Share

Bab 22 Mantan Gagal Move On

Author: Reg Eryn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Gagal Move on

"Rani, tunggu!" Aku menghentikan laju sepeda motor saat suara seseorang memintaku berhenti. Dan ternyata, Bang Jali.

"Ada apa?" tanyaku jutek.

Nggak biasanya dia berhentiin aku di jalan. Mana sepi lagi. Ini kali pertama dia ngajak aku ngobrol setelah kami putus. Biasanya juga, kalau ketemu wajahnya selalu kayak debcollektor nagih hutang. Nggak ada ramahnya.

"Ada yang mau abang omongin," jawabnya memegangi stang motorku.

Hari ini, aku pulang kerja sendirian. Sinta bawa motor sendiri. Jadi, dia udah pulang lebih dulu tanpa menungguku.

"Tinggal ngomong, nggak usah pegang-pegang!" Aku memukul tangannya yang sempat nangkring di stang.

Kalau sampai ada orang yang melihat dia megang stang motorku, bisa-biaa mereka salah sangka. Terus aku dilabrak Ibunya sama calon mertuanya. Kan nggak banget!

Apa kata tetangga? Bakal jadi kasus terviral kedua setelah mahar lima Milyar nanti. Diomongin tetangga dimana-mana. Bukannya peduli dengan omongan orang. Tapi, berisik aja gitu dengernya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 23 Salah Sebut Nama

    "Ya, Allah. Kamu kenapa, Nduk? Kok jalannya pincang begitu?" tanya Ibu khawatir. Ia langsung berjalan cepat mendekatiku."Ini tadi, nggak sengaja nendang besi, Bu," jawabku berbohong. Nggak mungkin aku bilang kalau semua ini ulah Bang Jali yang udah mulai menggila. Bisa panjang nanti pertanyaan dari ibu. "Lah kok bisa toh, Nduk. Besi nggak bersalah ditendang? Apa ngerasa udah kuat kayak gatot kaca? Pengen ngetes ilmu gitu?" tanya ibu sewot."Bukan gitu loh, Bu. Tadi, Rani jalan nggak lihat-lihat. Saking terburu-buru tiang warung yang terbuat dari besi, langsung kena sambar," jawabku menambah kebohongan lainnya.Kalau udah sekali bohong, pasti akan ada ke dua dan ke tiga. Hanya gara-gara satu orang. Yang rasanya pengen ku sunat dua kali. Tapi sayang, diri ini bukan bidan."Owalah. Lah ngapain kamu buru-buru? Nggak akan lari jodoh dikejar," ucap Ibu melirikku."Gunung, Bu. Bukan jodoh," ralatku."Halah, sama aja itu. Pokoknya sama-sama nggak akan lari kalau dikejar.""Iya, lah. Suka ha

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 24 Dilamar untuk ke Dua kalinya.

    "Kamu kenapa tadi ribut sama Si Atun, Nduk?" tanya Ibu yang baru saja pulang dari acara Putri.Sudah jam lima sore. Dan aku dari tadi hanya duduk makan dan tiduran sambil menunggu ibu pulang. Setelah ribut dengan Bi Atun, aku tak lagi kembali ke acara. Karena malas bertemu dengan wanita berbisa itu."Iya, tadi Bi Atun udah keterlaluan, Bu. Ngomong yang nggak-nggak," jawabku, mengingat kejadian pagi tadi. Seandainya, meracuni orang tidak berdosa Udah kukasih, rac*n tikus dia. Biar sekalian berubah jadi tikus sawah. Jangan tikus negara. Susah soalnya, harus sekolah. "Lah, ngomong gimana emangnya?" tanya Ibu lagi, dan ikut duduk di depan TV."Gara-gara Bang Jali salah sebut nama. Bi Atun bilang kalau Rani yang ngedukuni. Makanya sampai salah dua kali. Ya, Rani nggak terima lah."Udah dibelain cuti kerja, demi datang ke acara. Eh, malah diomongin yang enggak-enggak. Kan emosi tingkat kecamatan. Udah rugi waktu, rugi duit juga, karena gaji dipotong. "Sabar, Nduk. Orang sabar jidatnya l

