Share

Bab 6

last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-01 14:40:18

Setelah menitipkan Dani di rumah Sinta, aku menuju SMP Nusa, selama perjalanan ku sepatkan menelpon Sinta.

[Assalamualaikum, Hanin kamu dimana?] sapa Sinta dari seberang sana terdengar di sekiranya ribut sekali mungkin suara murid-muridnya.

[Walaikumusalam, aku udah di angkot Sin, gimana berkasku diterima nggak?] tanyaku penuh harap, terdengar ia terkekeh mendengar pertanyaanku.

[Ya diterima 'lah, Aku nelpon Bapakku minta tolong biar di bilangin sama kepala sekolah] jawabannya membuatku senang sekaligus kaget, ingin rasanya sekarang ke peluk Hana dan Dani berkat mereka aku semangat untuk melamar kerja.

[Serius kamu, Sin? Emang kepala sekolah siapanya, Om?] tanyaku lagi semakin penasaran.

[Temen kuliahnya, Bapak. Aku juga dulu masuk ke sini di bantu sam Bapak. Udah ah, sini cepat] lanjut Sinta mendesak, dia pikir aku yang nyupir angkot apa di suruh cepat-cepat segala.

Sekitar 10 menit perjalanan akhirnya aku sampai di sekolah tersebut dan langsung di suruh ngajar, aku merasa seperti guru biasa bukan guru baru.

PoV Arga

Malam itu, setelah Hanin menyindirku yang selingkuh dengan Mita, aku merasa heran darimana ia mengetahui itu semua dan anehnya bibirku tidak bisa menjawab perkataannya yang menurutku sudah menginjak-injak diriku.

Karena terlalu kesal akhirnya aku memilih meninggalkan rumah dan menginap di rumah teman dekatku, namanya Doni, dia masih bujang.

Pagi hari; aku memutuskan untuk pulang, tapi alangkah kagetnya aku melihat Hanin dan anak-anak sudah rapi, pikiranku kemana-mana, aku takut Hanin meninggalkan rumah dan membawa anak-anak.

Segera kudekati mereka, tapi yang membuatku bingung Dani seperti ketakutan melihatku dan yang paling membuat hatiku sakit saat aku menggendongnya, putra bungsuku itu malah memberontak dan menangis sejadi-jadinya. Itu membuatku merasa bersalah, ada apa dengan Dani?

Setelah mengantar Hana sekolah, ada niatan di hatiku untuk melarang Hanin melamar kerja, tapi semuanya gagal karena Hanin mulai keras kepala bahkan ia mau turun dari mobil sedangkan posisinya lagi menggendong Dani yang sudah tertidur.

Aku memilih mengalah dan mengantarkannya ke rumah temannya Sinta, setelah itu aku bergegas ke kantor. Sebenarnya aku dan Mita tidak satu kantor, tapi kantor tempat kami bekerja bersebelahan.

***

Saat sedang asik mengerjakan beberapa file, kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 11, aku langsung teringat dengan Hana, langsung kusambar kunci mobil menuju ke sekolah hana.

Sekitar 20 menit, akhirnya aku sampai itupun dengan kecepatan yang bisa di bilang ngebut, dari dalam mobil kulihat Hana sudah menungguku di depan pagar sekolah. Aku langsung turun dan mendekati putriku itu.

"Maaf sayang Ayah terlambat, udah lama nunggu, Nak?" tanyaku sambil mengelus kepalanya Hana, kulihat ia mendongak menahan panas, mukanya sekarang sudah memerah.

"Iya Ayah, temen Kakak udah pulang semua," jawabnya sambil menyipitkan matanya manahan sinar matahari.

"Ya udah yuk, sekarang Kakak ke kantor Ayah, ya," ajakku, tapi Hana malah menggeleng.

"Mau sama Bunda aja," jawabnya, aku tersenyum lalu menggendongnya ke mobilku. Setelah ku dudukkan Hana ke dalam mobil, ku rogoh saku celanaku mengambil ponsel untuk mengabari Hanin sebelum menjalankan mobil.

"Kakak mau makan apa? Biar Ayah beliin," tanyaku.

