldo menyerah. "Tapi, beri tahu aku alasannya. Bukankah dia kakakmu? Kamu tahu aku sebrengsek apa dan apa saja yang sudah aku lakukan terhadap keluargamu, kenapa kamu justru membuatku kembali pada kakakmu?""Masalah keluargaku bukan urusanmu. Kamu juga nggak perlu tahu alasannya. Yang penting, kamu harus
"Aldo ditusuk Nyonya Emilia, Tuan!" seru Rendra."Apa?!"Yuna sampai terlonjak mendengar teriakan Eric. Melihat suaminya gelisah, ia juga ikut resah. Eric memutuskan sambungan telepon dan buru-buru mengambil jaket."Ada masalah apa, Mas? Mas Eric mau ke mana?""Aldo ditusuk Kak Emil, Baby. Aku ke sana dulu. Nanti aku hubungi Mama dalam perjalanan.""Nggak usah, Mas. Banyak bodyguard juga di rumah.""Nggak. Biar Mama menemanimu. Aku pergi dulu, Baby." Eric mengecup kening Yuna dengan tergesa-gesa.Wilayah desa itu terletak jauh dari kota mereka karena niat Eric memang untuk menjauhkan Emilia dari Yuna. Eric bergegas menuju Istana Volker dan meminta anak buahnya untuk menyiapkan helikopter.Eric sangat cemas, bukan karena khawatir dengan kondisi Aldo maupun Emilia. Melainkan karena Emilia yang bertindak gegabah, bisa saja terpicu oleh sesuatu yang menyangkut Yuna. Eric tidak mau jika Emilia kembali melampiaskan kemarahan pada istrinya.Perjalanan dengan helikopter ke desa itu hanya memb
"Tuan, Aldo sudah siuman," ujar salah satu bawahan Eric yang menggantikan Rendra.Mereka lantas kembali ke bangsal Aldo. Seorang dokter dan dua perawat sedang memeriksa kondisi Aldo.Rina menjauh saat Eric dan Yudha masuk ke dalam. Tangan Rina sangat gemetaran, hingga ia lupa menyampaikan pesan dari Aldo."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Eric."Pasien sudah membaik, tapi efek obat bius belum menghilang sepenuhnya.""Baik, terima kasih," kata Yudha.Dokter dan perawat itu pergi meninggalkan kamar. Yudha dan Eric duduk di dua sisi ranjang. Mata Aldo masih terpejam. Ketika Eric menggoyang badannya, Aldo mulai membuka mata."Apa yang terjadi dengan Kak Emilia? Kenapa dia bisa menusukmu? Apakah Kak Emil tahu rencana kita?" Eric memberondong Aldo dengan banyak pertanyaan.Mulut Aldo bergerak mengucapkan sesuatu tanpa suara. Hanya serak dan geraman yang keluar dari mulutnya. Mereka berdua tidak dapat memahami gerakan bibir Aldo.Aldo merasa frustasi karena mereka justru melempar pertanyaan
"Ric, bagaimana keadaan Yuna? Apa dia baik-baik saja?" tanya Aldo dengan suara lemah dan lirih.Aldo sudah bisa bicara dengan normal. Meskipun badannya belum bisa digerakkan dengan leluasa akibat sayatan di perutnya sangat lebar hingga mencapai organ dalam."Jangan mencemaskan istri orang. Katakan saja apa yang terjadi!"Aldo mengernyitkan wajah. Apakah Eric tidak membaca pesannya? Ia lantas melirik ke arah Rina."Rina, kamu ... pesanku nggak kamu sampaikan padanya?""Oh ... ini? Aku lupa memberikannya kemarin. Sudah malam juga, nggak enak mengganggu." Rina menyerahkan secarik kertas pada Eric."Astaga, Rina! Aku percaya padamu karena pesan itu sangat penting." Aldo memekik tertahan.Eric membuka lipatan kertas lusuh itu. Kedua alisnya saling bertaut menandakan kebingungan."Apa maksudmu Yuna dalam bahaya?!" hardik Eric.Aldo meraup udara sebanyak-banyaknya untuk memenuhi paru-paru sebelum mulai bercerita. "Emilia menemukan ponselku yang kamu berikan, Ric."Rahang Eric mengetat, menco