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 25 Hantaran setengah Milyar

    Dari ketiga parsel yang mereka bawa. Ada satu set emas, di dalamnya. Dan satunya lagi, tak kelihatan karena hanya hiasan saja yang nampak dari luar. Ibu Bang Juna, dan kedua ibu-ibu yang membawa parsel tersebut, duduk berdampingan."Ini semua, untuk Dek Rani. Uang 200juta, satu set emas seberat empat puluh gram sebagai mas kawin, serta sertifikat kebun kelapa sawit seluas dua hektare," ucap Bang Juna memberikan seserahan itu padaku satu persatu.Ibu sampai tak bisa berkata apa-apa. Melihat begitu banyak yang diberikan oleh Bang Juna. Tak ada yang menyangka, seorang petani yang selalu di rendahkan oleh Bu Jujuk, ternyata bisa memberikan lebih banyak ketimbang anaknya yang seorang PNS.Bukan sebanyak ini juga yang kuinginkan. Berapapun itu, pasti kuterima. Ini semua terasa berlebihan."Tutup itu mulut. Lihat itu, air liurmu sampai menetes!" celetuk salah seorang Ibu-ibu, melihat Ibu Bang Jali menganga sampai menjatuhkan air liurnya."Hish, apaan sih kamu!" sewot Ibu Bang Jali mengusap

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 26 Pernah ditolak karena petani

    "Maaf, ya Bu. Atas keributan yang barusan. Sebenarnya tadi saya udah menolak dia untuk ikut. Tapi dia memaksa," ujar Ibu Bang Juna, tak enak hati."Tidak apa, Bu. Sudah biasa lihat orang seperti dia. Nggak kaget lagi." ucap Ibu sambil tersenyum hangat.Entah sampai kapan Ibu Bang Jali itu tidak merendahkan orang lain. Usia udah tua, wajah udah keriput, kulit udah kendur, tapi masih aja memandang orang dengan sebelah mata. Seperti bajak laut. Mungkin yang namanya watak susah untuk dirubah. Setelah kepergian Ibu Bang Jali yang entah kemana. Kami semua melanjutkan acara yang sempat tertunda. Tak ada yang peduli juga dia kemana. Biarin aja, dari pada bikin rusuh. Nanti kalau tak ada orang yang mau mengantarkannya pulang, pasti dia kembali ke rumah ini lagi. "Ini semua apa nggak berlebihan, Bang?" tanyaku, saat semua sudah kembali fokus pada acara.Tak enak aja, diberi sebanyak ini. Bayangkan aja, dari uang, perhisan, sampai kebun kelapa sawit. Kalau di total, semua yang telah diberik

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 27 Ingin kepo, tenyata...

    "Masih takut juga toh sama setan? Padahal diri sendiri udah melebihi set*n!" sindir Bude Juni sambil melirik sinis Ibu Bang Jali.Merasa tersindir, wanita bertubuh tambun itu, langsung menyambar bak api tersiram bensin, "Heh, jaga mulutmu itu! Belum pernah makan ceker gajah, hah?" bentaknya, lalu mengangkat kaki kirinya."Mau nyoba?" tanyanya marah, sambil mengarahkan kaki ke bude Juni. "Naj-is! Kaki bau terasi, begini diarahkan pula sama aku!" gerutu Bude Juni lalu mendorong kaki tersebut, hingga yang empunya kaki oleng. "Dasar wedus gembel!" makinya, lalu menjauh dari Bude Juni. "Tadi katanya nggak sudi menunggu. Sok-sokan jalan pulang. Eh, taunya malah balik lagi!" Kini giliran ibu-ibu yang lain menyindirnya.Kasihan, kembalinya ia ke sini malah kena sindir sana sini. Salah sendiri juga punya mulut nggak bisa di jaga dan sok berani. Tapi nyatanya, malah balik arah karena takut setan. Padahal, kan nggak ada setan di bambuan. Paling cuma karena dia ketakutan. Jadi, seperti nampak

