Share

7. Menata Hati

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-22 01:08:43

Aku bersandar pada tembok kamar berukuran lima kali lima meter persegi, bernuansa pink dan putih. Ada satu tempat tidur nomor dua, satu lemari dua pintu, meja kompor dan satu kulkas mini.

Nurul sudah tertidur pulas di atas seprai bermotif Hello Kitty. Dia meringkuk memeluk guling menghadap ke dinding.

Lita melangkah mendekat, meletakkan secangkir kopi di hadapanku, lalu menyusul duduk di sebelah. Beralaskan karpet rasfur berwarna abu-abu kami duduk bersisian.

"Jadi ... apa yang bakal Mbak lakuin ke depan ntar?"

Sejenak hening. Lantas aku menggeleng tidak tahu. Rasanya otakku merasa belum sanggup untuk berpikir secara jernih.

Aku raih secangkir kopi yang disuguhkan Lita tadi. Perlahan aku menyeruput cairan berkafein itu.

"Tinggal di sini juga gak apa-apa, kok, Mbak. Toh, aku malah senang. Tadi aku juga udah laporan pada Bu Kos. Dia ngebolehin. Yang penting katanya lapor kalo ada tamu yang datang menginap di sini." Lita melanjutkan.

"Mbak mikirin sekolahnya Nurul, Ta," sahutku. "Kan lumayan jauh dari sini."

"Aman, Mbak. Kan, bisa kuantar jemput. Aku punya motor."

"Apa gak ngerepotin kamu?"

"Gak, kok, Mbak. Toh, jaraknya juga gak begitu jauh kalo ditempuh pakai motor." Lita meyakinkanku lagi.

Aku diam. Semuanya harus kupikirkan secara matang-matang dan dengan kepala dingin. Jangan sampai aku gegabah mengambil keputusan.

"Hal ini jangan diceritain ke Emak sama Bapak dulu, ya, Ta." Kupandangi gambar cangkir di tangan. "Mbak takut, Emak sakit. Emak, kan, gak boleh banyak mikir."

"Aku tau, Mbak. Tapi gimana seumpama cerita ini nyampe ke kampung? Ah, emang Mbak Yuli itu betina gak punya otak." Lita mengepalkan kedua tangannya dibalut rasa emosi menggebu. Bisa kubayangkan jika tadi Lita bertemu Mbak Yuli. Pasti lah adikku ini tak segan membikin perhitungan atau menjabak rambut sepupu kami itu yang telah berhasil merusak rumah tanggaku.

Aku dan Lita tinggal jauh dari orang tua. Kami berharap kehidupan di kota besar bisa merubah nasib kami. Aku mendahului merantau ke Jakarta. Lima tahun setelah aku di sini, Lita menyusul setelah menamatkan SMA-nya.

Lita sekarang sudah mandiri. Untuk biaya makan dan membayar kos-kosan dia sudah mampu. Hasil dari dia berjualan online dan mengajar les anak-anak SD. Bisnis online-nya kulihat maju. Terlihat dari tumpukan kardus yang tersusun di sudut kamar. Lumayan banyak jumlahnya.

"Tidur aja dulu, Mbak. Tenangin pikiran. Masalah sekolahnya Nurul, ntar biar aku yang urus."

"Mbak gak bisa tidur, Ta. Lagian jam segini kamu suguhin kopi, sih." Aku nyengir mengacungkan cangkir di tangan.

"Duh, aku lupa." Lita menepuk jidat. "Ya, udah kalo gitu. Aku temenin begadang sambil ngerekap barang pesanan." Lita berdiri, lalu melangkah ke arah meja. Dia meraih laptop, sebuah buku dan satu kotak pensil lalu kembali duduk di sebelahku.

Ting!

Ponselku berdenting. Kuraih cepat. Barusan Bu Rahmi mengirimkan pesan via W******p.

[Udah nyampe, Li? Gimana Nurul? Kamu tenangin diri dulu, ya. Gak usah mikirin macem-macem.]

Kuembuskan napas. Jemariku menari mengetik pesan balasan.

