Share

5. Benang Kusut

"Enak makanannya?" tanyaku kepada bocah lelaki dihadapanku yang kelihatannya lapar sekali. Iapun menjawabku sambil mengangguk girang tak berhenti mengunyah.

Usut punya usut bocah yang lumayan mudah diajak berinteraksi itu bernama Chandra dan dia juga mengakui bahwa Mas Azka adalah papanya setelah aku menunjukkan foto suamiku yang tersimpan di galeri ponsel.

Betapa kecewanya hati ini, setelah drama tentang mencoba mengikhlaskan berbagi suami belumlah usai, kini akupun harus menerima sebuah kebohongan yang baru terungkap.

Ternyata anak yang sedang lahap menyantap telor ceplok buatanku adalah anak sambungku sendiri.

Teganya mereka semua, ini lebih menyedihkan dari menikahi seorang duda berbuntut tiga.

Parah, kebohongan Mas Azka dan tiga istrinya sangat-sangat membuatku kecewa.

Akupun segera berlalu setelah berhasil menenangkan anak lelaki itu kembali ke kamarnya.

Sumpah ...

Belum genap sehari aku tinggal disini, tapi mereka sudah berkali-kali membuatku kecewa. Entah kebohongan apalagi yang akan aku terima nanti.

Didepan kamar Mbak Damai, aku memberanikan diri untuk mempertanyakan semuanya, karena hanya ada dia orang yang tersisa dirumah pagi ini.

"Mbak!"

Tok

Tok

Sekali mengetuk, tak terdengar jawaban. Namun aku tak menyerah untuk mengetuk pintunya sekali lagi.

"Ada apa sih, kamu gak bisa liat orang tenang dikit!" omel mbak Damai seraya menyembulkan kepala usai pintu terbuka.

"Mbak, boleh bicara sebentar?" tanyaku berhati-hati.

"Tentang apa dulu!" tanya Damai dengan wajah malas.

"Keluar dulu mbak!" pintaku dengan sangat.

"Kalau gak penting mendingan nanti aja!" wanita bertubuh gemoy itu menyahutku dengan ketus.

"Ini penting buatku mbak?" akupun terus meyakinkan.

"Haaah, ngomong disini aja, cepet!" mbak Damai mendesak, sambil mendesah malas, akhirnya wanita itu bersedia mengeluarkan seluruh tubuhnya yang sedang melakukan perawatan lulur dan masker.

Tak ingin membuang waktu, akupun segera mengutarakan tanda tanya dibenakku.

"Mbak, kenapa kalian semua gak ada yang ngasi tau saya soal anak itu?" kesahku kemudian.

Mbak Damai terlihat mendengkus sambil melipat kedua tangan didada.

"Anak, kamu sudah ketemu anak itu?" tanyanya memastikan.

"Namanya juga satu rumah mbak, mana mungkin saya gak ketemu!" terangku lagi, lelah sekali.

"Oh baguslah. Jadi saya gak perlu repot lagi kasi penjelasan." sahutnya enteng.

Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah balik mengeluh padaku.

Melihat ekspresi mbak Damai, sebenarnya aku ingin sekali mencakar wajahnya yang menyebalkan itu.

Akan tetapi, akhhh ... bisa hancur reputasiku sebagai gadis baik dan kalem jikalau baru sehari menikah sudah main cakar-cakaran dengan istri tua, biar bagaimanapun pernikahan ini aku sendiri yang menyetujuinya dan bodohnya lagi, tak mungkin aku tidak tahu konsekuensi tinggal serumah dengan para maduku.

"Kenapa kalian semua tega berbohong padaku? bukannya kemarin mbak Lena bilang kalau ketiga istri mas Azka belum ada yang bisa melahirkan anaknya." protesku yang beruneg-uneg ini.

"Emang iya! Makanya kamu dikasi obat penyubur, biar pas malam pertama langsung tokcer, udah kan malam pertamanya? Nah semoga bentar lagi Mas Azka segera dapat momongan dari kamu!" ucap mbak Damai lagi tak kalah santai.

Astaga ... Damai sekali hidupnya, sampai-sampai suami punya istri barupun pikirannya sudah sedamai itu?

Dan apa tadi, Obat penyubur? Jadi obat yang mereka pertanyakan tadi pagi adalah obat penyubur rahim? Ya Tuhan, sebenarnya dimana otak para istri mas Azka berada?

Setauku, dimana-mana biasanya para istri tua sibuk melakukan apapun guna mencegah istri mudanya segera mengandung.

Tapi ini, oh maygaaat!!

Sekalipun tidak semua, setidaknya ada salah satu yang keberatan dengan kehamilan istri muda, karena sudah pasti jatah kasih sayang yang mereka dapatkan akan berkurang dan terbagi.

"Elva!" sentak mbak Damai didepan wajahku yang melamun tak habis pikir.

"Iya mbak!" sahutku cepat.

"Itu tadi ... Si anu... itu ... si cacan, tolong dijaga, jangan sampai dia berantakin rumah dan jangan sampai dia keluar rumah, saya mau skinkeran dulu, cape banget!" pesannya sebelum berlalu.

"Tapi Mbak, tolong jelaskan dulu!" akupun mengejar informasi.

"Hadeeh, gini ya Elva Ivara, pokoknya kamu gausah jadiin beban, anggap saja si cacan itu anak majikan. Lagian kamu tinggal jagain dia untuk hari ini aja kok." saran mbak Damai kemudian.

Sekali lagi, masih dengan gayanya yang paling damai tanpa beban sedikitpun. Bukannya mendapat keterangan, aku malah terbelit benang yang kusut, membuatku semakin sakit kepala.

"Mana bisa begitu mbak ... apalagi tadi dia sebut Mas Azka itu papanya?" kejarku pada informasi penting itu.

"Ya ... memang tidak ada salahnya juga sih kalau cacan panggil dia Papa!" selanya lagi mengangkat kedua bahu ragu-ragu.

"Mbak, saya serius!" kesahku menyela.

Dimana kebenarannya, kenapa tadi mbak Damai membenarkan perkara mereka semua yang memang tidak memiliki anak dari mas Azka, lalu tiba-tiba sekarang dia juga membenarkan jika mas Azka memang pantas disebut papa.

"Saya juga serius, memangnya muka saya ini kelihatan becanda?" tanyanya mulai galak.

Mulutku terbungkam seketika, sebab aku tidak biasa dibentak.

"Hadeeh, keburu kering nih maskeran! Kamu sih tanya-tanya mulu!" gerutunya mengabaikan aku.

"Mbak tolong dijawab!" mohonku memelas, aku terpaksa menghalangi langkahnya yang ingin kembali masuk kamar.

Wanita gemoy itu mendesah lelah meladeni pertanyaanku. Salah sendiri, apa susahnya tinggal menjawab, sebenarnya Cacan itu anak siapa?

"Jangan ajak saya ngobrol lagi, bisa kan? kalau kamu masih penasaran dan pengen tahu cerita eksklusifnya silakan tanya langsung kepada narasumber." singkatnya begitulah sahutan sang madu ketigaku.

Setelah itu, mbak Damai segera menyingkirkan tubuhku, dan langsung menerobos menutup pintu kamar dengan kasar, membiarkan aku yang masih terdiam ditempat, penuh tanda tanya.

"Mas Azka tolong jelaskan, siapa Chandra?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
jawabannya bukan di azka ya elva jawabannya ada diothor tapi emang othornya tuh suka banget yg nmnya benang kusut jangankan km readersnya j dah mumet pingin tau tuh c tuyul mungil anak siapa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status