Share

Bab 4

Penulis: Atik Rahmawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kulepas kau dengan ikhlas 4

Part 4

POV Arya

Namaku Arya Wiguna, suami Aira Maheswari, lebih tepatnya sekarang mantan suami. Aku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyalur tenaga kerja ke perusahaan besar, atau bisa di bilang outsourcing. Gaji lumayan besar sepuluh juta perbulan itu aku peroleh sejak menjabat sebagai Manager cabang tempat aku bekerja.

Kehidupan pernikahan yang terkesan dingin, membosankan, membuat aku mencari seseorang yang bisa membuat aku merasa nyaman. Yang tidak aku dapat dari Aira.

Perkenalan singkat dengan Aira, saat itu yang sebagai pengisi acara di kantor tempat kerjaku. Dia tampil cantik dengan suara yang merdu, membuat aku jatuh cinta. Seusai acara ku datangi tempat para pengisi acara istirahat dan bersiap. Kudekati dia, minta nomor telepon nya, dengan alasan supaya mudah menghubungi bila ada acara di kantor lagi.

Hari berlalu, komunikasi antara kami semakin intens, aku yang dulu hanya karyawan di perusahaan, mencoba melamar langsung pada Aira dengan mengajak kencan ke daerah payung.

"Aira, sayang maukah kamu menikah dengan mas? Menjadi istri dan ibu untuk anak-anak mas nanti?" ujarku sambil berlutut di hadapan nya dengan sekotak cicin aku ulurkan kehadapannya.

"Iya, mas aku mau." jawab Aira dengan mata berkaca-kaca.

Setelah menikah kami tinggal di rumah ibu, tapi Aira selalu mengajak untuk pindah, dia punya tabungan bisa untuk DP rumah. Ibu setuju kami pindah rumah, dengan syarat gaji sepenuhnya untuk ibu, setelah di potong cicilan rumah dan uang saku buatku, kebutuhan rumah tentu Aira yang menanggung, karena gaji tak lagi cukup.

"Mas, ayo kita pindah dari rumah ini, kita rumah sendiri, aku ingin mandiri, mas." desak Aira dengan wajah memelas.

"Baiklah, kita bicarakan dengan ibu ya." jawabku singkat.

"Bu, ada yang ingin kami bicarakan, ini tentang permintaan Aira yang ingin mandiri, untuk itu kami ingin segera pindah dari rumah ini." ucap Aira mengawali pembicaraan kami.

"Iya bu, Aira juga sudah men-DP sebuah rumah tak jauh dari kantor," ucapku menjelaskan pada ibu.

"Apa?! Kalian akan pindah rumah?" tanya ibuku dengan nada tinggi.

"Iya, bu, kami ingin mandiri, supaya bisa merasakan rumah tangga yang sesungguhnya." jawab Aira lagi

"Baiklah jika itu keinginan kalian, ibu tak bisa melarang, kalian boleh pindah ke rumah baru kalian, tapi ada syaratnya." jawab ibu menyetujui keinginan kami.

"Syarat apa bu?" tanyaku dengan mengerutkan dahi.

"Apapun akan kami penuhi, bu, apa syaratnya?" ucap Aira menipali perkataanku.

"Syaratnya mudah kok, berikan seluruh gaji Arya untuk ibu seluruhnya. Bagaimana kalian setuju?" jawab dan tanya ibu dengan tegas.

"Baiklah kami setuju bu." jawab Aira dengan yakin.

"Gaji mas Arya, tujuh juta rupiah, tiga juta rupiah untuk cicilan rumah, dua juta rupiah untuk kebutuhan mas Arya, sisa dua juta rupiah untuk ibu, apa ibu setuju?" ujar Aira menjelaskan keadaan keuangan kami.

"Tidak, ibu tidak setuju, aku mau tiga juta sebulan." tegas ibu.

"Baiklah, untuk ibu tiga juta rupiah per bulan ya." ucapku menjawab ibu.

๐Ÿ’”๐Ÿ’”๐Ÿ’”๐Ÿ’”

Pertemuan dengan Lusi yang tak sengaja, dia seorang pelayan cafe tempat pertemuan dengan klien perusahaan. Dia cantik, ramah, dan ah, kenapa selalu tertarik pada orang yang baru kutemui.