"Buat apa kamu ke sini? Mau mengganggu Yuna lagi, hah?" bentak Diana sambil berkacak pinggang menghalangi pintu rumah."Bukan, Ma. Saya bukan mau bertemu Yuna.""Ma? Jangan memanggilku seolah-olah kamu itu anakku!" cerca Diana. Mata Diana melotot tajam kepada Aldo."Maaf, Bu- Nyonya. Saya mau bertemu dengan Pak Herman, sekalian Anda," kata Aldo sopan.Herman yang mendengar suara kencang besannya pun keluar dari dalam kamar. "Ada apa?" Ia memicingkan mata ke arah Aldo."Boleh saya bicara sebentar dengan Anda? Lima menit saja," pinta Aldo.Herman akhirnya mengizinkan Aldo masuk. Meskipun Diana masih menggerutu terus-menerus. Bahkan, ketika Bi Jumi mau menyiapkan minuman, Diana dengan tegas melarangnya.Yudha dan Eric datang setelahnya. Mereka ikut duduk karena ingin tahu apa yang akan Aldo katakan."Bapak mungkin sudah tahu siapa saya," kata Aldo kepada Herman."Ya, saya tahu," jawab Herman datar.Aldo tiba-tiba bersimpuh di depan kaki Herman. Namun, Herman langsung mencegahnya. Aldo te
"Nggak mau," tolak Eric sambil menggeleng-geleng tidak percaya dengan permintaan aneh sepupunya."Kembalilah ke kota, Kak. Kamu bisa kembali menjadi Presiden Direktur Volker Corp. Aku cuma mau Yuriana, nggak ingin kekuasan yang seharusnya jadi hakmu," lanjutnya.Billy mendesah lelah. "Kamu pulang besok. Sekarang sudah hampir malam. Dan Yuriana pergi pakai jalur laut, jangan naik helikopter, suaranya berisik.""Baik, Kak. Berikan dulu Yuriana. Aku ingin menggendongnya."Billy menyerahkan Yuriana setelah bayi itu puas meminum susunya dan Eric selesai mencuci tangan. Eric langsung memeluk erat Yuriana ke dalam pelukan.Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana lega dan bahagia dirinya sekarang. Sampai air mata haru meleleh di pipinya. Eric juga tidak bisa berhenti menciumi seluruh wajah Yuriana.Billy menghela napas, lalu berdecak-decak masuk ke dalam rumah. Entah sudah berapa kali, sejak kedatangan Eric menjemput Yuriana, Billy selalu menghela napas. Suasana hatinya jadi memburuk
"Kita bicarakan masalah ini nanti, setelah Yuriana pulang."Eric tentunya senang oleh permintaan maaf Yuna, tetapi ia masih ingin mengamati perubahan Yuna. Eric tidak ingin lagi ada masalah di kemudian hari dengan persoalan yang sama. Cukup sekali Eric merasakan kesal, marah, dan sedih karena tidak dipercaya dan tidak dihargai istrinya sendiri. Bagaimanapun juga, semua yang ia lakukan demi masa depan keluarganya. "Baiklah. Lalu, berapa lama Mas Eric pergi?""Belum tahu. Aku berangkat dulu, ya. Jangan lemah, Yuna. Kamu sudah menjadi ibu sekarang. Pikirkan Yuriana nanti kalau pulang. Kamu tidak boleh sakit."Hanya mendengar kata-kata perhatian dari Eric saja, Yuna sudah tahu jika Eric telah memaafkan dirinya. Sebelum Eric berbalik, Yuna meraih pundaknya."Ada apa lagi, Yuna?"Yuna mengecup bibir Eric begitu lembut. Sejuta kerinduan yang tertutupi akibat kesedihan dan pikiran negatifnya, akhirnya dapat ia salurkan.Yuna melepaskan ciuman itu, tetapi tangan Eric sudah lebih dulu mendara