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 28 Sindir menyindir

    "Biasanya kalau gajian gini, pasti Putri ngasih gajinya sedikit untukku." Bu Samini tampak lesu saat menceritakan keluh kesahnya. Ia dan ganknya sedang duduk di warung Bude Juni.Aku yang baru saja datang ingin membeli sayuran, tak jadi melanjutkan langkah. Aku tetap di posisi ini sambil terus mendengarkan mereka ngobrol. Anggap aja, nguping."Lah, sekarang apa nggak ngasih?" tanya Bi Badriah sambil korek-korek telinga lalu diciumnya. Hih, jorok!"Jangankan ngasih gajinya. Ngasih kabar aja nggak pernah. Selama nikah, cuma sekali nelfon. Itu pun cuma nanya, berapa uang yang di dapat dari sumbangan orang yang datang ke pesta kemarin," keluhnya, lalu menjatuhkan diri ke atas meja."Mungkin mau tau, balik modal apa enggak-nya," ucap Bi Badriah menenangkan bestie-nya. Nah, kalau udah gini. Baru terasa. Kemarin-kemarin dikasih tau, ngeyel. Mentang-mentang tua nggak dengerin sama omongan yang muda. "Bukan karena itu. Putri minta dibagi dua semua uang sumbangannya. Karena, katanya selama i

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 29 Perkara Yang Sumbangan

    Pov Bang Jali."Coba kamu tanya, sama ibumu. Berapa uang sumbangan yang di dapat dari acara pesta kemarin!" perintahku pada Putri yang baru aja selesai mandi. Sebenarnya udah dari kemarin aku gatal pengen tau jumlahnya. Tapi, karena habis pesta, nggak mungkin langsung dihitung hari itu juga. Makanya, sekarang aku harus segera tau.Enak saja, Ibu mertua ingin menguasainya sendiri. Yang pesta kan kami. Jadi, harus dibagi dua dong."Untuk apa ditanyakan, Bang?" Bukannya menuruti ucapanku, dia malah kembali bertanya.Istri, macam apa yang tak mendengarkan ucapan suaminya. Mau jadi, istri durhaka. Nggak bisa dibiarkan. Pokoknya, mulai hari ini dia harus tau posisinya sebagai istri itu, dimana. Jadi, kalau disuruh, tak payah lagi bertanya."Ya, untuk dibagi dua lah. Emang untuk apa lagi!" sahutku ketus.Percuma dilembutin. Nanti yang ada ngelunjak. Lagian, hatiku ini tak ada sedikitpun untuknya. Jadi, mungkin aku nggak akan bisa lembut sama dia."Loh, kenapa harus dibagi dua?" tanyanya la

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 30 Menantu atau Babu?

    "Jali! Bangunkan istrimu! Udah jam empat ini!" teriak Ibu sambil menggedor pintu kamarku.Berisik sekali, masih jam 4 subuh, Ibu sudah teriak-teriak seperti di pasar. Sementara Putri, bukannya bangun, dia malah masih pulas tertidur. Apa nggak dengar sama suara Ibu yang seperti petir? "Jali! Cepat bangunkan istrimu. Sudah Jam 4 ini. Nanti dia nggak sempat masak dan membersihkan rumah!" teriak Ibu lagi."Iya, Bu. Sebentar Jali bangunkan dia dulu!" jawabku sedikit berteriak juga.Padahal suara Ibu dan suaraku sudah keras, tapi wanita satu ini tak kunjung bangun. Dasar! "Bangun, put!" Aku mengguncang tubuhnya agar dia terbangun."Putri! Bangun!" Sekali lagi kuguncang dengan agak kuat. Payah sekali sih bangunnya. Kalau tidur udah sama kayak sapi mati."PUTRI!" Aku meninggikan suara agar dia mendengarnya. Perlahan, matanya terbuka."Kamu denger nggak dari tadi aku panggil?" tanyaku, sudah tersulut emosi."Maaf, Bang. Badanku capek banget. Jadi nggak denger apa-apa," sesalnya, lalu bangkit

