Share

Bab 32

Author: Nisa Khair
last update Last Updated: 2022-08-06 16:00:17

"Aku nggak apa-apa, Mas, Bu, Yah. Anggap saja Mas Fikri saudara jauh yang akan menikah. Ia akan menjemput bahagia bersama pasangan hidupnya kelak. Kita sudah diundang, maka kita wajib datang.

Mendo'akan mereka yang akan menempuh hidup baru tak ada salahnya bukan? Bukankah do'a baik akan kembali pada diri kita sendiri? Insya Allah aku kuat, ikhlas. Jadi tak usah khawatirkan aku."

Kini mereka bertiga melihatku setelah saling pandang beberapa saat. Kulanjutkan lagi bicaraku, nampaknya mereka masih menunggu jawabanku.

"Sudah ya, jangan berdebat lagi. Kita jalani saja yang ada di depan kita. Yang sudah terjadi ya sudah, jadikan pelajaran, jangan diungkit-ungkit lagi. Bikin capek hati dan pikiran. Oke?"

Dan mereka semua setuju. Ibu bahkan memelukku lama sekali.

Aku pamit ke kamar setelah merasa tak ada yang perlu dibahas lagi. Lagipula, entah kenapa terasa capek, padahal di rumah saja seharian. Eh, enggak ding, sempat ke pasar juga sama ibu, se
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 33

    "Bukan kangen aku kali, tapi kamu. Kan kamu yang ada di sana, otomatis dia ngeliatin kamu yang lagi kerja. Iya, nggak?""Enggak! Lihat, ini buktinya," kembali ia menunjuk kotak tersebut."Ya udah, kita buka aja kalau gitu, biar sama-sama tau apa isinya." Kedua tanganku baru akan mengeluarkan kotak tersebut dari plastik, saat terdengar suara salam dari depan rumah. Seketika gerakanku terhenti untuk melihat siapa yang datang. Rupanya Mas Dika sudah pulang. Saking asyiknya ngobrol sama Sinta, sampai nggak dengar suara mobilnya datang."Eh, lagi ada tamu ternyata, ya?" tanya Mas Dika begitu melihat keberadaan Sinta di depan televisi. Ia tersenyum ramah sembari mengangguk seperti biasa. "Ya udah, lanjutkan ngobrolnya, Dek, Mas mau langsung mandi," tambahnya lagi.Mas Dika sudah berlalu ke belakang. Kini aku beralih melihat Sinta. Yah, dia malah bengong lihat mas Dika yang menghilang di balik gorden."Woi, awas lalat masuk k

    Last Updated : 2022-08-07
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 34

    Bukan hanya sekali dua kali terjadi. Kadang pas lagi ngelamun, dapat ide, terus mau dituangkan ke kertas, eh keburu mengerjakan yang lain. Akhirnya idenya menguap deh, dan mesti bertapa lagi buat mencari ide. Masih bagus sambil bertapa, kadang mesti jalan dulu keliling rumah, lihat-lihat tanaman biar pikiran lebih fresh, sehingga ide pun mengalir lancar, dan ini tak bisa dipaksakan. Mesti pinter ngatur waktu sajalah kalau kubilang."Ya bener juga, tapi kan nggak baik kalau sering terjaga sampai larut begini, kalau siang juga jarang tidur, kan?" tanya Ibu sambil sesekali memijit pundakku. Membuat aku merasa tak enak, bukankah seharusnya aku yang memijit ibu, ini malah terbalik. Anak macam apa aku ini?"Lihat ini, sampai teraba tulangnya, mbok ya, badan itu dijaga, waktunya istirahat jangan dipakai kerja," lanjut Ibu lagi."Enggak juga, Bu, tidur juga kok, apalagi kalau di rumah sendirian, pasti tidur, meski sejam dua jam. Ibu nggak usah kuatir, ya? Ini mumpung idenya

    Last Updated : 2022-08-07
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 35