"Mau es krim Ayah," jawabnya dari kemaren-kemaren mereka selalu meminta ice cream.

"Iya Ayah beliin, tapi makan nasi dulu ya," bujukku yang dibalas anggukan oleh Hana, aku mulai menjalankan mobil menuju kantor, di tengah jalan aku melihat rumah makan di sampingnya ada grosir juga. 

Langsung ku tepikan mobil dan kuajak Hana membeli nasi terlebih dahulu, setelahnya baru kami membeli ice cream.

"Kakak mau ice cream yang mana, Nak?" tanyaku, kulihat ia matanya melihat-lihat semua ice cream.

"Yang itu, Ayah," tunjuknya ke arah ice cream rasa coklat, langsung kuambil ice cream tersebut lalu ku kasih ke tangannya.

"Kenapa satu, Ayah?" tanyanya membuatku bingung.

"Kakak mau dua?" tanyaku lagi.

"Bukan buat Kakak, tapi buat Adek," lanjutnya membuatku langsung bungkam, terlihat jelas sekali aku tidak pernah menemani mereka makan atau jajan, aku tidak paham mereka berdua seperti apa, ternyata Hanin mengajarkan untuk saling berbagi.

"Buat Adek nanti aja sayang, kita nanti ketemu Adek sore ya, soalnya Ayah kerja dulu, kalo kita beli sekarang bisa cair ice creamnya, Adek" bujukku, kulihat ia mengangguk. Tanpa membuang waktu langsung kuambil beberapa makanan lagi untuknya di kantor, kemudian aku membayarnya kami kembali ke kantor.

Setelah selesai makan, Kulihat Hana sibuk menjilati ice creamnya sambil memegangi beberapa makanannya.

"Ayah kerja di kursi itu ya Nak, Kakak di sini aja makan makanannya ya," ucapku sambil mengelus kepalanya.

"Iya, Ayah," jawabnya, aku kembali kerja di kursiku sedangkan Hana ia duduk di sofa. Satu jam telah berlalu, aku tidak mendengar suara Hana lagi, ku alihkan pandanganku ke sofa.

Bibirku tersenyum melihat Hana sudah tertidur sambil memegang snack di tangannya, aku langsung bangkit dari kursi lalu mendekati, segera kuambil tisu kerena mulut Hana belepotan ice cream.

Setelah selesai, aku termenung melihat Hana yang tertidur pulas, seperti inikah rasanya menjaga anak seharian. 

***

Disisi lain Hanin sudah pulang dari sekolah, aku langsung nebeng di mobil Sinta, ikut ke rumahnya untuk menjemput Dani. Di perjalanan ku buka ponselku, kulihat ada pesan dari Mas Arga.

[Aku bawa Hana ke kantor] tulisnya keningku menyergit.

"Seumur-umur ia tidak mau membawa anak-anak ke kantor," gumamku yang terdengar oleh Sinta yang sedang menyetir.

"Kenapa lagi suamimu?" tanyanya, Sinta memang tahu kalo Mas Arga selingkuh karena aku sudah menganggapnya saudara jadi tidak ada rahasia di antara kami, kecuali yang benar-benar privasi.

"Dia bawa Hana ke kantor," ucapku.

"Biarin aja, biar dia tahu rasanya ngurus anak itu kayak gimana, jangan taunya selingkuh aja," omel Sinta membuatku mangut-mangut, benar juga apa yang dia katakan.

Tidak lama kemudian akhirnya kami sampai, dari dalam mobil kulihat Dani dan Fandi sedang bermain kejar-kejaran di teras.

"Riangnya anakku ada teman," ucap Sinta membuatku ikut tersenyum.

"Kamu titip anakmu disini aja sih, biar Fandi ada teman juga nggak usah cari pembantu," tawar Sinta yang kubalas anggukan.

"Iya nanti aku ngasih uangnya ke kamu aja," ujarku.

"Nggak usah, kasih ke Mbok Ijah aja, dia yang jaga kok sebenarnya gajinya juga udah aku lebihin sih, tapi kalo kamu mau ngasih gak apa-apa," lanjutnya lalu kami keluar dari mobil.

