Jangan lupa dukung terus dengan memberikan ulasan bintang lima dan GEMS sebanyak-banyaknya. Terima kasih pada kalian semuanya.
"Apa! Ibu saya lumpuh karena stroke Dok? Tidak mungkin, ini tidak mungkin terjadi."Darma tak percaya pada ucapan Dokter, sedangkan Karin tersenyum senang, walau dia sembunyikan dari Darma. Dia tak mau pria itu tau kalau semua ini rencananya."Kau ...kau pasti senang kan? Karena ibuku lumpuh, pasti semua ini rencanamu."Karin menatap tajam pada Darma, dia harus pura-pura agar pria ini tak semakin curiga."Kau memang bodoh Mas, buat apa aku rencanakan semua ini. Lebih baik ibumu mati, jadi aku tak perlu susah payah mencari pertolongan untuk menyelamatkan ibumu."Karin terlihat marah besar hingga membuat Darma merasa bersalah. Namun itu hanya sebentar karena ibunya terlihat bangun dan berusaha memanggilnya."Kau lihat mata ibumu, dia pasti ingin berterimakasih padaku, yang telah menyelamatkan dirinya. Kau saja yang buta hingga terus menyalahkan aku."Darma menghampiri ibunya yang berusaha untuk bicara. Sayang suaranya tak terdengar jelas, mata wanita itu sampai berlinang air mata, karena
"Kau sangat luar biasa Sayang, aku selalu puas menikmati tubuhmu. Sekarang aku pergi dulu, aku akan kirim uang kau pergi belanja. Minggu depan kita menikah agar aku bisa, menikmati tubuh ini setiap hari."Darma mengigit kecil puting payudara Laila. Wanita itu menjerit kecil merasakan nikmatnya."Aku tak mengantar ya Mas, aku aku langsung mandi."Darma segera memakai baju yang berserak di lantai. Kemudian dia mencium bibir Laila sebelum pergi, Laila segera menuju ke kamar mandi, begitu mendengar mobil Darma keluar dari halaman rumahnya.Untunglah kawasan tempat dia tinggal termasuk bebas. Tetangga tak ada yang kepo karena sibuk kerja, Laila menikmati mandinya tanpa menyadari, seorang pria sudah masuk ke kamarnya dan membuka semua pakaian menunggu dia keluar."Segarnya."Laila keluar dari kamar mandi dengan santai. Dia bahkan tak menyadari seorang pria tengah melihat tubuhnya, yang hanya terbalut handuk. Dia terpekik saat merasakan bekapan di mulutnya.Dia berusaha meronta, namun sayang
"Kau sudah gila Bang? Demi nafsumu kau korbankan aku."Karin mengamuk saat mendengar penjelasan Darto. Soal kenapa dia biarkan Laila menikah dengan Darma. Menurutnya sama saja siapa yang menjadi istri pria bodoh itu. Kan sama-sama ingin memiliki harta Darma."Tapi aku adik kandungmu Bang, sedangkan wanita itu orang lain. Buat apa kau mendukungnya, apa tubuhnya begitu mengairahkan? Sehingga kau menghianati aku."Darto tersenyum saat mendengar pertanyaan Karin. Kenyataanya memang begitu, dia tergila-gila pada manisnya tubuh Laila. Wanita itu bisa memuaskan dirinya berkali-kali."Kau ...."Karin melotot saat melihat senyum Darto. Dia tak menyangka pria yang dia sayangi dan andalkan, telah menikmati tubuh wanita lain."Apa wanita itu sehebat aku Bang? Sampai kau lebih memilihnya?"Karin membuka bajunya dan berdiri di hadapan Darto. Selama ini tak ada yang tau kalau mereka miliki hubungan tak lazim."Mari kita lihat siapa yang hebat dalam melayanimu? Aku atau wanita jalang itu."Karin mulai
"Bagus, kalau begitu kan kita sama-sama senang."Karin segera berpindah ke samping Darma. Tangannya mulai menyentuh tubuh pria yang akan menikahinya secara sah."Aku merindukanmu Mas."Karin memegang wajah Darma dan mencium bibirnya. Karena pergi dari rumah dalam keadaan berhasrat pada Laila. Tentu saja sentuhan Karin langsung membakar dirinya.Dengan cepat dia membalas Karin, dia melumat bibir wanita itu hingga susah bernapas. Permainan semakin panas, saat tangan Darma menyusup di balik baju Karin. Tak butuh waktu lama, Darma sudah memainkan pinggulnya di bagian intim Karin.Rintihan Karin membuat nafsu Darma meningkat naik. Jika di rumahnya Laila tengah berpacu di tubuh Darto, di tempat Lain Darma justru memacu birahinya di tubuh Karin. Keduanya melampiaskan nafsunya di tempat yang salah.Darma terus menusukkan senjatanya seolah tak mengenal lelah. Karin tersenyum karena dia merasa tak sia-sia mengunjungi gurunya, melihat betapa gagahnya Darma menghujamkan senjatanya, membuatnya teru