[Udah, Bu. Dari tadi. Nurul juga udah tidur. Gimana keadaan di sana?]

Kepalaku menoleh ke arah putriku yang mengubah posisi tidurnya. Wajahnya tanpa beban, pulas seperti bayi. Kuharap dia tidak trauma atau terganggu karena ulah ayahnya sendiri.

[Pak RT dan pengurus yang lain baru selesai rapat. Udah diputuskan Arman dan Yuli akan dinikahkan. Berhubung kamu dan Burhan memilih untuk bercerai dari mereka berdua.]

[Mas Burhan tau, Bu?]

[Akhirnya tau. Kebetulan tadi pas ibunya Burhan datang berkunjung mau ngejenguk keadaan Burhan dan mendapati warga sedang memberi kabar pada Burhan. Wanita itu langsung syok dan membawa Burhan ke rumahnya saat itu juga. Kasian, Li. Burhan nangis pas tadi berpamitan pada warga.]

Sedih aku membayangkannya. Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Dalam keadaan lumpuh tak berdaya, istrinya berselingkuh. Hati siapa yang tak hancur.

Kurebahkan badan di atas karpet. Masih memeluk ponsel, kupejamkan mata berharap bisa tertidur cepat. Kemudian bangun dan menyadari bahwa ini semua hanya lah mimpi buruk semata. Ya, aku berharap ini semua hanya lah mimpi.

~AA~

Bab terkait

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   8. Hati yang Menghangat

    Aku terbangun dalam keadaan kepala berdenyut. Wajar saja. Tidurku hanya dua jam. Kulihat Lita masih tertidur dan Nurul duduk di tepian tempat tidur menatapku."Nurul udah bangun?" Aku bangkit, menyibak selimut yang menutupi tubuhku. Pasti semalam Lita yang memasangkannya."Ibu tidur di bawah?""Ibu gak sengaja ketiduran, Nak," jawabku. "Oh, ya. Nanti Nurul sekolah diantar jemput Tante Lita, ya."Nurul mengangguk. "Tapi, buku-buku dan tas sekolah Nurul lupa dibawa, Bu.""Oh, iya, ya." Aku menepuk dahi.Duh, semalam aku lupa membawanya. Benda-benda itu berada di rak mini sebelah TV di ruang keluarga. Aku hanya fokus membawa baju-baju saja dan ingin cepat keluar dari rumah itu."Besok kita jemput. Hari ini Nurul izin gak masuk dulu aja, ya. Nanti jam tujuh Ibu telepon wali kelas Nurul. Minta izin.""Iya, Bu." Nurul mengangguk setuju.~AA~Siti terbelalak. "Gila!" katanya. "Emang lakimu gak tau diri, ya. Udah pengangguran, eh, malah selingkuh," ujarnya lagi.Aku tak menyahut, masih fokus m

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   9. Pasangan Zina Tak Tau Malu

    Aku, Lita, dan Nurul dalam perjalanan menuju rumah kontrakan yang pernah kutinggali bersama Mas Arman, menggunakan taksi online. Lita bersikeras ingin ikut menemani. Dia takut jika nanti terjadi sesuatu padaku berhubung Mas Arman masih tinggal di rumah itu. Adikku itu mengkhawatirkan keselamatan kakaknya. Menurut dia, bisa saja Mas Arman menyimpan dendam dan amarah setelah kutinggalkan begitu saja.Mobil yang membawa kami berhenti sempurna di pekarangan rumah. Suasana sepi. Tak banyak warga di kanan kiri jalan sebab saat ini tengah hari. Mungkin sebagian dari mereka sedang tidur siang atau jalan-jalan keluar rumah di hari Minggu.Setelah membayar ongkos kami bertiga turun, melangkah ke teras yang pintunya tertutup rapat. Aku hendak mengetuk daunnya, tetapi terdengar suara cekikik perempuan dari dalam.Astaghfirullah. Memang pasangan tak tau malu. Dengan sedikit emosi kuraih gerendel pintu dan mendorongnya. Seperti dugaan, Mas Arman tidak mengunci pintu."Assalamualaikum!" Aku menyapa s