Latest chapter

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 71

    Pov Putri. "Huhuhu." Aku turun dari sepeda motor tukang ojek online yang mengantarkanku pulang. Aku harus berakting dan berpura-pura sangat bersedih. Pokoknya Bang Jali dan seluruh keluarganya tidak boleh curiga. Abang tukang ojek itu agak kebingungan melihatku yang tiba-tiba saja menangis. Sejak naik sepeda motornya, aku hanya diam saja. Dan sekarang, dengan tiba-tiba aku menangis. Aku memintanya segera pergi setelah kuberikan ongkos yang sudah ditentukan di aplikasi. Abang ojek itu langsung menancap gas sepeda motornya. "Kamu kenapa?" tanya Ibu mertua yang sedang melihat-lihat tanaman bunganya. Dia hanya menoleh sekilas saja. Oke, Put, perdalam lagi aktingmu! "Duhh, gimana, ya, Bu, bilangnya." Aku kembali menangis dan berusaha mengeluarkan air mata agar lebih meyakinkan aktingku, aku juga meremas kedua tanganku. "Ada apa? Ngomong kamu! Jangan cuma nangis aja! Nggak jelas banget kamu ini!" gerutunya jengkel."Itu Bu. Sepeda motor Bang Jali, hilang, Bu," ucapku seraya menundukk

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 70

    Tidak ada satupun dari mereka yang berniat melerai kami. Mereka hanya menonton pertarungan sengit antara aku dan ulat bulu. Tak habis akal, aku juga menen-dangnya dengan sekuat tenaga.Rasakan! Rani, kok mau dilawan. Belum tahu saja kamu, bagaimana sifat bar-bar Rani, jika sudah tersakiti. Tidak akan ada kata atau pun lagu kumenangis. Berkali-kali aku menghadiahinya dengan tendangan maut, seperti pemain sepak bola. 'BRAK!'"ADUHH, SAKIT DEK!" keluhnya, mengaduh. Eh, suaranya kok berubah jadi laki-laki sih? Apakah Turmi wanita jadi-jadian? Terus, tadi manggil aku, "Dek". Kok aneh. "Dek, sadarlah." Suara lelaki lagi. Padahal yang di hadapanku adalah Turmi yang sedang menepuk-nepuk wajahku pelan. Ah, berani sekali dia menepuk-nepuk wajahku. Ingin membalasku ya? Tak tinggal diam, aku kembali menjambaknya dengan bar-bar. "Astaghfirullah, Bu, Rani kerasukan!" teriak Turmi dengan suara laki-laki, mirip dengan suara Bang Juna. "Astaghfirullahalazim, eling, Nduk!" Suara ibu, entah dar

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 69

    "Dingin banget tangan, kamu," ujar Sinta yang sedang berdiri di sampingku, Ia sengaja menyentuh tanganku. Aku hanya bisa tersenyum, sambil terus fokus karena sedang dirias, dan Sinta, dari sejak awal aku dirias dia terus saja menggodaku dengan semua ucapan gi-lanya. Dari mulai malam pertama, sampai ke anak cucu dia bahas. Dia sengaja datang ke rumah dari kemarin dan menginap di rumahku. Karena tidak mau melewatkan momen pernikahanku, katanya. "Baca do'a biar nggak gugup. Nih, minum!" Sinta kembali berucap serta menyodorkan air mineral padaku.Aku langsung meminumnya sedikit demi sedikit, hingga tandas. Hari ini, janji suci akan segera terlaksana. Beberapa jam lagi, status lajangku akan berubah menjadi istri orang. Istri Bang Juna lebih tepatnya. Gugup? Sudah pasti aku sangat gugup. Siapa pun akan gugup saat hari pernikahannya tiba.Akhirnya, perjuangan menuju hari pernikahan telah kulewati dengan penuh lika-liku. Semoga saja, setelah menikah, tidak ada lagi gangguan dari orang-o