Seringnya makan di cafe, membuat semakin terpesona oleh kecantikan Lusi. Langsung saja ku beranikan diri kenalan, dan minta nomor telepon, dengan sedikit gombalan nomor pun langsung ku dapatkan.

Setelah dapat nomor telepon, komunikasi antara kami semakin intens. Aku seolah lupa dengan Aira sebagai istriku, perhatian, perasaan nyaman yang aku dapat dari Lusi menjadikan semakin jauh dari Aira.

Entah, kenapa aku selalu mudah jatuh cinta sama perempuan cantik ya wajarlah, aku lelaki normal wajah juga tampan. Banyak karyawan wanita di kantor yang selalu tebar pesona agar dapat perhatian dariku.

Malam itu, ketika hasrat tak bisa di bendung, Aira tak kunjung pulang, aku putuskan mengajak kencan Lusi, hingga akhirnya bisa ku lampiaskan hasrat yang tadi mengebu pada Lusi, dan kami melakukan sesuatu yang biasa di lakukan suami istri. Ternyata Lusi sangat padai di ranjang, membuatku puas, seperti mendapat oase di padang pasir, diri ini yang sudah lama tak dapat nafkah batin dari istri, meskipun Lusi sudah tak perawan lagi saat aku menyentuhnya.

"Terima kasih, ya sayang, aku puas banget sama permainanmu." ucapku setelah selesai percintaan kami, sambil mengecup keningnya.

"Sama-sama mas, yang penting besok mas harus turuti apa mauku ya." dengan manja Lusi memintaku menuruti maunya.

"Tenang aja, sayang apapun itu, pasti mas turuti, tapi satu kali lagi ya." ucapku dan mulai mencium bibir mungil itu, dan ronde kedua pun terjadi.

Sejak malam itu, aku dan Lusi semakin sering bertemu dan berakhir di ranjang tentunya. Hingga suatu hari, dia memberi kabar yang sangat aku tunggu, dia hamil dan aku akan jadi seorang ayah, senang nya hatiku.

"Mas, aku mau kasih kamu kabar gembira." ucapnya manja sambil menyerahkan benda tipis dengan dua garis tercetak disana.

"Apa ini, sayang?" tanyaku sambil mengambil benda tipis itu.

"Itu testpack mas, alat test kehamilan, aku hamil, mas." ucapnya dengan tersenyum manis.

"Kapan mas akan nikahi, aku?" tanyanya dengan lesu. Mungkin dia takut aku tinggalkan.

"Tenang saja sayang, mas akan datang ke rumah orang tuamu, dan akan segera melamarmu, tunggu saja ya, percaya sama mas ya." ujarku meyakinkannya.

Seminggu setelah pertemuan dengan Lusi yang menyampaikan kabar gembira itu, aku katakan pada ibu, dan juga memperkenalkan Lusi pada ibu. Ibu setuju dan senang bertemu dan bersama Lusi, dia yang mudah akrab sangat cepat mendekati dan mengambil hati ibu.

Seminggu setelah perkenalan ibu dan Lusi, lamaran pun kulakukan, dan dua minggu kedepan adalah pernikahanku dan Lusi. Meskipun hanya pernikahan siri, tapi masalah pesta pernikahan, mereka keluarga Lusi minta diadakan dengan cukup mewah.

Pagi ini, aku dan seluruh keluarga, bersiap ke gedung pernikahan melakukan akad nikah kedua dengan Lusi.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Lusi Rahmawati binti Rahmad Dermawan, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan seberat 15 gram di bayar tunai." ucapku lantang

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya pak penghulu.

"Sah... Sah... Sah...." jawab para saksi serempak.

Setelah menyelesaikan ijab kabul, kamipun menuju ruang resepsi. Saat asyik bercengkerama dengan Lusi di pelaminan, suara Aira.

"Lagu ini aku persembahkan untuk mempelai pria Mas Arya Wiguna suamiku yang telah menikah lagi dengan mbak Lusi Rahmawati aku ucapkan selamat ya lagu ini buat kado pernikahan kalian." ucap Aira sebelum menyanyikan lagu.

