Share

Bab 25

Kuayunkan kaki ini menuju penjual es cendol di depan pasar. Tak sampai sepuluh menit, aku telah sampai. Setelah memesan dua bungkus es cendol, aku bergabung dalam antrian. Menunggu pesanan selesai, netraku menyapu sepanjang jalan di depan pasar ini. Pandanganku terhenti pada seorang kakek yang duduk di trotoar.

Ada banyak keripik singkong serta keripik pisang, beralas karung beras, berjejer rapi di depannya. Tempatnya juga panas, tak ada atap atau apa pun yang melindungi kepala dari teriknya panas matahari jam dua siang ini. Hanya bayangan dari pohon besar di belakangnya, itu pun tak mengarah ke tempat beliau duduk.

"Masih banyak sekali, apa jualannya belum laku?" batinku.

"Ini, Mbak, pesanannya sudah siap," ucapan penjual es cendol, membuat aku menoleh ke sumber suara. Kuulurkan selembar uang kertas berwarna ungu untuk membayar.

Gegas aku mendekati kakek tersebut. Rasa iba kembali hadir, saat melihat sang kakek terlihat lesu.

"Kakek, saya mau beli keripiknya, berapa satu bungkusnya,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status