Aku mulai mencari di setiap ruangan, siapa tau ada tempat yang tak aku ketahui. Atau, sesuatu yang bisa menunjukan tempat tersembunyi itu.
Namun, setiap ruangan sudah aku telusuri, tak ada sesuatu yang mencurigakan. Sekarang aku berada di tumpukan sepatu lama mas Darma. Perasaan sepatu lama ini sudah aku buang, kenapa masih di simpan lagi?"Cih, barang busuk begini masih di simpan juga. Berapa kali aku buang di ambil lagi, seperti barang berharga saja tak boleh dibuang." Aku berucap pelan, tapi kemudian aku terdiam, sembari menatap sepasang sepatu butut milik mas Darma."Mari kita lihat, apa yang membuat sepatu butut ini begitu berharga?"
Aku membuka kotak dan melihat dengan teliti sepatu butut itu. Tak ada yang aneh bahkan baunya sangat menyengat."Bau kaki busuk.""Tring ...."Aku terkejut saat melempar sepatu itu, karena dari dalamnya keluar sebuah kunci. Aku amati tapi tak pernah melihat kunci ini."Saatnya mencari bukti lain. Aku yakin kunci ini pasti berharga karena disimpan dengan rapi," ucapku lagi dalam hati. Aku jadi semangat kalau begini, pasti ada harta Karun yang di sembunyikan mas Darma.Semua ruangan sudah aku periksa. Hanya tinggal satu ruangan yang belum: kamar belakang. Entah kenapa aku ingin memeriksa ruangan itu juga.Ruangan ini sebenarnya untuk pembantu, tapi karena tak punya pembantu, jadi ruangan ini kosong. Biasanya digunakan mas Darma, kalau dia memelihara ikan dalam aquarium. Itu pun sudah sangat lama dia tak menekuni hobinya itu."Hanya ada tempat tidur dan lemari jati. Pasti berat kalau digeser, mana ada yang kuat mengeser sendirian?""Srek ...."Suara berderit mengejutkanku yang sedang bersandar di lemari. Benda ini bergeser dengan mudah. Sangat berbeda dari dugaanku. Saat aku periksa, ternyata di bawahnya ada roda tersembunyi. "Gocha ... aku temukan juga tempat kau sembunyikan harta karunmu, mas. Saatnya memeriksa apa yang kau sembunyikan."Aku tersenyum senang, lalu mengeser lemari untuk melihat ada apa di baliknya. Ternyata, sebuah brankas! Entah sejak kapan mas Darma meletakkan benda ini di sini."Mari kita buka, apakah kunci ini cocok?"Aku berkata pelan sembari memasukkan anak kunci itu. Dengan menyebut bismillah, aku putar dan benda itu terbuka.Tak banyak benda disimpan di sana. Hanya kwitansi tanda pembayaran cicilan rumah dan mobil, lalu sebuah amplop coklat dan ... ponsel. Aku segera meraih ponsel itu, dan terlihat baterainya terisi full. Kemudian, tatapanku beralih ke amplop coklat. Perlahan, aku mengeluarkan isi amplop itu. Aku pun terkejut melihatnya."Buku tabungan dan kartu ATM. Jadi, benar mas Darma punya tabungan! Kenapa tak dia keluarkan saat butuh uang mendesak? Ibunya juga sama sekali tak minta, meski tau mas Darma punya tabungan! Astaga. Tega sekali mereka."Aku bicara sendiri seperti orang gila, tapi perbuatan mas Darma memang keterlaluan.Saatnya aku memeriksa ponselnya. Wah, keberuntungan sekali! Ponsel mas Darma tak terkunci. Oleh sebab itu, langsung saja aku menunju aplikasi M-banking. Aku harus mencari tahu PINnya di suatu tempat yang biasa dia gunakan saat menyimpan catatan penting: aplikasi "memo". Dan ternyata ...
"Masih tak berubah juga kau mas," ucapku geli.Pin masuk beres. Saatnya, aku cek saldo. Aku merinding! Hasilnya bikin kaget setengah mati. Aku benar-benar tak menyangka sama sekali. Ya, Allah ... betapa bodohnya aku selama ini."Mas Darma punya tabungan 100 juta. Kalau dia punya uang sebanyak ini, kenapa aku yang di peras habis-habisan?" gumamku dengan geram, sepertinya sudah waktunya mengambil apa yang menjadi hak ku.
Saatnya aku beraksi. Memangnya, enak dikadalin?