"Tuan, sebaiknya kita mengembalikan anak ini kepada orang tuanya." Suara Lima begitu lemah karena seharian kecapekan mengurus Yuriana.Di pulau pribadi Billy Volker, tidak ada satu pun pelayan, hanya ada lusinan bodyguard dan semuanya pria. Lima merasa kesulitan karena tidak terbiasa menggendong bayi.Sejak kemarin, Billy sendiri yang mengasuh Yuriana. Tetapi, hari ini, Billy sedang ingin santai-santai dan tidak ingin diganggu oleh siapa pun."Malas. Kamu saja yang mengembalikan kalau mau.""Bagaimana saya pergi dari pulau ini kalau cuma Tuan yang bisa menerbangkan helikopter," gerutu Lima."Jangan berisik di dekatku kalau nggak mau aku hukum," ancam Billy.Billy berbaring santai sambil menikmati jus buah segar yang dipetik Lima beberapa saat lalu. Matanya terlihat hampir terpejam karena angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah tampannya.Suara Yuriana menangis membuat Billy melompat dari kursi santai. Dadanya naik turun dengan cepat karena sangat terkejut."Lima!! Kamu ini nggak becus se
"Lepaskan aku!" Emilia meronta-ronta ketika dua petugas polisi mencekal lengannya. "Brengsek! Aku akan membunuh kalian semua! Siapa yang berani melaporkan aku?!"Eric terdiam. Keputusan memenjarakan Emilia juga sangat berat baginya. Yudha dan Diana awalnya juga menentang, tetapi tidak ada cara lain untuk menghentikan kegilaan Emilia.Untung saja, penangkapan Emilia terjadi di tempat terpencil. Mereka masih bisa menyembunyikan kasus itu dari media.Setelah Emilia pergi, beberapa petugas kesehatan yang berjaga-jaga sebelumnya masuk dan memeriksa semua orang. Aldo yang paling parah lukanya. Hampir semua jahitan di perut Aldo terlepas. Ia cukup beruntung karena organ dalam yang tadinya terluka masih baik-baik saja.Rombongan Yuna dan Eric bersama-sama menuju ke kantor polisi terdekat untuk menginterogasi Emilia. Selama berjam-jam, Emilia hanya mengamuk dan mengucap sumpah serapah.Akhirnya, Emilia lelah dan mulai mengakui perbuatannya. Selama berjam-jam tadi, Emilia sengaja mengulur wakt
"Jangan bohong! Cepat katakan di mana anakku!" pekik Yuna sambil berurai air mata.Aldo mendekati Emilia. "Sayang, ayolah, kita jemput Yuriana, lalu pulang ke rumah kita. Atau ... kita tinggal di sini saja berdua. Nggak akan ada yang mengganggu kita. Kita bisa punya anak sendiri. Sekarang, kembalikan dulu Yuriana."Iris mata Emilia berpindah ke arah pintu. Dua pria lain menerobos masuk ke dalam rumahnya. Eric dan Rendra akhirnya sampai, setelah berlarian ke tempat itu.Tanpa memedulikan apa yang baru terjadi, Eric langsung menarik kemeja Aldo dan memutar badan Aldo ke arahnya. Ia langsung meninju wajah Aldo sampai Aldo tersungkur jatuh."Brengsek!" umpat Eric."Kenapa kamu memukul Aldo, Mas?!" Yuna menarik lengan Eric yang bersiap memukul Aldo sekali lagi. "Dia membantuku mencari Yuriana, nggak seperti kamu yang nggak peduli sama sekali!""Kamu membelanya?!" bentak Eric. "Aku nggak membelanya. Kamu datang-datang cuma mau cemburu? Yang ada di pikiran kamu itu apa sebenarnya? Kamu ngga