"Bunda!" teriak Dani saat melihatku, aku langsung tersenyum menghampiri putraku itu, ia berlari ke arahku lalu memeluk pahaku, ku gendong dia lalu kuciumi pipinya.

"Udah makan, Nak?" tanyaku.

"Udah bunda makan sama, Fandi," jawabnya membuatku gemas lalu menciumnya.

"Yuk masuk dulu Hanin, kita makan dulu," ajaknya, Sinta adalah seorang janda, suaminya meninggal saat ia sedang hamil 7 bulan dan sampai sekarang ia tidak ada niatan untuk menikah lagi.

Kami berempat masuk, kulihat Mbok Ijah sedang sibuk menyiapkan makanan, Sinta langsung menghampiri mbok Ijah ke dapur.

"Fandi nakal nggak, Mbok?" tanyanya.

"Nggak Buk, hari ini dia nurut terus karena ada temannya, biasanya makan harus di suapi tadi mereka minta makan sendiri sambil nonton," terang Mbok Ijah, aku tersenyum mendengarnya berarti Dani nyaman disini.

"Suka main sama Dani, Nak?" tanya Sinta pada Fandi yang sedang main mobil-mobilan.

"Suka, Ma," jawab anak kecil tersebut, Fandi lebih tua setahun dari Dani.

"Bunda, Kakak mana?" tanya Dani ternyata ia kangen sama Kakaknya tersebut.

"Kakak sama Ayah di kantor," jawabku, kulihat Dani memanyunkan bibirnya lalu kembali berlari ke dekat Fandi.

***

Hari menunjukkan pukul 4 sore, aku sengaja menunggu adzan asar biar bisa sholat baru pulang. 

Setalah sholat, kudengar ponselku berbunyi, segera ku buka ternyata pesan tersebut di w******p Mas Arga, dengan segera tanganku membukanya.

[Sayang kita ke mall, ya] pesan singkat itu membuat darahku kembali mendidih, makin menjadi ternyata. Jangan bilang dia ketemuan dengan wanita murahan ini membawa Hana, tidak sudi aku kalo sampe Hana di pegang-pegang oleh pelakor ini.

Langsung ku masukkan kembali ponsel ke tasku lalu kudekati Sinta yang sedang melipat kain.

"Kamu kenapa Hanin?" tanya Sinta mingin ia bingung dengan ekspresiku sekarang.

"Mas Arga mau ketemuan sama pelakor itu di mall, akan kuikuti itu," jawabku dengann nada kesal.

"Pakai mobilku aja," tawarnya membuatku bingung.

"Masa nanti aku datang lagi balikinnya," ucapku membuat Sinta tertawa.

"Ya nggak lah, bawa pulang aja besok pagi kamu datang kesini pake mobil itu sekalian anterin Dani kesini," ujarnya membuatku mengangguk.

"Makasih ya Sin, kalo gitu aku sama Dani ke mall dulu," lanjutku yang dibalas anggukan oleh Sinta.

"Iya, hati-hati, ingat main cantik," nasehatnya membuat bibirku langsung tersenyum miring.

"Ayo sayang kita pulang, besok lagi mainan ya," ajakku pada Dani, lalu aku menggendongnya ke mobil.

'Tunggu Mas di mall, aku pengen lihat seberapa tanggung jawab kamu,' batinku meronta-ronta.

Bab terkait

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 7

    Disisi lain, Mas Arga yang sedang sibuk mengerjakan beberapa file langsung berhenti karena melihat ada pesan dari Mita. Mataku tertuju pada sofa ternyata Hana sudah bangun, segera kuhampiri anak sulungku itu, lalu ku usap kepalanya. "Udah bangun Nak, ini kenapa nggak di habiskan sayang makanannya?" tanyaku lembut karena mlihat ada beberapa makanan lagi yang berlum di buka. "Ini buat Adek, Ayah," jawabnya membuatku langsung bungkam, tanpa membuang waktu aku langsung menggendongnya ke mobil. *** Disisi lain, di dalam mobil aku hanya diam saja pikiranku berkecamuk sekarang, bukan masalah Mas Arga dengan pelakor itu, tapi aku takut Hana dipengaruhi oleh mereka berdua, jangan sampe Hana disuruh manggil bunda juga sama pelakor itu. "Bunda beli es klim," ucap Dani membuyarkan konsentrasiku, aku langsung menoleh ke samping melihat anak kecil itu sedang memegangi sabuk pengamannya. "Iya sayang, kita beli ice cream sekarang ya," jawabku, kulihat Dani menganggukkan kepalanya sambil matanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 8