Betapa terkejut nya aku, panik bagaimana ini, apa yang akan aku jelaskan pada Aira, pada keluarga nya.

Plak

Tepukan Lusi di bahuku, meyadarkan dari lamunan tentang Aira.

"Mas, ternyata istrimu, mbak Aira penyanyi terkenal di kota ini ya." tanya Lusi dengan wajah cemberut.

"Iya, kamu juga sudah tahu aku suami orang kan, jadi jangan marah dong, mas pasti lebih perhatian sama kamu bukan ke istri pertamaku itu." ujarku membujuk Lusi.

"Kulepas dengan ikhlas Mas Arya Wiguna, untuk mu mbak Lusi Rahmawati selamat untuk kalian berdua. Dan tunggu surat sidang cerai kita ya mas, terima kasih untuk lima tahun kebersamaan kita." pamit Aira sambil berjalan menuruni panggung.

"Akh, kacau semua, tapi besok saja aku urus Aira, hari ini ku nikmati dulu pernikahan yang telah menghabiskan sebagian besar uang tabungan."

TBC

Bab terkait

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย Bab 5

    Kulepas Kau dengan Ikhlas 5Part 5POV AiraHari ini, aku berencana memeriksakan kandungan ke dokter. Usia kandungan yang telah memasuki 7 bulan atau trimester ketiga ini dan perut yang sudah terlihat membuncit, harus periksa dua kali sebulan, semoga hasil pemeriksaan nya nanti anak dan ibu sehat, amin. Doaku sebelum berangkat. "Ma, Aira, berangkat dulu ya," pamitku pada mama sambil mencium punggung tanggannya. Jalanan terlihat lenggang, aku bisa cepat sampai rumah sakit. Hanya butuh waktu 20 menit perjalanan dari rumah ke rumah sakit tempat periksa kehamilan ini. Setelah sampai, membayar ongkos taksi online, mengucapkan terima kasih pada sang driver, berjalan menuju poli kandungan, karena sudah terdaftar tinggal menunggu namaku di panggil. Saat duduk manis di ruang tunggu, sambil mainkan game di HP, suara yang tak asing lagi memanggil diri ini. "Aira, sedang apa kamu di sini?" tanya mas Arya dengan ekspresi bingung"Dan kamu, perut mu, kamu hamil Aira, kamu hamil anak aku?" tany

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย bab 1

    kulepas Kau dengan Ikhlas 1Part 1"Hai Ra, ini bukankah ini nama dan foto suamimu?" tanya Aini padaku sambil menyerahkan sebuah undangan pernikahan yang terdapat foto dan nama lengkap suamiku dan wanita yang ada di rumah mertua, minggu lalu yang dikenalkan sebagai sepupu padaku. Seminggu lalu, setelah latihan menyanyi bersama tim, aku mampir ke rumah ibu mertua. "Assalamualaikum bu," ucapku sambil masuk ke dalam rumah, karena kebetulan pintu rumah ibu terbuka lebar. Sampai di ruang keluarga, aku lihat ibu sedang asyik berbicara dengan seorang wanita. "Assalamualaikum bu," ku ulang salam yang telah aku ucapkan tadi. Mereka berdua kaget melihat aku berdiri tak jauh dari mereka. "Waalaikumsalam, Aira kamu datang kok tidak beritahu ibu dulu?" ibu menjawab dengan gugup dan seperti ada yang di sembunyikan. "Baru saja sampai bu, tadi mengucap salam tapi tidak ada yang jawab, pintu rumah pun terbuka lebar, jadi Aira masuk saja, biasanya ibu sedang masak atau lihat tv, maaf ya bu." ucap