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 68

    Ah, aku tidak akan mau diperbudak lagi. Bagaimanapun caranya, besok aku tidak akan mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Pepatah mengatakan, banyak jalan menuju roma. "Ibu, mau mandi dulu. Bawa sendiri itu cangkir bekas tehmu ke belakang!" perintah Ibu lalu meninggalkanku bersama Bang Jali. Ibu menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil yang sedang merajuk. "Jangan berfikir masalah sudah selesai, Put. Besok aku akan bertanya pada semua teman kerjamu. Jika kamu ketahuan berbohong, maka bersiaplah menanggung akibatnya," ancam Bang Jali tanpa rasa malu. Sebagai lelaki, seharusnya dia bisa melindungiku sebagai istrinya. Bukan malah mengancam seperti aku ini adalah musuhnya. Hanya masalah uang gajiku, dia segitu marahnya. Apa tidak malu suami meminta uang gaji istri untuk keluarganya? Setelah bercerai nanti, jika suatu saat dia meminta kembali dengan dalih penyesalan. Sampai mati pun tak akan aku mau kembali padamu, Jali. Tunggu saja semuanya. Kupastikan kamu akan menyesal te

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 67

    Pov PutriBagaimanapun caranya, setelah berpisah dengan Bang Jali. Aku tak mau rugi. Saat di pengadilan nanti, pasti dia tidak akan membagi sedikitpun hartanya padaku. Sedangkan uangku yang sudah ada padanya lumayan banyak.Aku sudah memiliki rencana yang sangat apik. Tidak masalah semua uangku tidak kembali. Setidaknya separuhnya saja sudah lebih dari cukup. ***Hari yang ditunggu oleh ibu mertuaku pun tiba. Hari di mana aku menerima gaji bulanan. Dia pasti sudah sangat menanti-nanti hari ini.Wajah semringah menyambutku yang baru saja pulang bekerja. Jika biasanya ibu mertuaku ini cemberut, kali ini senyumnya merekah, seperti bunga mawar yang baru mekar."Sudah pulang, Nak?" tanya Ibu mertua, sangat ramah dan lembut. Aku tau itu hanya basa-basinya karena ingin mendapatkan uangku yang sekian lama dinantinya."Iya, Bu. Capek sekali hari ini," jawabku, menghembuskan napas kasar lalu menjatuhkan diri di sofa."Mau Ibu buatkan Teh? Agar hilang sedikit lelahmu," tawarnya masih dengan se

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 66

    Dia mengataiku pemalas? Padahal dia lebih pemalas dibanding aku. Dasar, bisa menghina tapi lupa berkaca! "Apa maksud kamu, Wat?" tanya Ibu lembut, pada anak perempuan kesayangannya."Tadi, aku meminta menantu Ibu untuk mengambikan minum. Tapi dengan angkuhnya dia menolak, dan memintaku untuk mengambilnya sendiri. Padahal aku sedang sibuk menonton infotainment, dan dia sudah berdiri di situ. Apa salahnya sih tinggal melangkah ke dapur, yang tinggal berapa jengkal lagi!" cerocosnya, seperti bebek yang tidak bisa diam. "Apa benar begitu, Put?" tanya Ibu mertua lembut, lalu mengalihkan pandang padaku. Jika bukan karena sebentar lagi gajian, pasti Ibu mertua sudah memarahiku karena tak mau menuruti perintah anak kesayangannya. Ia lembut seperti itu, karena ada maksud dan tujuannya, yaitu uangku."Iya, Bu. Aku ini buru-buru mau berangkat bekerja, yang tujuannya mendapatkan uang. Nah sementara dia, hanya menonton infotainment saja masa tidak bisa ditinggal barang sebentar," Ucapku membela

