Share

Bab 23 Salah Sebut Nama

"Ya, Allah. Kamu kenapa, Nduk? Kok jalannya pincang begitu?" tanya Ibu khawatir. Ia langsung berjalan cepat mendekatiku.

"Ini tadi, nggak sengaja nendang besi, Bu," jawabku berbohong. Nggak mungkin aku bilang kalau semua ini ulah Bang Jali yang udah mulai menggila. Bisa panjang nanti pertanyaan dari ibu.

"Lah kok bisa toh, Nduk. Besi nggak bersalah ditendang? Apa ngerasa udah kuat kayak gatot kaca? Pengen ngetes ilmu gitu?" tanya ibu sewot.

"Bukan gitu loh, Bu. Tadi, Rani jalan nggak lihat-lihat. Saking terburu-buru tiang warung yang terbuat dari besi, langsung kena sambar," jawabku menambah kebohongan lainnya.

Kalau udah sekali bohong, pasti akan ada ke dua dan ke tiga. Hanya gara-gara satu orang. Yang rasanya pengen ku sunat dua kali. Tapi sayang, diri ini bukan bidan.

"Owalah. Lah ngapain kamu buru-buru? Nggak akan lari jodoh dikejar," ucap Ibu melirikku.

"Gunung, Bu. Bukan jodoh," ralatku.

"Halah, sama aja itu. Pokoknya sama-sama nggak akan lari kalau dikejar."

"Iya, lah. Suka ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status