YUK TERUS BACA DAN BERI ULASAN 🌟 5 NYA BIAR MAKIN SEMANGAT. JANGAN LUPA VOTED JUGA SEBAGAI DUKUNGAN UNTUK CERITA INI.Dengan segera, aku mentransfer tabungan Mas Darma ke rekening usahaku. Untuk berjaga-jaga, jika nanti mas Darma menuntut. Untunglah semua pengeluaran yang diminta keluarganya selama ini, telah aku simpan buktinya sebagai hutang, seperti permintaan mereka. Awalnya, tak berniat menagih, tapi ini sudah keterlaluan.Lumayan untuk hari pertama, besok aku akan mengambil lagi. Semua harus menjadi milikku sebagai pembayaran hutang. Setelah selesai, aku segera menghapus transaksi, kemudian menyimpan semuanya seperti semula."Tring ...tring ...."Terdengar suara dari ponselku. Ternyata, dari bapak. Dia menanyakan uang yang baru masuk ke rekening atas namanya."Iya pak itu pembayaran hutang keluarga mas Darma. Aku baru transfer dari tabungan yang dia sembunyikan dariku. Untuk jelasnya nanti aku ceritakan di toko."Aku segera bersiap untuk bertemu bapak dan ibu, juga harus memeriksa toko seperti permintaan bapak dan ibu, walau dua atau tiga bulan sekali aku baru bisa memeriksa, tapi bapak dan ibu
Setelah dari toko, aku segera mencari rumah makan. Lebih baik mencari makanan untuk nanti di rumah, tak banyak hanya untuk perut sendiri."Kalau wanita tak bisa lagi di atur, kau bisa cari cadangan Dar. Kau tampan, mapan, sudah punya mobil dan rumah. Wanita seperti apa saja pasti mau, walau jadi yang kedua."Tak sengaja aku mendengar ucapan seorang pria. Sepertinya dia sedang memberi nasehat pada sahabatnya, rasanya aneh saja di dengar, pria macam apa yang curhat soal istrinya pada pria lain."Aku tak bisa berbuat seperti itu juga Tom. Kau harus tau Maya itu terlalu sempurna sebagai istri, walau akhir-akhir ini agak menjengkelkan."Deg ...Suara itu kenapa seperti mas Darma. Aku memang duduk di sudut, karena rumah makan ini sedang ramai, lagian terhalang tembok tapi suara itu memang suara mas Darma. Ngapain dia di sini, sedangkan kantornya lumayan jauh dari daerah ini."Kalau dia begitu sempurna, kenapa kau terlihat tak bahagia hidup bersamanya, Darma?"Fik ...dia memang mas Darma. Ja
"Apa yang kau lakukan pada ibu May? Kenapa kau buat dia menangis? Kalau marah padaku, jangan lampiaskan pada ibu, dia tak tau apa-apa."Baru pulang kerumah langsung marah. Apa memang begini sifat laki-laki, maunya menang sendiri."Seharusnya kau tanya pada ibumu, Mas. Kenapa dia menangis? Jadi kau tak perlu marah-marah lalu bertanya. Perasaan aku tak melakukan apapun, tapi pandai sekali ibu membuatmu percaya."Aku memilih kembali fokus pada ponselku. Daripada melawan mas Darma, yang semakin tak terkendali."Lagian, buat apa ibu datang kalau kau tak di rumah? Kau harus tau, aku tak akan pergi. Sebelum semua uang ku kembali."Aku menatap tajam mas Darma, dia terlihat salah tingkah. Dia pikir aku akan lupa berapa hutang keluarganya, kalau uangnya tak masalah tapi itu uangku."Sial, kenapa aku sebodoh itu?"Aku memukuli kepala, membuat mas Darma langsung memegang tanganku. Dia pikir aku benar-benar pusing memikirkan hutang keluarganya."Tak perlu pegang-pegang. Pergi sana lebih baik mandi
Aku mengacak rambut ku hingga ikatannya terlepas. Mas Darma masih meminta bantuan, meski aku bilang tak ada uang. Memang keterlaluan sekali dia."Kau sebenarnya mengerti atau tidak sih mas? Bagaimana aku membantu, jika uang saja tak punya."Aku sampai menangis, karena menjelaskan itu-itu saja secara berulang. Sedangkan mas Darma seperti tak perduli."Terserah kau saja mas, sebelum aku gila, sebaiknya aku pulang dulu ke rumah bapak."Aku mengancamnya, karena mengira dia akan mencegah dan berusaha berubah, demi rumah tangga kami. Ternyata aku salah karena dia terlihat santai."Bagus kalau begitu, aku rasa itu ide cemerlang May. Kau minta makan bapak sedang aku minta makan ke ibu. Kalau sudah stabil kau bisa kembali nanti aku jemput."Astaghfirullah. Aku beristifar tak menyangka, ada pemikiran seperti itu keluar dari kepala mas Darma. Aku menatap tak percaya, ada pemikiran seperti itu keluar dari kepalanya."Baiklah kalau itu yang kau mau. Mulailah minta makan pada ibu, besok aku pulang