    Prang! Vas bunga tersebut jatuh ke lantai menggema di seluruh ruangan, hancur berkeping-keping, tidak ada ubahnya seperti hatiku yang sekarang. Pov Arga Aku keget mendengar ada yang jatuh di dekat pintu, langsung kuhentikan aksiku dan memakai celana dan bajuku secepat kilat. Lalu kaki jenjangku melangkah keluar kamar, memeriksa apa yang pecah. Mataku langsung terbelalak melihat Hanin berdiri dengan melipat kedua tangannya memasang muka yang sangat marah, tapi terlihat jelas olehku matanya merah dan masih membendung sedikit air mata. "Hanin," panggilku. "What!" bentaknya membuatku langsung kaget, seumur-umur Hanin tidak pernah membentak, tapi kali ini suaranya sangat tinggi. "Aku bisa jelasin," lanjutku mencoba menenangkannya, bukannya menjawab malah mempertajam tatapannya. "Tidak ada yang perlu kau jelasin Arga Wijaya!" Hanin kembali membentakku, tapi kali ini ia mengucapkan nama lengkapku dengan lantang. "Sayang," panggil Mita, tiba-tiba sudah bergelayut manja di tanganku, k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 9

    "Apa kesalahan Hanin dalam berumah tangga, sehingga kamu tega berbuat seperti ini," tanya Ayah, kulihat Mas Arga hanya menggeleng. "Jadi kenapa kamu selingkuh? Dibilang Hanin mandul, tidak, kalian bahkan punya dua anak. Dibilang Hanin tidak bisa memiliki keturunan laki-laki, tidak, kalian punya Dani. Dibilang Hanin nggak bisa mencari uang, tidak, dia sarjana, ngajar juga, bahkan dulu kamu yang membujuk-bujuknya untuk berhenti bekerja. Apa Hanin tidak memberi nafkah batin sehingga kamu putuskan untuk selingkuh?" Ayah mengungkap semuanya. Aku memang salut sama Ayah, ia tidak pernah menyalahkan satu sisi. Aku semakin bingung, lagi-lagi Mas Arga menggeleng, kenapa dia? Dan Ibu mertuaku tetap pada posisi antagonisnya, ia bahkan membuang pandangannya dari kami. "Kenapa kamu hanya menggeleng Arga? Jawab!" bentak Ayah membuatku langsung kaget, untunglah anak-anak berada di teras, kalo tidak mereka bisa ketakutan. "Hanin nggak salah apa-apa, Ayah," kata-kata itu keluar dari mulut Mas Arga,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 10

    "Wah ... Pangeran sudah datang rupanya, silahkan bergelayut tuan putri selangkangan," ledekku saat melihat yang datang adalah Mas Arga, aku juga nggak ngerti kenapa mulutku benar-benar tajam sekarang ini. Hanin! Bentak Mas Arga, tapi suaranya tidak setinggi tadi pas di dampingi ibunya. Tidak ku hiraukan bentakannya, kakiku dengan tegas melangkah ke kamar menyusun pakaianku dan anak-anak. Tidak selang berapa lama Mas Arga menyusulku ke kamar saat aku mulai mengangkat satu per satu koper yang sudah ku isi penuh. "Hanin," panggilnya lembut, ku tulikan telingaku, kuseret dua koper sekaligus saat hendak melewatinya, Mas Arga kembali memegang pergelangan tanganku membuatku kembali emosi. "Apa, sih?!" bentakku lalu ku hempaskan tangannya dengan kasar. "Kamu kok jadi kasar, sih?" bukannya menjawab ia malah balik memberi pertanyaan yang sangat bodoh. "Kamu tanya aku kenapa kasar, tanya sendiri pada dirimu Arga, jawabannya ada pada dirimu," jawabku berusaha tenang sambil menunjuknya. "O