    Masih ada waktu sehari, bisa dipakai buat ngebut bikin desain gaun yang cantik..Dering ponsel membuat aku terjaga. Melihat jam di dinding, ternyata sudah hampir jam satu siang. Kedua mataku membesar, menyadari betapa lamanya aku tertidur pulas sejak pagi. Melihat sekeliling, masih terlihat pensil warna serta kertas berserakan di atas meja kamar. Sementara aku terbaring di atas dipan. Suara murotal yang kusetel sejak pagi masih menyala, kini melantunkan surat Ar Rahman.Gegas kuraih ponsel, sebelum panggilan berakhir. Sebuah nama tertera di sana. Kak Dirga?"Ya, hallo, assalamu'alaikum ... ," ucapku membuka percakapan."Wa'alaikumsalam ... . Itu suaranya kayak orang baru bangun, ya?" terdengar suara dari seberang, disertai suara bising kendaraan."Iya Kak, hoammmh ... ," jawabku, kemudian menutup mulut begitu sadar aku kembali menguap."Masih ngantuk banget, ya? Maaf, ya, Kakak nggak tau kalau kamu lagi istirahat."

    Last Updated : 2022-08-08
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 36

    Aku menurut apa yang disampaikan. Sementara ia segera berlalu ke dalam untuk mengabarkan kedatanganku. Dari tempat dudukku, aku bisa melihat isi butik ini. Sesekali aku mengangguk, mengagumi betapa indahnya gaun-gaun yang terpajang di sana. Tentu tangan-tangan terampil telah sangat telaten dalam mengerjakan tiap detailnya."Maaf Mbak, Ibu masih melayani klien, jadi Mbak Husna diminta menunggu sebentar di sini. Tidak apa-apa, ya?" ujar Mbak Sofia, begitu ia kembali."Iya, Mbak, tidak apa-apa," akan menjawab dengan jawaban singkat.Mbak Sofia mulai mengajakku mengobrol ringan. Kesan ramah semakin terasa saat berbincang dengannya. Menunggu selama hampir lima belas menit, terdengar suara yang tak asing bagiku. Bu Lutfi terlihat berbincang dengan sang tamu menuju pintu ke luar.Seorang wanita cantik dengan rambut sebahu, serta dress selutut, memperlihatkan betisnya yang putih seperti kaca. Namun, bukan ia yang membuat aku terpaku di

    Last Updated : 2022-08-08
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 37

    Perbincangan berlangsung beberapa lama. Hingga harus terhenti karena ada tamu yang hendak bertemu dengan Bu Lutfi. Dirasa cukup, aku segera undur diri.Jarum jam di tangan kiriku telah menunjuk angka tiga kurang sepuluh menit, ketika aku melangkahkan kaki meninggalkan butik milik Bu Lutfi. Tak henti aku berucap syukur, atas nikmat dan rejeki hari ini. Berjalan kaki selama sepuluh menit, sampailah aku di sebuah outlet es krim yang tampak menggoda untuk dicoba. Tak menunggu lagi, aku segera memesan satu porsi untuk dinikmati. Kursi di sudut ruangan menjadi pilihanku, sebab dari sini, aku bisa melihat pemandangan di luar sana."Silakan, Mbak," ujar seorang pramusaji, membawa satu mangkuk berisi es krim yang terlihat lezat."Terima kasih," jawabku yang dibalas dengan anggukan, kemudian ia berlalu dari hadapan."Oke, mari senangkan diri, setidaknya dengan es krim ini," gumamku.Perlahan aku mulai menyuapkan es krim ke mulut. Alhamdul

    Last Updated : 2022-08-09
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 38

    "Nah, sudah sampai. Silakan, Mbak Husna."Sampai di sini aku masih bertanya-tanya, dengan apa maksud dari semua ini. Pak Hanan sudah bergerak lebih dulu untuk memesan satu porsi. Aku ikut bergerak juga akhirnya, memesan satu porsi untukku.Di sebuah meja yang belum terisi, kami berdua duduk berseberangan, dalam diam, menunggu pesanan. Canggung juga duduk berhadapan dengan Pak Hanan di tempat seperti ini. Tak lama kemudian, pesanan kami telah datang."Mari, Mbak Husna," ujar Pak Hanan, yang mulai menyendok es krim.Sebenarnya selera makanku sudah berkurang, sebab kepikiran kejadian beberapa saat lalu. Tapi demi menghargai Pak Hanan, kuikuti juga gerakannya menyuap es krim ke mulut. Pak Hanan juga cuma senyum-senyum lihatin aku sambil menikmati es krim. Ini orang kenapa, ya?"Pak," ujarku membuka percakapan."Ya?""Terima kasih, ya?""Terima kasih untuk?""Untuk bingkisan Faber Castell, sama kue-kue, sama yang barusan di bawah.""Oh, sama-s