Emilia membawa Yuriana ke praktik dokter terdekat. Dokter mengatakan jika Yuriana harus dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan penunjang."Sakit apa anak saya, Dok?" tanya Emilia panik. Emilia khawatir jika dokter itu akan membawa Yuriana ke rumah sakit. Keberadaan mereka bisa langsung ditemukan oleh keluarganya."Dari gejala yang Ibu sebutkan, putri Ibu kemungkinan mengalami intolerasi laktosa. Jadi, sebaiknya Ibu memeriksakan putri Ibu ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap," kata sang dokter."Apa tidak bisa di sini saja, Dok?""Maaf, Bu. Seperti yang bisa Anda lihat, kami hanya datang sesekali melakukan pemeriksaan umum gratis dan tidak memiliki peralatan memadai untuk pemeriksaan lengkap. Tetapi, kami bisa membantu Ibu untuk merujuk putri Ibu ke rumah sakit."Emilia melihat sekeliling ruangan. Hanya ada dua kamar saja di tempat itu. Satu untuk mendaftar, kamar lain untuk memeriksa. Hanya ada beberapa alat medis minim di sana."Saya ke rumah sakit sendiri saja, Dok. Ter
"Bukankah Mas Eric nggak peduli dengan kami lagi? Urusi saja pekerjaan dan sekretaris Mas Eric itu," ujar Yuna dengan suara lirih.'Yuna! Pulang sekarang! Kamu benar-benar nggak bisa mematuhi aku, hah?!' bentak Eric."Nggak, aku mau mencari Yuriana!" Yuna balas membentak Eric.Yuna mematikan ponsel Hilman supaya Eric tidak dapat menghubungi. Ia juga tidak mau Eric melacak lokasinya saat ini. Ia hanya ingin Eric melihat, dirinya tidak butuh bantuan Eric untuk menemukan Yuriana."Nyonya ... Bagaimana kalau kita kembali dulu? Saya takut ...."Yuna memotong ucapan Hilman, "Kalau kamu nggak mau mengantar aku, biar aku pergi ke sana dengan orang ini."Hilman tidak berani memprotes lagi. Lebih baik ia menurut daripada meninggalkan Yuna sendirian. Pulang-pulang, ia pasti akan kehilangan kepala jika sampai terjadi sesuatu pada Yuna.Aldo yang tadinya juga ingin membujuk Yuna agar mereka memutar mobil untuk kembali, urung mengatakannya. Aldo juga ingin segera menemukan anak Yuna. Jika terjadi ap
"Mas Eric ... malas denganku?" Air mata mulai menetes di wajah cantik Yuna. "Karena itu, Mas Eric cuma sibuk di sini, bukan malah mencari Yuriana ....""Aku juga mencari Yuriana, Yuna! Jangan sembarangan bicara! Pulanglah! Di sini kantor, bukan untuk bicara masalah pribadi," tegas Eric.Yuna menggeleng-geleng pelan. Ia tidak percaya jika Eric tega membentak dan mengusirnya. Prasangka buruk Yuna bertambah ketika melihat kehadiran Dina tadi. Dan sekarang makin menjadi-jadi.Karena Yuna tak kunjung pergi, Eric yang memilih keluar dari ruangan, meninggalkan Yuna seorang diri. Eric harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan supaya bisa menyusul Rendra untuk mencari Yuriana.Eric sepenuhnya mengabaikan Yuna yang terluka oleh kata-katanya. Yuna mengusap air mata, lalu berbalik pergi. Langkah Yuna terhenti ketika melihat sosok Dina. Yuna mendatangi Dina, tetapi Dina cepat-cepat memalingkan muka dan pergi menjauh. "Mbak Dina!!"Namun, Yuna malah memanggil Dina dengan suara lantang. Seperti k