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   10. Perpisahan

    Kembali kulanjutkan kegiatanku agar segera selesai dan meninggalkan rumah ini. Sesak rasanya berlama-lama oleh sebab rasa muak serta jijik yang menyelimuti relung dada."Li! Aku gak pegang uang sama sekali."Aku berhenti memasukkan buku-buku ke dalam kardus, berbalik menatapnya, heran. "Lah, terus? Apa urusannya denganku, Mas?""Pegangin aku uang, Li. Untuk beberapa hari aja. Setelah beberapa hari aku bakal cari kerjaan." Mas Arman menunjukkan wajah memelas.Akhirnya aku tertawa, keras. "Setelah menzalimi aku, Mas masih gak ada muka minta-minta duit ke aku?" Aku tertawa lagi. "Makanya dari kemarin itu kerja, Mas. Mas itu laki-laki." Aku berdecak, menggeleng, kembali melanjutkan mengemasi buku yang tadi sempat terhenti."Masa kamu tega, Li?"Kuabaikan pertanyaannya barusan. Anggap saja aku mendadak budek dan tak mendengar ucapannya. Dasar lelaki egois. Hanya mementingkan diri sendiri.Suara langkah kaki terdengar mendekat. Lega rasanya Lita dan anakku sudah kembali dari mini market. Ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   11. Sah Bercerai

    Tak membutuhkan waktu lama bagi hakim untuk mengetuk palu atas perceraian aku dan Mas Arman. Sebab pada tim survey pengadilan, kukatakan yang sesungguhnya tanpa ada hal yang harus disembunyikan atau pun ditambah-tambahi. Terlebih lagi dari bukti kuat jika Mas Arman yang melakukan kesalahan, mediasi antara kami berdua tak lagi dibutuhkan.Hidupku terasa tenang setelahnya. Tanpa beban, kujalani pekerjaan seperti biasa. Nurul juga kembali ke rutinitasnya bersekolah dengan Lita yang selalu bersedia mengantar jemput setiap hari.Dari Bu Rahmi aku mendapat kabar bahwa Mas Arman dan Mbak Yuli sudah menikah secara sederhana, dihadiri aparat setempat dan juga beberapa tetangga. Jujur aku lega mendengar itu. Setidaknya, Mas Arman tidak melakukan perzinahan secara terus-terusan.Siang ini, Siti yang baru selesai makan berjalan menghampiriku. "Aku udah kelar, Li. Gantian sana. Giliran kamu yang makan."Kutolehkan kepala ke arah jam dinding. "Waktu untukmu istirahat masih sepuluh menit lagi, Ti. Ko

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   12. Mas Arman Muka Tembok

    Memang gila, ya. Mantan suamiku ini. Tak tahu malu sekali. Perihal duit, kok, larinya malah ke aku."Aku gak punya simpanan, Mas. Biaya buku, baju dan sekolah Nurul udah kubayar buat beberapa bulan. Aku gak ada pegangan lagi," ujarku bohong."Ah, masak gak punya simpanan. Kan kamu dan Nurul numpang gratis di kosannya adikmu itu."Mataku menyipit tak percaya pada ucapan pria yang pernah jadi parasit dalam hidupku ini."Gratis Mas bilang? Jangan samakan aku dengan diri Mas Arman, ya, yang cuma bisanya menengadahkan tangan pada istri. Aku tinggal dengan Lita juga bantu buat makan dan bayar kos-kosan, Mas. Aku ini punya otak dan sadar diri," ucapku berapi-rapi. "Udah, ah. Jangan pernah nemuin aku lagi kalo cuma mau bicara tentang duit, Mas. Sana kerja! Kalo perlu suruh istri Mas jadi tukang cuci biar bisa kasih duit buat laki barunya.""Aku ngomong baik-baik, ya, Li. Kenapa kamu jadi kasar gitu?!" Mas Arman berkacak pinggang. Suaranya meninggi. Orang-orang yang lewat di sekitar, menoleh ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   13. Mas Arman Menjual Perabotanku