    Last Updated : 2022-08-09
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 39

    "Kalian tau apa itu jodoh? Lihatlah kalian berdua. Lihatlah sesaat ke belakang kalian apa yang sudah menimpa kalian, kalian pernah sama-sama hampir menikah, tapi apa, gagal, kan? Ibu dipertemukan dengan Nak Husna saat kecelakaan di perempatan jalan, ibu yakin itu juga bukan kebetulan. Benar yang kamu katakan, Dirga, bahwa kebetulan itu tidak ada, semua sudah diatur olehNya.Lantas lihat apa yang terjadi di depan kalian berdua, lihatlah siapa yang ada di depan kalian sekarang ini ... ."Sampai di sini aku tak bisa mendengar apa pun yang disampaikan oleh Bu Ndari dengan suara yang mulai serak. Kepalaku semakin berat, lantas semua menjadi gelap..Aku berada di sebuah taman yang dipenuhi dengan tanaman bunga mawar warna putih. Sepanjang mata memandang, hanya lautan warna putih yang dominan terlihat oleh indera penglihatan. Pandangan mataku teralihkan dari mengagumi mawar putih yang sedang bermekaran, pada pria berpakaian serba putih yang meminta supaya ta

    Last Updated : 2022-08-10
  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 40

    "Kalau dipikir-pikir, dunia ini sempit, ya? Kita udah ke mana-mana, melakukan banyak hal, tetep ketemu juga. Sekarang malah di sini, ni, berdua. Udah cocoklah, ya, Kak Dirga belajar jadi calon suami buat Dek Husna, iya nggak?""Ha?""Maaf ya, Na, dulu pernah mengabaikan kamu ... ."Suara lirihnya, entah kenapa membuatku merasa bersalah. Bukankah aku juga melakukan hal sama, dulu."Itu, satu bulannya boleh diskon nggak, sih?""Maksudnya, Kak?" tanyaku ingin tau."Ya kamu, kan waktu itu minta waktu satu bulan. Diskon ya, diskon, please ... ."Kedua tangannya ia katupkan di depan dada, membuat gerakan memohon, membuat aku mengulum senyum melihat tingkahnya."Dikira orang jualan apa, ya, pakai diskon segala," ujarku, dengan senyum dikulum."Kelamaan, Na. Diskon, ya?" Ia kembali memohon."Cabal atuh, cabal."Ia malah terkekeh mendengar jawabanku. Bersamaan dengan itu, pi

    Last Updated : 2022-08-10

Latest chapter

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 4

    Aku dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, serta memiliki peralatan yang lengkap. Di sana aku mendapat perawatan yang lebih baik."Aku akan cacat, Dam!" raungku, lalu suaraku menggema di ruang pemeriksaan."Kamu pergilah, aku sudah tak pantas lagi untukmu. Sudahlah nggak kunjung hamil, sekarang harapan mata kiriku … ."Ia telah melintangkan telunjuknya di bibirku."Sudah, jangan diteruskan. Aku tak akan ke mana-mana, Mei. Kamu istriku, apa pun kondisimu, aku akan tetap di sisimu. Tetap semangat, ya, nanti aku usahakan cari pengobatan yang terbaik. Kalau perlu kita cari donor mata buat kamu."Tergugu aku dalam dekapannya. Aku hampir putus asa, sebab harapan untuk pulih hanya sedikit. Hal ini tentu berpengaruh besar pada penampilanku nanti.Aku terus bertanya-tanya, kenapa harus menerima ini? Aku menolak takdir, bahwa mata kiriku tak bisa pulih seperti sedia kala.Sementara itu, Husna dan Hanan justru memberikan dukungan

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 3

    Masih jam sepuluh pagi, saat kuselesaikan laporan penjualan bulan ini.Seorang office boy memasuki ruanganku dengan membawa kotak nasi. "Dari siapa," tanyaku saat kotak tersebut diletakkan di meja sesuai titahku."Dari Pak Hanan, Bu," jawabnya, lalu pamit ke luar.Dahiku mengernyit, lalu menghirup aroma ayam bakar yang menguar.Kedua mataku membola saat membaca nama yang tertera pada selembar kertas yang menyertai nasi kotak tersebut.Yang berbahagia, Rashida Husna dan Hanan Wijaya.Tanganku meremas kertas tersebut hingga tak berbentuk. Terbayang senyuman Husna atas kelahiran buah hati yang mereka nantikan. Sekali lagi aku kalah olehnya. .Hanan semakin mempesona di mataku, terlebih ia telah memiliki seorang bayi yang lucu. Meski cemburu pada Husna, aku tetap menyapa anak itu setiap kali bertemu.Bagaimana aku bisa melewatkannya, anak itu sungguh menggemaskan. Lehernya hampir tak te