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 65

    "Bang, antarkan aku kerja, yuk!" Aku mengguncang tubuh Bang Jali yang masih lelap tertidur. Sudah jam setengah tujuh pagi. Tapi dia belum juga bangun. Apakah hari ini dia tidak mengajar seperti biasanya?"Emmm ... " Bang Jali hanya bergumam tanpa mau membuka matanya."Bang, bangun, sudah siang. Tolong antarkan aku pergi bekerja dong!" pintaku lagi, sambil menepuk pipinya pelan. "Apaan sih! Bisa berangkat sendiri kan!" bentaknya lalu terduduk dan mengacak rambutnya kesal."Gimana mau berangkat sendiri? Sepeda motorku, kan sedang ditahan orang. Terus aku harus jalan kaki pergi bekerja gitu? Kapan sampainya? Bisa-bisa aku terlambat masuk," ucapku dengan nada merajuk.Muak sebenarnya terus berakting menjadi wanita lembut di hadapannya. Tapi mau bagaimana lagi, agar dia tidak curiga, aku harus tetap berpura-pura seperti ini sampai tujuanku tercapai."Arrgghhh." Bang Jali semakin kesal, dia mengangkat lalu membanting kakinya di kasur, seperti anak kecil yang sedang merajuk pada Ibunya. "

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 64

    "Akh, benar-benar menyus-" Bang Jali menggantung kalimatnya saat mataku menatapnya serius. Yakin sekali aku, jika dia ingin mengataiku. Tapi urung dilakukan karena tujuan untuk mendapatkan harta warisan dari orang tuaku belum tercapai. Miris sekali pemikiran suamiku satu ini. Bisa-bisanya ingin mendapatkan harta secara instan. Sebelum kamu menggerogoti hartaku, maka aku lah yang akan terlebih dahulu melakukannya. Setelah ini, akan datang masalah lainnya yang sengaja aku buat, untuk keluarga parasit. Tunggu saja tanggal mainnya, suamiku tercinta. "Menyus apa Bang?" tanyaku pura-pura tidak tau. Aku memasang wajah bodoh agar dia berpikir jika aku memang wanita bodoh. "Akh, sudah lah. Tidak usah dibahas," tukasnya, lalu memejamkan mata. "Abang marah ya, sama aku?" tanyaku dengan manja.Aku sengaja bergelayut di lengannya. Meskipun dia tidak menyukaiku, tapi aku pura-pura saja tidak tahu."Enggak!" jawabnya singkat, masih dengan mata terpejam. "Terus, keputusannya gimana? Aku bawa

  • Kuminta Mahar 5 Milyar dari Calon Suamiku yang Sombong   Bab 63

    Mulai membodohi JaliPov Putri. "Kemana sepeda motor kamu. Kenapa pulang diantar orang?" tanya Bang Jali saat aku baru saja turun dari sepeda motor, diantar oleh tetangga samping rumah Ibu. Tidak menggunakan sepeda motorku, melainkan sepeda motor anak tetangga, karena agar Bang Jali dan keluarganya tidak curiga dengan rencana yang sudah kususun matang. Suamiku itu sedang duduk di teras. Seperti sedang menungguku pulang. Di hadapannya, juga terdapat secangkir kopi yang kuyakini sudah diminum. Aku sengaja minta diantar tetangga dan meninggalkan sepeda motorku di rumah, agar Ibu bisa mengantar pesanan kue. Meskipun Ibu tidak bisa mengendarai sepeda motor, tapi aku sudah berpesan pada David, anak tetangga samping rumah untuk mengantarkan Ibu atau pesanan kuenya kemana saja. Anak remaja itu setuju, asalkan diberikan upah tiap minggunya. "Ditahan sama orang Bang," jawabku berbohong. Hanya dengan cara ini, aku bisa membantu Ibu. Jika kukatakan padanya bila sepeda motor kutinggalkan d

DMCA.com Protection Status