    Mas Arman memang kelewatan. Belum lagi hilang pusing di kepalaku karena ulahnya tempo hari, siang ini Bu Rahmi memberiku kabar yang tak enak.Hari ini Minggu. Aku sedang mengajari Nurul mengerjakan tugas sekolahnya. Sembari mengawasi, aku bermain ponsel, membuka-buka beranda F******k, melihat-lihat status temanku yang lewat di sana.Tak lama, layar ponsel menampilkan panggilan dari Bu Rahmi. Segera kuangkat, berhubung aku sedang tidak sibuk kali ini."Hallo, Bu Rahmi. Apa kabar?" sapaku ramah."Li, saya mau kasih tau. Tapi, jangan bilang-bilang si Arman, ya." Bu Rahmi berbicara dari panggilan telepon dengan nada setengah berbisik."Iya, Bu. Ada apa, ya? Bikin saya penasaran aja." Aku mengerutkan dahi."Beberapa hari ini si Arman nawarin perabotan di rumahnya. Kayak tempat tidur, kulkas, sama elektronik yang lain. Kamu tau, gak?"Kupijat pelipis yang mendadak berdenyut. "Saya gak tau, Bu. Saya gak pernah suruh Mas Arman menjual barang-barang di rumah itu. Itu kan barang-barang hasil say

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   14. Selamat Tinggal Masa Lalu

    Aku berdecak dan menggeleng, menghitung lagi uang di tangan, mengambilnya sedikit lalu menyodorkannya pada mantan suamiku itu."Ini, Mas. Anggap aja harta gono gini. Mulai dari sekarang, aku gak ada urusan apa-apa lagi denganmu." Aku berucap tegas."Kalo segini gak cukup, Li." Raut Mas Arman masam. Meski begitu, tetap saja uang itu diterimanya. "Masih kurang buat bayar kontrakan.""Cukup lah buat nambahin bayar kontrakan. Mas seharusnya berterima kasih karena aku masih berbaik hati." Suaraku agak meninggi. "Sisanya Mas cari sendiri. Bukan urusanku lagi."Aku sudah berbalik badan, akan menuju rumah Bu Rahmi. Namun, karena ada ide yang melintas di kepala, kuhentikan langkah dan menghadap ke ibu-ibu pembeli perabotanku tadi."Sebagai bonus, Ibu bisa ambil barang-barang di dalam. Banyak yang udah gak saya butuhkan lagi. Ambil aja sesuka hati Ibu." Sudut bibirku terangkat sebelah, melirik sinis pada Mas Arman yang bertambah masam mukanya."Beneran, Mbak?""Iya, Bu. Ambil aja." Aku menegaska

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   15. Teror

    Beberapa bulan berlalu sejak kejadian itu. Hidupku sudah tenang dan kujalani seperti biasa. Dari Bu Rahmi aku mendapatkan kabar bahwa Mas Arman pindah dari rumah kontrakan di mana tempat pernah kami habiskan waktu bersama. Alasannya mereka pindah ke tempat tinggal yang letaknya lebih dekat dengan tempat kerja Mbak Yuli.Sesuai dugaanku, suatu saat sepupuku itu bakal menanggung beban suami benalu seperti Mas Arman yang malas dan pemilih dalam pekerjaan. Apalagi kata Bu Rahmi, Mbak Yuli bekerja serabutan sebagai tukang cuci dan setrika dari pintu ke pintu. Padahal yang kutau, dia sangat gengsi dengan pekerjaan itu. Pastilah kebutuhan hidup yang mendesak, membuatnya mau tidak mau, harus mau bekerja banting tulang dan membuang jauh-jauh segala gengsi untuk menutupi segala kebutuhan rumah tangga mereka.Pagi ini setelah membuat sarapan serta makan bersama Nurul dan Lita, aku pamit bekerja. Menuju ke pintu, Nurul yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun mengiringi langkahku keluar kosan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28