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย Bab 2

    Kulepas Kau dengan Ikhlas 2Part 2Hari ini hari pernikahan kedua mas Arya dengan wanita bernama Lusi. Dari dua minggu lalu mas Arya sudah jarang memberikan kabar kepadaku, komunikasi antara kami seolah terputus, saat aku menelepon dia akan marah dan tak usah mengganggu katanya maka sesuai keinginan nya aku tak akan pernah mengganggu nya. Bahkan memberikan kabar kehamilanku pun urung kulakukan, biarkan mas Arya tahu tentang anaknya setelah perpisahan kami dan kelahirannya kelak. Aku sudah bersiap untuk mengisi acara pernikahan kedua suamiku. Aku dan Aini sekarang dalam perjalanan menuju acara dan sebentar lagi akan sampai tujuan. "Ra, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Aini, dengan menggengam tanganku erat. "Baik Ai, sangat baik aku sudah mempersiapkan semua nya, aku juga sudah keluar dari rumah itu, aku sudah tinggal di rumah bersama orang tuaku." jawabku memandang lurus kedepan mobil yang berjalan ini. "baguslah kalau begitu Ra, kau tinggalkan saja suami seperti dia, biar dia menye

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย Bab 3

    Kulepas kau dengan Ikhlas 3Part 3Hari yang di tunggu pun tiba, hari ini Mas Arya datang ke rumah, yang telah aku beli setahun dari hasil kerja keras menjadi penyanyi dari panggung ke panggung dan juga menulis di berbagai platform kepenulisan. Aku sengaja memberi alamat rumah ini, agar dia tahu bahwa aku bisa memperoleh rumah dari hasil kerja keras selama ini, tanpa sepeserpun uang darinya. Tok... Tok... Tok...Ketukan pintu kamar, menghentikan aktivitas ku yang sedang menyelesaikan satu bab untuk cerbungku. "Sayang, Arya sudang datang, dia ada di ruang tamu bersama papa, cepatlah keluar ya nak!" perintah mama di balik pintu. "Iya Ma, Aira keluar sekarang." jawabku sambil merapikan penampilan, agar tak terlihat seperti orang setelah bangun tidur. "Bismillah, semoga keputusan dan penjelasan dari Mas Arya yang terbaik untuk kami, amin." ucapku sambil membuka pintu kamar. Berjalan menuju ruang tamu, kulihat papa, mama, mas Arya juga mama mertua sedang bicara serius sepertinya. Ma

Bab terbaru

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย Bab 5

    Kulepas Kau dengan Ikhlas 5Part 5POV AiraHari ini, aku berencana memeriksakan kandungan ke dokter. Usia kandungan yang telah memasuki 7 bulan atau trimester ketiga ini dan perut yang sudah terlihat membuncit, harus periksa dua kali sebulan, semoga hasil pemeriksaan nya nanti anak dan ibu sehat, amin. Doaku sebelum berangkat. "Ma, Aira, berangkat dulu ya," pamitku pada mama sambil mencium punggung tanggannya. Jalanan terlihat lenggang, aku bisa cepat sampai rumah sakit. Hanya butuh waktu 20 menit perjalanan dari rumah ke rumah sakit tempat periksa kehamilan ini. Setelah sampai, membayar ongkos taksi online, mengucapkan terima kasih pada sang driver, berjalan menuju poli kandungan, karena sudah terdaftar tinggal menunggu namaku di panggil. Saat duduk manis di ruang tunggu, sambil mainkan game di HP, suara yang tak asing lagi memanggil diri ini. "Aira, sedang apa kamu di sini?" tanya mas Arya dengan ekspresi bingung"Dan kamu, perut mu, kamu hamil Aira, kamu hamil anak aku?" tany

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย Bab 4

    Kulepas kau dengan ikhlas 4Part 4POV AryaNamaku Arya Wiguna, suami Aira Maheswari, lebih tepatnya sekarang mantan suami. Aku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyalur tenaga kerja ke perusahaan besar, atau bisa di bilang outsourcing. Gaji lumayan besar sepuluh juta perbulan itu aku peroleh sejak menjabat sebagai Manager cabang tempat aku bekerja. Kehidupan pernikahan yang terkesan dingin, membosankan, membuat aku mencari seseorang yang bisa membuat aku merasa nyaman. Yang tidak aku dapat dari Aira. Perkenalan singkat dengan Aira, saat itu yang sebagai pengisi acara di kantor tempat kerjaku. Dia tampil cantik dengan suara yang merdu, membuat aku jatuh cinta. Seusai acara ku datangi tempat para pengisi acara istirahat dan bersiap. Kudekati dia, minta nomor telepon nya, dengan alasan supaya mudah menghubungi bila ada acara di kantor lagi. Hari berlalu, komunikasi antara kami semakin intens, aku yang dulu hanya karyawan di perusahaan, mencoba melamar langsung pad