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 2

    Hanan kian sering memuji desainnya, serta hasil jadi berupa perhiasan siap pakai yang memang laku keras di pasaran.Kulihat matanya selalu berbinar setiap menyebut nama itu. Karir Husna pun kian bersinar. Hatiku dibakar cemburu. Hanan tak pernah seperti ini sebelumnya. Namun, jauh di lubuk hati, aku tak mengingkari peran Husna di sini. Siapa sangka, perempuan biasa itu memiliki kecerdasan luar biasa, hingga dapat membaca selera pasar dalam waktu singkat. Tak jarang kudapati ia mengenakan beberapa hasil desainnya meski hanya sebentar. Memang dasar mis kin. Kalau pengen kan tinggal beli, ngapain dipakai lalu dilepas lagi.Kesejahteraan karyawan kian ditambah. Setelah kenaikan gaji, kini ganti uang makan yang dinaikkan, bahkan nasi bungkus serta nasi kotak pun sering datang lebih awal, hingga para karyawan tak perlu jauh ke luar saat istirahat.Itu semua imbas dari omset penjualan yang melejit berkat desain Husna, sebab peranku d

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Ekstra Part 1

    POV MeisyaAku telah sangat percaya diri, bahwa mudah bagiku menaklukan seorang Hanan. Desakan sebab usia menjadi salah satu sebabnya.Akulah perempuan di ambang usia tiga puluh. Usia yang menjadi momok bagi perempuan untuk segera mengakhiri masa lajang.Demikian halnya dengan aku. Orang tuaku telah semakin gelisah memikirkan jodoh untukku. Sementara aku tak ambil pusing, kecuali saat satu kata dilontarkan, yakni perjodohan.Aku mulai mencari seseorang yang tepat, setidaknya, sebelum usiaku genap tiga puluh, aku telah memiliki calon ke jenjang pernikahan. Karirku bagus, penjualan tak pernah turun sejak kupegang. Wajahku pun terhitung menarik, tubuhku juga ramping. Tak ada yang kurang di hidupku, kecuali satu, pasangan hidup. Bukan karena aku tak laku, hanya saja aku pemilih. Beberapa kali aku menjalin hubungan, sebanyak itu pula harus kuakhiri sebab aku merasa lebih tinggi.Berbeda dengan Hanan. Ia tak seperti lelaki k

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 166 (Ending)

    Ia menepati ucapannya untuk membawa kami jalan-jalan, tepat setelah bukan kembar pulang sekolah.Ia membayar waktunya dengan membawa aku ke salon untuk perawatan seluruh badan. Sementara itu, anak-anak ia bawa ke arena bermain, tak jauh dari salon ini berada. Aku segera menyusul begitu selesai dan kembali merasa rileks."Masya Allah, cantiknya istriku," sambutnya, begitu aku telah sampai. Aku tersipu, lantas mengucapkan terima kasih. Si bungsu segera kuambil alih, untuk kuberi ASI. Kedua kakaknya melanjutkan bermain.Setelah menghabiskan waktu seharian, kami dibawa ke rumah orang tuaku. Rumah ibu kian riuh dengan suara anak-anakku, juga anak-anak Mas Dika.Wahyu dan Fajar terlihat antusias saat Mas Dika mengajari gerakan membela diri. Ya, meski mereka telah dimasukkan ke kegiatan yang sama di dekat tempat kami tinggal, tetap saja mereka terkesan dengan gerakan baru dari Mas Dika."Na, mumpung kamu di sini, ibu mau kasih kabar," ujar Ibu, saat aku s