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 11

    "Sinta, nyampe kapan?" tanyaku saat ia sudah berdiri di samping kulkas, Sinta langsung tertawa lalu menaruh kantong plastik di tangannya ke atas kulkas. "5 menit yang lalu," jawabnya tanpa melihatku. "Anty, itu apa?" tanya Hana sambil menunjuk kantong plastik yang dibawa Sinta tadi. "Ini apel, kamu mau?" lanjut Sinta yang dibalas anggukan oleh Hana, setelah memberikannya pada Hana. Sinta kembali mendekatiku yang sedang mengiris bawang sambil menahan perih. "Nggak terasa ya Nin, udah tiga minggu aja setelah kamu cerai sama Arga," ucap Sinta membuatku langsung berhenti mengiris bawang lalu melihatnya. "Iya Sin, tapi aku belum sempat juga ngurus surat perceraian kami. Aku nggak boleh boros dulu sekarang ini demi anak-anak," curhatku membuat Sinta langsung mangut-mangut. "Iya udah sih, itu mah bisa belakang toh kamu juga belum mau nikah 'kan?" godanya membuatku langsung terkekeh. "Nikah dari Hongkong, cukup melihat anak-anakku bahagia, itu udah lebih dari cukup buatku, Sin," lanjutk

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 12

    "Em … jalan yuk, aku sambil cerita," ucapku yang dibalas anggukan oleh Dimas, perlahan ia mulai menjalankan mobil. "Sebenarnya, aku baru aja bercerai sekitar 3 minggu yang lalu," ucapku mulai menceritakan tentang keluarga kecilku, Dimas yang mendengar penuturan singkatku itu langsung menepikan mobil membuatku langsung bingung. "Kenapa? Bannya kempes 'kah?" tanyaku, tapi tidak di hiraukan oleh Dimas. "Katakan kenapa suamimu menceraikanmu, apa kesalahan mu?" cecarnya membuatku langsung tersenyum, ia sama sekali tidak berubah dari zaman kuliah sampe sekarang, masih suka kepo berlebihan kepadaku. "Aku minta cerai karena dia selingkuh terang-terangan di depanku," jawabku santai sambil mengusap-usap kepala Dani. Aku menoleh ke belakang mendapati Hana juga sudah tertidur sambil memeluk barbienya. "Ada yang bisa ku bantu," tawaranya membuatku langsung menyergit, perasaan aku tidak meminta pertolongan apapun. "Maksudnya?" tanyaku memperjelas tawarannya tersebut. Kulihat Dimas menari nafas

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 13

    "D--dimas," ucapku tidak percaya membuat Dimas langsung tersenyum. "Jadi yang tadi suamimu? Lumayan 'lah ya mukanya, tapi tidak dengan mulutnya," ledek Dimas membuatku langsung menggaruk alisku yang tidak gatal. "Kok kamu ke sini lagi dan kenapa pakaianmu berbeda?" tanyaku mulai penasaran, kulihat ia membuka topinya dan mengibaskan rambutnya seperti anak perempuan. "Hanin … Hanin, 'kan aku udah bilang, aku ini aktor beneran, masih nggak percaya aja," terangnya membuatku langsung mengernyitkan dahiku tidak percaya. "Bunda …," terdengar suara tangisan Dani dari kamar, sepertinya sudah bangun. "Duduk dulu, aku jemput Dani dulu ke kamar," tawarku sambil menunjuk sofa, kulihat ia mengangguk lalu berjalan ke arah sofa. Beberapa detik kemudian, aku kembali ke ruang tengah sambil menggendong Dani. Lalu aku duduk berseberangan dengan Dimas. "Ayo Dimas, jelasin kenapa kamu bisa ke sini lagi?" aku mengulang pertanyaan, kulihat ia menarik nafas terlebih dahulu. "Jadi tuh, aku kesini karena