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย Bab 3

    Kulepas kau dengan Ikhlas 3Part 3Hari yang di tunggu pun tiba, hari ini Mas Arya datang ke rumah, yang telah aku beli setahun dari hasil kerja keras menjadi penyanyi dari panggung ke panggung dan juga menulis di berbagai platform kepenulisan. Aku sengaja memberi alamat rumah ini, agar dia tahu bahwa aku bisa memperoleh rumah dari hasil kerja keras selama ini, tanpa sepeserpun uang darinya. Tok... Tok... Tok...Ketukan pintu kamar, menghentikan aktivitas ku yang sedang menyelesaikan satu bab untuk cerbungku. "Sayang, Arya sudang datang, dia ada di ruang tamu bersama papa, cepatlah keluar ya nak!" perintah mama di balik pintu. "Iya Ma, Aira keluar sekarang." jawabku sambil merapikan penampilan, agar tak terlihat seperti orang setelah bangun tidur. "Bismillah, semoga keputusan dan penjelasan dari Mas Arya yang terbaik untuk kami, amin." ucapku sambil membuka pintu kamar. Berjalan menuju ruang tamu, kulihat papa, mama, mas Arya juga mama mertua sedang bicara serius sepertinya. Ma

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย Bab 2

    Kulepas Kau dengan Ikhlas 2Part 2Hari ini hari pernikahan kedua mas Arya dengan wanita bernama Lusi. Dari dua minggu lalu mas Arya sudah jarang memberikan kabar kepadaku, komunikasi antara kami seolah terputus, saat aku menelepon dia akan marah dan tak usah mengganggu katanya maka sesuai keinginan nya aku tak akan pernah mengganggu nya. Bahkan memberikan kabar kehamilanku pun urung kulakukan, biarkan mas Arya tahu tentang anaknya setelah perpisahan kami dan kelahirannya kelak. Aku sudah bersiap untuk mengisi acara pernikahan kedua suamiku. Aku dan Aini sekarang dalam perjalanan menuju acara dan sebentar lagi akan sampai tujuan. "Ra, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Aini, dengan menggengam tanganku erat. "Baik Ai, sangat baik aku sudah mempersiapkan semua nya, aku juga sudah keluar dari rumah itu, aku sudah tinggal di rumah bersama orang tuaku." jawabku memandang lurus kedepan mobil yang berjalan ini. "baguslah kalau begitu Ra, kau tinggalkan saja suami seperti dia, biar dia menye

  • Kulepas Kau Dengan Ikhlas ย ย ย bab 1

    kulepas Kau dengan Ikhlas 1Part 1"Hai Ra, ini bukankah ini nama dan foto suamimu?" tanya Aini padaku sambil menyerahkan sebuah undangan pernikahan yang terdapat foto dan nama lengkap suamiku dan wanita yang ada di rumah mertua, minggu lalu yang dikenalkan sebagai sepupu padaku. Seminggu lalu, setelah latihan menyanyi bersama tim, aku mampir ke rumah ibu mertua. "Assalamualaikum bu," ucapku sambil masuk ke dalam rumah, karena kebetulan pintu rumah ibu terbuka lebar. Sampai di ruang keluarga, aku lihat ibu sedang asyik berbicara dengan seorang wanita. "Assalamualaikum bu," ku ulang salam yang telah aku ucapkan tadi. Mereka berdua kaget melihat aku berdiri tak jauh dari mereka. "Waalaikumsalam, Aira kamu datang kok tidak beritahu ibu dulu?" ibu menjawab dengan gugup dan seperti ada yang di sembunyikan. "Baru saja sampai bu, tadi mengucap salam tapi tidak ada yang jawab, pintu rumah pun terbuka lebar, jadi Aira masuk saja, biasanya ibu sedang masak atau lihat tv, maaf ya bu." ucap

DMCA.com Protection Status