Aku yakin pasti mas Darma punya rencana. Aku tak mau lagi di bodohi, lebih baik besok aku membawa mobil toko, untuk mengawasi rumah ini."Maaf mas, aku tak bisa lagi diam. Setelah tau apa yang kau sembunyikan, aku bisa memutuskan harus berbuat apa?"****Bagus, beres dengan sempurna. Menghapus semua transaksi di ponsel rahasia mas Darma, sekarang aku bisa pergi ke rumah ibu, untuk menitipkan rumah."Pasangan yang aneh, sebagai istri seharusnya kau membantu suamimu, May. Bukan pulang ke rumah bapak mu, meninggalkan Darma yang sedang dalam kesulitan."Aku menatap ibu mas Darma. Sepertinya dia sengaja bicara dengan keras, karena di depan banyak ibu-ibu sedang nongkrong."Ibu pasti tau kan, mas Darma tak akan kesulitan seperti ini, jika aku membantu seperti biasanya. Mau bagaimana lagi, jangankan membantu suamiku untuk makan saja aku kesulitan. Ibu tau alasannya, karena ibu dan kedua anak ibu, tak juga mengembalikan uang yang aku pinjamkan pada kalian."Aku bersuara cukup keras sama sepe
"Mbak wanita tua itu pergi. Kalau dia pergi, mau apa kedua orang itu di rumah berduaan?"Aku melotot tapi benar juga, kalau ibu pergi mau apa mereka berdua."Ikuti aku, segera aktifkan fitur Vidio di ponselmu. Aku mau aku dapatkan rekaman paling bagus."Kalau tepat dugaanku mas Darma mungkin tengah bermain api. Aku akan memberinya pelajaran, jika dia melakukan itu di rumah kami.Aku masuk lewat pintu belakang yang sengaja tak aku kunci. Pria itu mengikuti dari belakang, kami terus masuk hingga sampai kamar. Benar saja mereka ternyata berada di kamar. Brak ....Aku menendang pintu, setelah menahan diri mendengar desahan mesum itu. Benar saja kami melihat mas Darma, tengah memacu di atas tubuh wanita yang dia bawa."Setan kau mas, berani berzinah di rumah ini!"Aku berteriak histris lalu menghajar mas Darma dan selingkuhannya. Menyeret wanita telanjang itu hingga keluar rumah, tak butuh waktu lama tetangga berdatangan. Mas Darma mencoba menolong kekasihnya. Ternyata dia sempat memakai
"Sesuai permintaan mu, mulai sekarang Karin akan tinggal di sini, karena ini rumah ku. Kau tak ada hak untuk protes."Aku tersenyum menatap mas Darma dan wanita yang baru saja dia nikahi, karena paksaan ku dan warga setelah dia tertangkap berbuat mesum. Wanita itu tanpa malu memeluk lengan pria yang masih menjadi suamiku."Satu lagi, tolong keluarkan semua barang-barang mu dari kamar utama. Aku dan mas Darma yang pantas menempatinya, sedangkan kau bisa pindah di kamar belakang, tempat pembantu."Aku terkejut mendengar ucapan wanita itu lalu beralih pada mas Darma yang terlihat resah."Jangan begitu Dek, biarkan dia di kamar tamu. Aku tak mau tetangga memandang jelek padamu."Mas Darma menyentuh dagu istri mudanya. Aku hanya tersenyum sinis, dia pikir aku akan cemburu ...tidak akan pernah."Kau memang pria baik Mas. Meski punya istri tak tau diri, tetap saja kau melindunginya."Aku semakin melebarkan senyuman, karena kata-kata manis istri kedua mas Darma. Dia belum tau sifat asli mas D
"Jangan meminta padaku, karena itu tak akan pernah terjadi. Dia istri baru mu jadi dia yang bertugas merawat rumah dan dirimu bukan aku, kecuali dia mau keluar dan meninggalkan rumah ini. Jadi kau bisa cari istri baru yang bisa melayani suaminya."Aku segera bicara panjang, sebelum mas Darma bicara menuruti permintaan istri mudanya. Pria itu hanya terdiam karena aku tak menuruti permintaan pelakor."Kau hanya menumpang di sini, jadi tugasmu untuk membayar tempat tinggal gratis ini. Jangan lupa ini rumah suamiku sedangkan kau hanya mantan istri."Aku geram mendengar wanita ini bicara. Dia sama seperti mas Darma, tak tau malu."Hai, mau kau bawa kemana dia?"Mas Darma berteriak, karena aku menarik tangan istri mudanya menuju keluar. Setelah itu melemparnya hingga tersungkur di tanah."Dengar pelacur, kau hanya istri yang di nikahi siri karena ketangkap berzinah. Jangan mencoba melawan aku yang masih istri sah suamimu, ingat sampai masa Iddah berakhir, saat itulah kau bisa berhak penuh s