Bab terbaru

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   42. Radi, Duda Hitam Manis

    Purwari tersenyum, tetapi matanya tak lepas dari pekerjaan di tangan. "Modelan bapakmu mana mau pakai sarung baru, Li. Sarung ini adem katanya. Bapakmu bakal terus memakainya sampai kain ini benar-benar lapuk dan rapuh."Lia sudah tau tentang kebiasaan Tarjo itu. Jadi Lia tidak menyarankan apa-apa lagi."Gimana pekerjaanmu di Jakarta, Nduk? Apa ada masalah?"Lia menggeleng. "Enggak, Mak. Alhamdulillah aku bekerja pada bos yang baik.""Syukurlah. Lalu ... apa kamu masih sering bertemu Yuli?" Purwari berhati-hati sekali menanyakan hal yang sensitif ini. "Walau gimana pun, dia sepupumu, Nak."Lia tersenyum penuh ketulusan. "Mak, sungguh aku udah maafin Mbak Yuli. Bahkan ketika mendiang Mas Arman masih hidup. Udah jalan hidup dan takdirku begini. Mau gimana lagi." Lia mengedik bahu.Purwari menoleh sepintas pada anaknya. Wanita itu mencoba membaca raut Lia. "Apa kamu mau Emak jodohkan?"Seketika Lia tergelak. "Mak, Mak. Zaman udah moderen gini, ah. Lagian Lita pun belum menikah. Aku mah t

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   41. Pulang Kampung

    Bus yang membawa Lia, Lita dan Nurul melaju menembus pekatnya malam. Mereka membutuhkan waktu lima jam lagi hingga tiba di kampung halaman. Waktu menunjuk ke jam sebelas, tapi mata Lia belum bisa terpejam sedari tadi.Di sebelahnya, Nurul dan Lita telah tertidur pulas tertutup selimut kotak-kotak yang tersedia di masing-masing kursi penumpang.Sejak memantapkan hati untuk kembali menata hati, Lia jadi susah tidur. Ini kebiasaannya sedari remaja dulu bila diserang gundah gulana. Lia tidak ingin melawan rasa yang menyakitkan itu. Dia biarkan luka merambat ke hatinya hingga luka itu sembuh dengan sendirinya. Lia hanya butuh waktu.Lia kembali memandangi layar ponsel dan membaca pesan dari Kevin yang pria itu kirimkan sebelum masuk ke dalam mobil dan pergi bersama Siska.[Maaf aku belum sempat menjelaskan situasi ini kepadamu, Lia. Tapi aku berjanji akan segera berbicara denganmu dari hati ke hati. Enggak di sini. Aku butuh berdua aja denganmu.]Lia tidak berniat sedikit pun untuk membala

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   40. Kenyataan yang Berbicara

    Sore harinya Kevin menepati ucapannya. Namun dia tidak datang sendirian. Ada Siska yang bersamanya. Tentu hal ini membuat Siti terheran-heran dan memaklumi kenapa sedari pagi Lia menjadi pendiam."Hai, ternyata kamu kerja di cabang yang ini, Mbak?" Siska melambai ke Lia secara bersahabat. Ini lah yang membuat kenapa Lia tidak bisa membenci gadis itu. Siska terlalu ramah dan baik, bahkan terlihat menyayangi Nurul saat di rumah orang tua Kevin kemarin."Iya, Mbak. Saya ditempatin di toko yang ini," jawab Lia memaksakan seulas senyum.Kevin sempat kebingungan, bagaimana menjelaskan kepada Lia. Namun Lia selalu menghindari tatapan pria itu. Sedang barang yang baru saja dibawa Kevin dari mobil, segera diambil Siti."Maaf aku gak bisa mampir lama, Li. Aku harus ... nganterin Siska ke suatu tempat." Kevin menjelaskan sembari garuk-garuk kepalanya."Iya, Ko. Gak apa-apa." Bibir Lia tersenyum, tapi tidak dengan matanya. "Oh, ya, Ko. Sekalian aku mau minta izin cuti.""Cuti?" Alis Kevin bertaut