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 14

    "Sehebat apa kamu sekarang benari bohong sama, Ayah?" tanya Ayah lagi, aku langsung panas dingin. Apa Ayah tahu aku dari rumah Hanin? Tok! Tok! Tok! "Masuk," suruh Ayah, tampak seorang perempuan yang berpakaian tidak terlalu seksi. "Maaf Pak, tamu dari perusahaan Dimas company sudah datang, Pak," ucap perempuan itu, sedangkan aku masih harus menahan sakit bekas tamparan Ayah. "Iya, 5 menit lagi saya ke ruangan rapat," jawab Ayah. Setelah perempuan itu pergi Ayah kembali menatap tajam ke arahku. "Jangan coba-coba usik Hanin lagi, karena bagaimanapun juga warisan tidak akan Ayah kasih ke kamu, walaupun Hanin sudah mengikhlaskannya," ancam Ayah membuatku langsung kaget. Se sayang itukah Ayah pada Hanin, padahal jelas-jelas akulah anak kandungnya. "Kok gitu Yah, 'kan Arga satu-satu pewaris, Ayah," sanggahku tidak terima dengan keputusan Ayah. "Ayah tidak akan pernah ikhlas sampai kapanpun, jika uang dari warisan ini kamu gunakan untuk keperluan selingkuhanmu. Dosa besar Ayah menafka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01

Bab terbaru

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Ending

    "I--ibu," ucap Hanin bingung, Ibu mendekati Hanin lalu memeluknya membuat Hanin kaget. "Maafin Ibu Nak, selama ini Ibu jahat sama kamu, selalu remehin kamu, fitnah kamu," ucap Ibu menyesali perbuatannya sedangkan Hanin yang mendengar itu langsung tersenyum. "Tidak Bu, Ibu nggak sepenuhnya salah, aku juga banyak salah sama Ibu," jawab Hanin. "Pokoknya besok kalian harus jadi pengantin lagi, Ibu nggak mau tahu gimanapun caranya Ibu akan usahain semuanya malam ini," lanjut Ibu, Hanin hanya tersenyum lalu mengangguk. Malam itu juga semua di persiapkan untuk tambahan, seperti pelaminan, baju pengantin dan yang lain-lainnya. Sedangkan Hanin masih tidak percaya apa yang terjadi malam ini, rasanya itu hal yang tidak mungkin. *** Keesokan harinya, Dimas dan Arga sudah siap, tapi Hanin dan Puspita masih di kamar. "Bunda cantik banget," puji Hana saat melihat Hanin baru saja selesai di rias. Hanin langsung menoleh lalu tersenyum kemudian ia mengangkat Hana ke pangkuannya. "Putri Bunda ini

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 42

    "turut mengundang teman-teman, sahabat dan keluarga menyaksikan pengesahan kisah cinta kami yang begitu indah dalam resepsi pernikahan kamu Dimas angg dengan Puspita Hanin Damayanti-" Arga menghentikan bacaannya lalu ia menatap Hanin bingung "Puspita hanin? kamu ganti nama? setau aku nama kamu Hanindira Anggraini," tanya Arga bingung, sedangkan Hanin malah terkekeh lalu menutup mulutnya dengan tangann "itu bukan Hanin aku lah, Mas," jawab hanin membuat Arga mematung mulutnya juga ikut menganga tidak percaya "ja--jadi yang nikah sama Dimas-" ucapan Arga terpotong kala hanin mengangguk "Orang lain mas yang namanya juga Hanin," lanjut Hanin, seketika air mata Arga lolos begitu saja bibirnya juga mulai melengkung "Ka--kamu nggak nikah?" tanya Arga lagi, hanin hanya menggeleng sambil tersenyum membuat Arga langsung mengusap wajahnya sambil mengucap hamdalah flashback Setelah menemani Arga ruqyah, Dimas pamit pulang, ia bukan pulang ke rumahnya melainkan ke rumah Hanin. Disisi lai

