Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku
Ini lebih mengenaskan dibanding menikahi seorang duda berbuntut tiga.
Pernikahan macam apa yang kulakukan dan rumah tangga macam apa yang ingin kubangun?
Ketika dengan bodohnya aku bersedia menyetujui lamaran dari pria yang sudah menyimpan tiga istri dirumahnya. Parahnya lagi, aku baru mengetahui jika dia juga telah memiliki seorang anak yang sebelumnya tak pernah diterangkan kepadaku.
Kuakui, suamiku memang layak diperebutkan oleh banyak wanita diluar sana, bahkan setelah memiliki istri genap empat orang, ia tetap menjadi sasaran renyah para pelakor.
Salahnya, kami sama-sama belum dianugerahi perasaan cinta satu sama lain, bahkan setelah kami sampai pada situasi malam pertama, tak ada cinta, tak ada rasa, namun anehnya kami bisa melewatinya.
Ya ... Aku memang harus melepas keperawanan pada suamiku walau tak cinta, dengan alasan sederhana yaitu statusku yang kini telah menjadi seorang istri.
Tapi ... sesungguhnya hubungan kami yang rumit ini masih menyimpan teka-teki yang akupun tak mengerti, intinya pernikahanku tak sesimpel dari sekedar pelaksanaan akad, tidur bersama, dan satu atap. Apalagi ketiga maduku secara diam-diam mengingkari perjanjian kami.
Read
Chapter: 54. Rumah Baru"Sudahlah Elva, ayo kita pulang!" tak henti-henti kak Abi dan bapak mengatakan kalimat memuakkan itu.Bukankah sudah kukatakan, aku ingin bermalam disini menemaninya."El, kamu gak bisa disini, ini bukan tempatmu!" kak Abizar kembali membujukku, begitu pula dengan beberapa petugas disana."Aku tahu ini bukan tempatku, dan seharusnya ini juga bukan tempat yang pantas untuk bapak!" Kutepis semua nasihat itu, karena yang kukatakan adalah kebenaran, aku harus berjuang untuk itu."Kita selesaikan ini besok, El!" Astaga, kak Abizar tak bosan-bosan mengajakku untuk pulang.Tentu saja, itu membuatku mengeratkan pelukan pada bapak, sekalipun sudah terbatas oleh besi."Kamu istirahat dirumah ya nak, datanglah besok, bapak gak mau kamu tinggal disini." sejak tadi setelah makan dengan lauk tumis kangkung buatannya, dengan penuh kelembutan dan kesabaran bapak memang terus mengatakan hal yang sama, yaitu menyuruhku segera pulang. Tapi bukankah itu sangat kejam? Sebagai anak, aku tidak mungkin be
Last Updated: 2025-01-25
Chapter: 53. Tempat Bermalam Yang Dingin "Pak, tolong jangan bawa orangtua saya, dia tidak bersalah!" mohonku segera berlutut menarik kaki seorang Polisi yang sudah memegang kedua tangan orang yang aku sayangi."Ini perintah, mbak tidak boleh menghalang-halangi kami!" dengan tegas, pak polisi berkumis tebal itu menjawabku. Ia juga memperlihatkan surat itu lagi, surat yang tadi kuabaikan karena merasa ketentuannya tidaklah adil dan mendasar."Mana mungkin bapak saya mencelakai orang, dia sudah berhenti bekerja sebagai supir truck sejak empat bulan yang lalu." Sebagai bukti, akupun menunjukkan kebun sayuran organik yang dikelola bapak dibelakang rumah, pun dengan menunjukkan tidak adanya mobil truck yang terparkir didepan rumah. Hanya saja, untuk sementara ini aku memang tidak bisa memperlihatkan surat pemberhentian kontrak atas pekerjaan bapak, karena ia memang hanya sebagai sopir lepas. Entahlah... setahuku bapak memang tidak menerima jaminan apa-apa di perusahaan tempatnya bekerja, sekalipun pekerjaan itu cukup beresiko.