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   39. Menghadapi Kenyataan

    Nurul telah tertidur sejak tadi, sedangkan Lia masih menonton televisi. Meski mata wanita itu menuju layar benda elektronik di hadapan, tapi Lita tau kakak perempuan satu-satunya itu tengah memikirkan sesuatu."Nih, kopi. Aku juga buatin buat Mbak Lia." Lita menyodorkan segelas kopi instan yang telah terseduh.Lia menoleh lantas menyambut pemberian adiknya itu. "Kamu kebiasaan, ya, Dek. Kasih kopi ke Mbak di jam segini." Lia menggeleng-gelengkan kepala.Lita tertawa, lantas menyusul duduk di sebelah kakaknya. "Gak minum kopi juga Mbak gak bakalan bisa tidur malam ini. Iya, kan?"Lia terdiam sejenak. "Kamu tau dari mana?""Tadi aku udah nanya ke Nurul tentang apa aja yang kalian lakuin di rumah orang tua Ko Kevin." Lita tak membalas tatapan kakaknya. Dia menyeruput kopinya sendiri sambil menatap televisi. "Siapa gadis cantik yang diceritain Nurul ke aku, Mbak?"Lia tersenyum miris lalu menggeleng. "Entah lah. Mbak juga belum tau pasti, tapi ... kayaknya dia dan Ko Kevin pernah punya hu

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   38. Fakta yang Terungkap

    "Maaf, kalau ucapanku tadi ngagetin. Tapi benar, kok. Aku sama Kevin pernah tidur di ranjang yang sama. Waktu itu aku ketiduran di kamar Kevin, eh, Kevin-nya malah gak ngebangunin. Aku dibiarkan tidur di kamarnya sampai pagi." Siska kembali tertawa.Kevin menelan ludah. Dia baru menyadari bahwa ekspresi Lia sedang tidak baik-baik saja."Dulu aku kuliah di Singapura, tinggal di rumah Om Sarwono, Li. Makanya aku dan Siska dekat," terang Kevin.Lia manggut-manggut. Hatinya mulai lega. Keterangan dari Kevin itu cukup menjelaskan opini yang salah di kepala Lia sejak kedatangan Siska tadi."Tapi dulu Kevin pernah cium aku, Tante." Siska melirik Kevin lantas tersenyum simpul.Kali ini Kevin yang tersedak, tapi Siska malah semakin tergelak."Benar kah?" Mami Kevin terbelalak. "Bisa-bisanya, ya, kamu Kevin." Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala."Ya dimaklumi aja, Mi. Namanya aja anak kita waktu itu masih labil." Papi Kevin buka suara.Prasangka buruk yang sempat singgah lalu pergi, kini ber

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   37. Merasa Asing

    Gadis yang dipanggil oleh Mami Kevin dengan nama Siska tersebut pun menoleh. Dia tersenyum lebar menuju wanita itu sembari membentang kedua tangannya. Mereka kemudian saling berpelukan erat sekali."Tante apa kabar? Tante makin cantik aja. Apa, sih, rahasianya?" sapa Siska ramah."Duh kamu ini, lho, yang makin cantik, Nak. Tante sempat bingung tadi mau ngebedain antara kamu sama bidadari. Tante pikir bidadari dari mana yang turun dari mobil suami Tante.""Ah, Tante bisa aja." Siska kembali tertawa renyah memamerkan giginya yang putih dan berderet rapi.Entah mengapa sejak kedatangan Siska, Lia merasa dirinya benar-benar di tempat yang asing. Penampilan terbaiknya hari ini, sungguh kalah jauh bila dibandingkan dengan gadis itu.Siska yang sejak tadi dipandangi oleh Lia dan Nurul tanpa berkedip, sontak menoleh kepada dua beranak tersebut."Siapa mereka, Tante?" tanya Siska.Mami Kevin seperti baru menyadari keberadaan Lia dan Nurul yang masih ada di tengah-tengah mereka. "Oh ... dia Lia