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 41

    Arga membaca undangan tersebut, ia melihat nama Dimas dan Hanin terpampang di depan. Hatinya terasa seperti di iris sekarang melihat nama Hanin dan Dimas, Arga menelan salivanya dengan susah payah lalu detik kemudian ia tersenyum."Selamat ya, insyaallah aku akan datang menghadiri undangannya," ucapnya dengan berat hati pada Hanin, sedangkan Hanin hanya mengangguk sekilas."Aku juga punya sesuatu untuk kalian, tunggu sebentar," ujar Arga lalu ia tergesa-gesa mengambil sesuatu ke kamar.Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar, dengan beberapa kertas di tangannya."Ini," ucap Arga sambil menyodorkan semua kertas itu pada Hanin."Apa ini?" tanya Hanin bingung."Bacalah," jawab Arga, tanpa membuang waktu Hanin langsung membaca satu persatu lembaran tersebut, matanya langsung membola."M--mas, i--ini apa? Kenapa semua warisan atas namaku dan anak-anak?" tanya Hanin bingung, Arga hanya tersenyum."Cuma kalian yang berhak mendapatkannya bahkan akupun nggak layak untuk mewarisi itu, aku

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 40

    PoV authorTiga hari setelah Arga berobat, ia merasa sudah sangat sehat sekarang di tambah lagi Dimas selalu menemaninya.Sekarang mereka dalam perjalanan menuju kantor Ayahnya untuk memberi tahu semuanya. Begitu sampai Arga langsung masuk, tapi Arga kaget melihatku Ibunya ada di dalam juga."Arga, kamu dari mana aja sih? Kasian Mita sudah hampir seminggu kamu tinggal," omel Ibu membuat Arga langsung menggaruk alisnya sekilas."Ibu kasihan sama anak orang, tapi Ibu nggak kasihan sama Arga yang setengah mati melawan penyakit," gumam Arga yang terdengar jelas oleh Ibunya."Penyakit? Penyakit apa?" tanya Ibunya lagi, tapi Arga malah berjalan mendekati Ayahnya."Yah, Arga mau ngomong sesuatu sama Ayah, penting," ucap Arga tanpa basa-basi membuat Ayah langsung mengangguk."Ngomonglah atau mau di luar," tawar Ayah."Di luar aja, Yah," ajak Arga lalu mereka berdua keluar.Sedangkan Dimas tetap di dalam menemani Ibu Arga supaya tidak menguping."Ada apa dengan Arga? Kasih tau saya," tanya Ibu

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 39

    "Mita menginginkan Arga, Om. Dia tetat kekeh supaya Arga menikahinya," jawab Dimas membuat Ayah Arga mangut-mangut."Benar, apa yang kamu bilang. Tapi, walau gimanapun Om nggak setuju punya menantu kayak dia," lanjut Ayah Arga.PoV hanin.Hari ini adalah hari pertamaku ngajar setelah sakit selama tiga hari, pagi-pagi sekali aku berangkat karena masih harus mengantar Hana ke sekolah dan mengantar Dani ke rumah Sinta, aku takut jika Dani di rumah sama Mbok Sumi, Ibu mertuaku bakal datang mengambilnya."Hana nanti kalo ada yang jemput Hana ke sekolah jangan mau ya Nak, tunggu Bunda sampai datang. Kalo kamu di paksa, lari aja ke kantor ngadu sama guru di situ ya," nasehatku pada Hana di dalam mobil."Iya Bunda. Tapi kalo Ayah yang jemput?" tanyanya membuatku langsung bingung."Izin dulu sama wali kelasmu, bilang di jemput Ayah biar Bunda nggak kecarian," lanjutku, Hana langsung mengangguk.Setelah mengantarkan mereka berdua, aku langsung bergegas menuju sekolah. Hampir setengah jam aku me

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 38

    *PoV Author*Tiga hari kemudian, Mita sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Dimas dan Arga mengantarkan Mita ke rumah orang tua Arga.Selama perjalanan hanya ada keheningan, Arga dan Dimas di depan sedangkan Mita dan bayinya di kursi belakang."Mas, kamu bakal nginap di rumah Ibu, 'kan," tebak Mita, Arga melihat Mita sekilas dari spion."Nggak, aku punya rumah," jawab Arga datar membuat Mita langsung mendengus kesal."Kamu ngapain sih Mas, sendirian tau di rumahmu itu atau nggak aku sama baby Aydan ikut kesana," tawar Mita, Dimas yang mendengar itu hanya bisa menggaruk alisnya sekilas."Mita kamu masih masih waras apa gimana sih? Apa kata orang kita satu rumah yang belum menikah, aku udah bilang kita tunggu hasil tes DNA, titik. Nggak ada perdebatan," tegas Arga tanpa melihat Mita membuat Mita langsung menatap tajam ke arah Arga.Sampai di rumah orangtuanya, Arga langsung menurunkan semua barang Mita. Ibunya dengan semangat menyambut Mita dan bayi itu. "Menantu sama cucu Ibu