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 165

    Tangan kecil itu membingkai wajahku, lalu menghujani wajah dengan kecupan tanpa henti."Aku sayang Ibu. I love you, Ibu," cetusnya lagi.Mata kukerjapkan beberapa kali, saat kurasai telapak tangan yang menempel di pundak."Mbak Husna, bangun, Mbak."Suara Bu Ratna mengiringi gerakan tangannya yang terhenti.Terlihat di depanku, Fajar yang sedang terlelap. Sebuah buku yang terbuka di atas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, menandakan aktifitas sebelum ia benar-benar memejamkan mata.Jika ia sedang terlelap sedamai ini, lalu ulah siapa beberapa saat tadi?"Mbak, pindah ke kamar, ya. Tidur sambil duduk begini, Mbak Husna bisa capek, nanti," ujar Bu Ratna lagi.Kuamati diri sendiri. Duduk bertumpu di lantai, dengan tangan bersandar pada sisi ranjang di samping Fajar. Kurasai kalau lututku mulai terasa sulit digerakkan.Di seberang tempatku duduk, Wahyu pun terlihat tak jauh berbeda dengan sang kakak.

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 164

    "Ibu, gendong."Semakin dekat dengan hari persalinan, semakin bertambah juga kemanjaan kedua anakku.Bergantian mereka berdua mengulurkan kedua tangan meminta aku menggendongnya.Aku pun tak bisa menolak, selain menuruti keinginan mereka. Kapan lagi bisa kugendong, sedangkan mereka sudah tumbuh semakin besar."Gendong sama ayah, ya, Nak, kasihan dong, adik kegencet, kamu kan sudah besar sekarang," tawar sang ayah, jika kebetulan melihat dan mendengar permintaan sang anak."Nggak mau, mau sama ibu aja," jawabnya selalu. "Nggak papa, Yah," jawabku, mencoba menenangkan. Mereka baru mau lepas setelah lama dibujuk.Pagi selepas Subuh, persis seperti saat kelahiran Fajar, bayi itu lahir dengan persalinan normal.Ia bergegas mengadzankan anak itu, dengan suara parau. Lantas kecupan penuh cinta ia labuhkan di kening bayi suci tersebut, sebelum akhirnya diletakkan di dadaku, untuk menikmati ASI pertama."Alhamd

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 163

    Berkunjung ke rumah Mama, artinya membuka kenangan lama. Tiba-tiba saja aku rindu, melihat kelebat kenangan yang hadir tanpa permisi.Foto pernikahanku terdahulu, bahkan masih terpajang di ruang keluarga rumah ini."Tante kecil," ujar Wahyu. Tangannya telah mulai beraksi, hendak menyentuh pipi dan hidung bayi mungil itu.Melihat bayi Mama yang tengah terlelap, justru menghadirkan kenangan saat Fajar baru hadir di kehidupan kami.Ia telah melakukan banyak sekali hal baik selama hidup bersamaku, tapi, kenapa kenangan buruk itu yang justru muncul di sini?Kutepis pikiran yang hadir, dengan ikut membaur pada kedua anakku yang sibuk dengan Tante barunya. "Iya, Sayang. Hati-hati pegangnya, ya. Coba tanya Oma, siapa nama Tante yang cantik ini?" "Oma, siapa nama Tante kecil ini?" tanyanya patuh."Tante Hapsari, Sayang," jawab Mama, lalu dielus-elusnya kepala Wahyu.Nama yang cantik, untuk bayi dengan wajah bu

  • Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku   Bab 162

    "Heh? Serius ngidam pizzanya Bu Lisa?" tanyaku tak percaya.Bukannya apa, selama ini ia paling anti makanan dari olahan tepung. Banyak sekali alasannya, yang susah dicerna lah, yang bikin perut begah lah, dan masih banyak lagi.Sampai kucoret daftar rerotian dari daftar belanja kalau kami sedang ke luar. Semua itu menjadi pengecualian kalau si kembar minta, baru ada menu roti, itu pun tak boleh banyak."Iya, dua rius, Kak. Ada cabangnya yang deket sini apa nggak, ya?"Melihat raut serius di wajahnya, membuat aku mengambil ponsel, lantas menghubungi nomer Bu Lisa."Waduh, maaf belum sampai sana Mas Dirga," jawab Mbak Lisa dari seberang telepon. Kulihat wajah ratuku, ia terlihat tak sabar menunggu jawaban."Ya udah, makasih ya, Mbak. Nggak papa, ada yang ngidam ini."Dan akhirnya sambungan telepon itu pun terputus, sebab ada suara yang memanggil Mbak Lisa."Gimana, Kak?"Tuh, kan, nggak sabar dia. Ba

DMCA.com Protection Status