Last Updated: 2025-01-22
Chapter: 52. Tabrak Lari, Terulang Lagi Belum tuntas rasa penasaranku tentang skandal yang disembunyikan mas Azka dan mbak Sonia akhir-akhir ini, tapi sekarang pria itu membuat perkara baru, yakni tak membiarkan aku bertemu muka dengan para istri-istrinya, ada apa sebenarnya?Padahal, baru saja aku ingin membuka komunikasi lagi dengan mereka termasuk pula Chandra, karena harus kuakui aku mulai menerima mereka semua, yang kini telah kuanggap adalah bagian dari diriku. Sekalipun tidak serta-merta kami semua akan selalu berbahagia dan saling menghormati, dan tak ada jaminan jika kami akan terus selalu akur, tapi aku yang menginginkan kerukunan terus terjaga tentu akan berusaha berbuat yang semestinya. Namun, belum apa-apa semangatku sudah terpatahkan oleh sikap mas Azka yang tidak jelas."Apa mas? Kamu kembalikan aku ke bapak, apa itu artinya kamu benar-benar ingin melepaskan aku?" tentu saja, dengan cepat kuajukan pertanyaan itu, mempertanyakan maksudnya, aku butuh kejelasan, aku butuh konfirmasi tentang sikapnya.Sekalipun
Last Updated: 2025-01-15
Chapter: 51. Tetap Tinggal "Hueeekkk..." Terjadi lagi, dihari ketigaku dirumah bapak, aku mengalami mual-mual yang cukup parah, entah apa sebabnya setiap bangun tidur aku merasa kepala ini berputar-putar sampai-sampai aku tak kuasa untuk bangun walau hanya sekedar melaksanakan sholat subuh yang hanya membutuhkan waktu beberapa menit.Alhasil, selama dua hari ini aku selalu sholat dalam keadaan tak menentu, kemarin aku bisa sholat berdiri meski tak mampu lama dan itu bisa kuatasi dengan menambahkan surah pendek saja, akan tetapi hari ini aku tak bisa bangun sama sekali, dan hasilnya aku baru bisa bangun jam setengah sebelas pagi.Anehnya lagi, setelah pagi hari berakhir dan matahari mulai meninggi aku kembali segar seolah tak terjadi apa-apa. Dan masa segarku itu kumanfaatkan dengan memakan makanan beragam yang dibawa bapak sepulang dari pasar.Seperti pagi ini misalnya, setelah mual-mualku berhenti, akupun dengan lahap memakan buah pisang segar yang baru dipetik dari pohon. Rasa buahnya terasa sangat nikmat u
Last Updated: 2025-01-11
Chapter: 50. Kepalaku PusingDak dek dak dek, dalam suasana seperti ini, malah pura-pura mesra.. gak ngaruh!Aku langsung saja tersenyum kecut setelah membaca pesan mas Azka. Bagaimana mungkin ia bisa bersikap seolah tak terjadi apa-apa setelah mengabaikanku begitu saja. Aku sangat tidak mengerti dengan jalan pikirannya.Pesan mas Azka tak kugubris sama sekali, jangankan untuk membalasnya, menyentuh ponselnya pun aku sangat malas. Karena diri ini sudah mulai lelah, bergegas kuambil handuk dan menuju kamar mandi. Hari masih pagi dan udara sekitar pun masih segar dan dingin, Dihalaman belakang, kulihat bapak yang mulai memanen pakcoy yang siap dipilah pilih sebelum akhirnya diedarkan kepada para langganan. Halaman belakang rumah kami memang memiliki luas yang tidak seberapa, akan tetapi dengan lahan itu cukup membuat bapak kewalahan merawatnya, apalagi beliau belum memiliki anakbuah yang membantu pekerjaannya, semuanya dilakukan sendiri, untungnya lagi sayuran organik tidak terlalu sulit dibudidayakan."Ngapain l
Last Updated: 2024-12-16
Chapter: 49. Kamu Dimana?"Hahahaaa, kamu lebay nak." Gelak tawa bapak yang menggema diruang utama kediaman kami segera membuatku mendesah berat. Setelah mendengar ceritaku tentang mas Azka yang tiba-tiba membawaku ke Australia, lalu tiba-tiba mengajak pulang padahal belum sempat kami menikmati waktu berdua, kemudian aku yang istri sah mendadak diminta untuk bersandiwara menjadi asisten, seolah tidak ada hubungan apa-apa selain karena pekerjaan. Tak membuat pria yang telah merawatku sejak kecil itu emosi.Lantas ia malah menertawakan cerita itu, memangnya ada yang lucu?Lebay??? ada yang bisa menjelaskan, dimana lebaynya.Tak habis pikir dengan tanggapannya, hingga bibirku sudah maju seperti bebek. Apalagi sejak memulai cerita, aku sudah sesegukan merasa yang kualami ini teramat pahit. Anehnya, bukannya membelaku bapak malah tertawa gelak, ia gemas padaku dan mencubit pipiku. "Kok bapak malah ketawa sih?" kulontarkan pertanyaan itu dengan nada kecewa, apakah bapak tidak kasihan pada anaknya ini? harusnya b
Last Updated: 2024-12-12