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 37

    Selama tes berlangsung, Dimas terus menemaniku gantian untuk menggendong bayi Mita.Setelah selesai, kami pun keluar, ada rasa lega dihatiku akhirnya tes DNA yang selalu ku inginkan akhirnya terlaksana, sekarang tinggal menunggu hasilnya.Sampai di ruangan Mita, aku langsung memberikan bayi itu pada Mita."Kamu mau kemana, Mas?" tanya Mita saat melihatku melangkah menuju pintu."Pulang," jawabku singkat."Arga, masa Mita baru melahirkan kamu tinggal, gimana sih," omel Ibu membuatku langsung memutar mata malas. Ntah pelet macam apa yang di kasih Mita ke Ibu, sehingga Ibu menjadi sangat penurut sama Mita."Em ... Ayah, Arga mau ngobrol bentar sama Ayah di luar," ajakku pada Ayah, Ayah langsung melangkah mendekatiku lalu kami keluar dari ruangan."Kenapa?" tanya Ayah begitu kami sudah di luar."Aku mau jaga Mita, asal Ibu jangan disini karena kalo nggak pasti akan terus memaksaku untuk menikahi Mita, sedangkan hasil tes DNA keluar dua minggu lagi," jawabku panjang lebar memberikan penger

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 36

    "Kenapa kamu berikan semua warisan sama perempuan murahan itu, kenapa?!" teriak Ibu seperti orang frustasi."Minta maaf lah Bu, bersihkan nama, Hanin," ujar Arga sambil menahan pukulan Ibunya."Nggak, sampai kapanpun Ibu tidak akan pernah minta maaf!" Ibu terus berteriak.Arga melepaskan cengkeramannya Ibunya pada bajunya lalu ia berbalik hendak pergi, aku juga mengikutinya, belum sempat kami melangkah."Akh!" ringis Mita membuatku dan Arga kembali berbalik."Kamu kenapa, Nak?" tanya Ibu panik melihat Mita memegangi perutnya."Bu, perutku sakit ba--banget," ucap Mita menahan sakit, seketika aku dan Arga saling melempar pandangan."Yuk Ga, bantu dia ke rumah sakit biar kamu tahu kepastian bayi itu," ajakku yang dibalas anggukan oleh Arga, ia langsung mendekati Mita lalu menggendongnya, sedangkan aku langsung menuju mobil.Selama perjalanan Mita terus menangis meringis kesakitan, aku sesekali melihatnya dari spion.Sampai di rumah sakit, Mita langsung di larikan ke ruang bersalin. Hampi

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 35

    "Kamu sakit Ga?" tanyaku karena melihat wajah Arga pucat dan kelihatan tidak bertenaga."Nggak kok," jawabnya singkat, tapi aku tidak yakin melihat ekspresinya."Aku nggak percaya Ga, berobat yuk," ajakku, Arga malah menggeleng."Nggak kok aku nggak apa-apa cuma kangen anak-anak aja," ujarnya membuatku menyergitkan kening."Ya udah ketemu lah, pergi ke rumah, Hanin," saranku."Iya, nunggu Mita lahiran aja dulu aku benar-benar malu sama Hanin setelah undangan pernikahan kemaren," lanjutnya, aku hanya mangut-mangut.***Keesokan harinya aku menunggu Sinta di sekolah karena aku tidak tahu dimana alamatnya. Sekarang aku sedang duduk di kursi panjang dekat pagar."Si Hanin udah kayak kuping batu ya, nggak ada malunya walaupun udah di hina semua guru-guru," ucap seseorang yang sedang duduk di sampingku."Iya ih, andai aja itu CEO tahu kalo Hanin itu cuma janda yang kesepian, pasti dia juga bakal jijik lihat, Hanin," sambung temannya, aku yang mendengar kata CEO langsung penasaran, siapa yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status