Sah ....Suara itu menggema setelah Fandy selesai mengucapkan ijab Qabul. Kedua orangtua memilih mempercepat pernikahan mereka, setelah tau keduanya lepas dari maut, saat seseorang merusak rem mobil Fandy.Sampai saat ini polisi masih menyelidiki pelakunya. Namun minimnya bukti dan saksi menyulitkan kerja polisi."Akhirnya kau jadi istriku May. Siapa sangka kalau kau akan menikahi anak, yang selalu kau ganggu waktu kecil."Maya mengangkat kepalanya. Dia tak mengerti dengan ucapan Fandy, pria itu tersenyum setelah selesai mencium keningnya."Tunggu dulu, siapa kau sebenarnya?"Fandy tersenyum dan mengelap hidungnya, dengan bagian belakang tangannya. Maya melotot karena dia seperti Dejavu."Kau ...?"Maya tak melanjutkan ucapannya, karena dia masih belum ingat siapa Fandy. Namun tadi sekilas bibirnya ingin menyebut sebuah nama."Parah juga ingatanmu, ternyata aku duluan yang mengingatmu. Mulai sekarang kau tak akan lagi bisa lepas dariku."Fandy tersenyum licik membuat Maya mengerutkan k
"Bagaimana Mas? Ada kabar apa dari pengacara soal gugatan harta gono-gini itu? Ini sudah sebulan lebih Lo."Laila menatap Darma yang wajahnya terlihat lelah. Aneh saja, punya istri dua tapi pria itu seperti tak punya semangat hidup."Tunggu saja Dek, Mas juga sedang menunggu hasil dari gugatan itu."Darma menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Malas rasanya membicarakan soal gugatan itu, karena sudah dua Minggu ini dia kehilangan pengacaranya, yang ternyata kabur membawa uangnya."Apa kau tak merasa aneh Mas? Kau yang mengugat, tapi tak di minta hadir untuk persidangan. Perasaan ada yang aneh, jangan-jangan kau ditipu pengacaramu Mas."Kali ini Laila dan Karin menatap tajam ke arah Darma. Membuat pria itu jadi gugup, namun dia bisa mengendalikan dirinya."Siapa yang bilang? Pengacaraku sudah bilang kalau sidang belum di mulai, tapi sedang dalam penyelidikan. Karena banyak harta Maya yang dia sembunyikan, sudahlah tak usah ikut campur lagi, kalian terima beres saja."Darma berdiri dan meng
"Maya."Maya terkejut mendengar namanya di panggil seorang pria. Dia menarik napas kesal saat melihat Darma, dia mengerutkan keningnya, melihat penampilan Darma sekarang."Apa yang terjadi Mas? Jangan bilang kau sudah jatuh miskin setelah aku pergi. Lihat penampilanmu yang menyedihkan ini, tak sesuai dengan ucapanmu saat mengusirku dulu.""Sayang!"Darma belum sempat bicara dengan Maya, tapi Fandy sudah keburu datang. Pria itu mencium bibir istrinya, membuat Darma memalingkan wajahnya."Dia?"Fandy menunjuk pada Darma, dia tau siapa pria di depannya. Jadi dia segera memeluk pinggang istrinya."Maaf bung, sekarang dia milikku jadi menjauhlah, kalau tidak kau akan berada dalam masalah besar."Fandy melotot pada Darma, dia tak suka pria itu berada di dekat Maya. Selain cemburu dia juga takut, sesuatu terjadi pada istrinya."Kau tak perlu cemburu Bung, asal tau saja di rumah ada dua istri yang siap melayani aku kapan saja. Istrimu tak sebanding dengan mereka, aku hanya ingin memperingatkan
[Tunggu aman sayang, kau urus suamimu. Setelah itu aku akan datang memuaskan mu.]Laila menarik napas, dia harus mencari cara untuk mengatasi Darma. Keinginan bersetubuh dengan Darto membuatnya gila."Pakai ini saja, aku sudah tak tau mau pakai cara apa lagi."Laila mengambil bungkusan kecil dari bawah tempat tidur. Dia tersenyum, kemudian menyembunyikan benda itu di saku bajunya. Dia keluar untuk melihat dimana Darma berada, saat lewat kamar Karin dia mendengar desahan wanita itu."Dasar kurangajar, dengan Darma saja dia seperti itu. Buat apa berebut Darto denganku."Laila berkata pelan sembari kembali menuju ke kamarnya. Untuk lebih aman dia menunggu Darma datang menemuinya. Dia mengambil air dalam gelas, lalu menuangkan serbuk putih itu ke dalam gelas."Maaf Mas, aku butuh pelampiasan dan itu aku dapatkan dari Darto. Kau hanya membuatku geli, setiap berhubungan intim denganmu."Laila berucap pelan lalu kembali membaringkan tubuhnya. Dia tersenyum melihat Darma masuk dan meneguk air