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   36. Hanya Dianggap Tamu Biasa

    Kevin tertawa renyah sembari mencubit kedua pipi ibunya itu."Mami kayak anak kecil aja. Aku kan sering ke sini, Mi. Cuma beberapa hari ini aku memang lagi sibuk banget. Ada beberapa barang yang harus aku kirimkan ke luar kota." Kevin menjelaskan secara panjang lebar.Baru lah wanita itu yang merupakan ibu dari Kevin bisa memberikan senyuman walau tipis."Oh ya, Mi. Kenalin ini yang namanya Lia, dan ini putrinya Nurul."Mami Kevin menoleh kepada Lia yang sedari tadi diam saja. Wanita itu tidak banyak berkata-kata. Hanya menerima ciuman tangan Lia dan Nurul yang meniru gerakan ibunya itu."Ayo, masuk ke dalam kalo gitu. Jangan berdiri di luar." Mami Kevin mendahului masuk lalu duduk di ruang tamu. Kevin duduk menyusul di sebelah ibunya."Papi mana, Mi?""Tadi keluar sebentar. Jemput teman masa kecilnya di bandara dari Singapura. Teman Papi-mu itu mau nginep di sini katanya beberapa hari.""Siapa, Mi?" Kevin mengerutkan dahi."Om Sarwono. Kamu masih ingat, gak?"Raut Kevin langsung beru

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   35. Mengunjungi Orang Tua Kevin

    Dada Lia berdebar. Sejak dari kemarin sore, Kevin telah memberitahunya untuk bersiap-siap. Sebab pada hari ini pria itu ingin mengajak kekasihnya pergi mengunjungi orang tua Kevin yang tinggal di kota sebelah."Aku ingin memperkenalkan kamu ke mereka, Li. Kamu lihat, kan, kalau aku benar-benar serius ingin menikahi kamu."Kevin bicara pada Lia via telepon."Tapi ... gimana kalo mereka gak suka sama aku, Ko?" Lia malah balik bertanya dengan perasaan ragu.Kevin tertawa. "Jangan berprasangka buruk dulu sebelum melihat sendiri, Li. Mereka baik kok. Tapi ... ya memang orang tuaku tipe orang tua yang memegang prinsip jaman dulu. Mereka amat disiplin dan tegas.""Baru mendengarnya aja aku udah panas-dingin, Ko." Lia mulai merasakan buku-buku jemarinya mengeluarkan keringat dingin.Terdengar lagi suara renyah Kevin. "Panas-dingin karena kamu udah gak sabaran lagi bertemu dengan mereka? Atau takut?"Lia menggeleng. "Entah lah, Ko. Susah bagi aku untuk menjelaskannya." Lia menarik napas panjang

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   34. Lamaran Dari Ko Kevin

    Dengan mantap aku mengangguk dan berkata 'Ya'. Tentu saja aku tidak akan menolak pria di depanku ini. Pria yang tulus dan tidak memandang kasta serta harta. Pria yang menerima semua kekuranganku, terlebih lagi aku mencintainya.Gemuruh sorakan semakin kuat terdengar. Ko Kevin dengan senyum mengembang lantas berdiri, meraih cincin di genggamanku dan menyematkannya di jari manis. "Terima kasih." Kecupan lembut mendarat di dahiku, setelah dia mengucapkan dua kalimat itu.~AA~Mesin mobil Ko Kevin telah dimatikan sejak tadi. Kami sudah pulang dan tiba di depan kontrakanku. Namun, sejak mesin mobil dimatikan, Ko Kevin mau pun aku tidak juga mengeluarkan kata-kata sedikit pun. Kami hanya duduk saling diam.Entah apa yang tengah dipikirkan Ko Kevin saat ini, sedangkan aku, aku sungguh merasakan gugup yang tidak terkira.Tentu saja, siapa yang menyangka Ko Kevin baru saja melamarku. Seorang pria berwajah rupawan, memiliki harta dan juga bukan dari keluarga sembarangan, berniat menjadikanku se

DMCA.com Protection Status