Share

tak takut

Penulis: Maey Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-15 06:43:45

Setelah melewati pertimbangan yang cukup matang akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti saran dari bank Asraf untuk beristirahat terlebih dahulu di ruangannya. Saat Aku diantar ke ruangannya tentu aku sangat kaget karena ruangan tempat bekerja dan istirahat Ashraf begitu besar adalah jauh dari ruangan dokter pada umumnya. Di tempat ini ruang periksa dan ruang beristirahat terpisah sehingga tidak ada yang tahu jika aku ada di sini.

Bang Ashraf mengambilkanku air putih yang hangat. Dia sepertinya tahu kalau aku sedang tremor dan merasa kesal karena apa yang aku lihat tadi di ruangan Minah.

“Abang tahu nggak kenapa wanita itu belum melahirkan sampai sekarang?” Tanyaku yang penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Minah.

“Hari ini aku masuk shift sore dan belum mengecek keadaan pasien yang masuk pagi tadi. Tadi jam prakteknya fildan jadi dia yang lebih tahu tentang kondisi mantan suami kamu itu,” jawab Bang Ashraf.

“Oh, waktu itu dia juga pernah kontraksi palsu dan hampir memin
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ikuti mobil itu

    Sebenarnya aku bingung mau bagaimana dan mau ke mana setelah memberikan ancaman kepada wanita ulat bulu itu. Namun, kembali ke rumah seperti menabuh kendaraan perang sendirian sedangkan aku tidak punya kekuatan apapun sekarang. Amarah yang memuncak itu membuatku terdiam sambil mengetuk-ngetuk tangan di atas meja. Gimana, apa dan kenapa Mas Ahmad berjanji menikahi wanita itu tanpa sepengetahuanku.Aku memutuskan untuk membeli makanan di luar rumah sakit. Aku Masih memikirkan Bagaimana cara untuk membuat semua orang itu tidak memaksaku untuk melepaskan Mas Ahmad. Aku harus mengisi amunisi biar otak ini bisa bekerja dengan cepat. Aku memesan makanan opor ayam 2 porsi agar aku benar-benar kenyang dan bisa berpikir dengan baik. Ketika ada masalah rugi kalau sampai mengorbankan perut untuk ikut disiksa dan aku memutuskan untuk makan dengan porsi banyak agar benar-benar puas dan lega."Aku pikir kamu pergi ke mana," sapa Bang Asraf. Dia sudah berganti pakaian menjadi kemeja dan bukan lagi pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    harus

    Kami sudah memasuki area perumahan elit yang berjajar rapi bangunan-bangunan tinggi dan megah. Hal yang membuatku tidak mungkin bermimpi dan berangan-angan untuk memilikinya saat ini dan aku hanya bisa mengucapkan shalawat Siapa tahu suatu saat nanti bisa memiliki salah satu di antara jejeran rumah-rumah mewah.Aku melihat mobil berhenti di sebuah rumah berlantai 2 dan bercat kuning gading. Suamiku tampak turun terburu-buru. Aku jadi penasaran Sebenarnya apa yang suamiku lakukan di dalam sana."Rumah siapa itu?" tanyaku lirih."Pak Sendy, pengusaha yang amat disegani di perumahan ini."Jawaban dari Bang Ashraf membuatku menengok pada lelaki yang sepertinya tahu sesuatu tentang rumah itu."Abang kenal?" "Dia salah satu teman dari ayahku, sekarang sedang sakit. Aku akan masuk ke dalam demi kamu," ucap Bang Ashraf membuatku bingung."Kayaknya nggak usah deh, bang. Terlalu monoton jika kita menampakkan diri langsung di depan mereka. Memang ada yang gak beres ini, tapi kita nggak usah bla

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    rumah bang Asraf

    "Barang-barangku yang terserah aku lah. Kamu lapar 'kan? Nih! Mbak bawakan nasi padang buat kamu."Aku sudah menyiapkan nasi Padang karena aku memang tadinya mau memakannya setelah sampai rumah baruku. Namun, Melihat adik iparku yang kelaparan sepulang sekolah tentu aku tidak tega. "Nggak mau! Mbak mau ke mana bawa barang semua ini?""Pindah, di sini nggak betah!" jawabku.Jani terlihat bingung."Udah, nggak usah nangis. Kamu masih punya kakak dan juga Ibu, kamu bisa minta makan sama mereka dan uang saku sama mereka. Bilang sama mereka kalau misalnya ditanya tentang Mbak, Mbak pamit dulu. Kalau misal Mas Ahmad cariin Mbak, bilang aja suruh jelaskan sama Ibuku," ucapku.Aku ingin lihat, seberapa kuat lelaki itu bertemu dengan keluargaku di kampung halaman. Meskipun aku tidak berada di sana tetapi aku ingin Mas Ahmad yang lebih dulu memberitahu tentang masalah ini. Jika aku yang mengatakannya pasti akan menjadi masalah yang besar di awal ini seperti yang Bang Ashraf ucapkan."Mbak m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    harus teliti

    Aku memasak menu makan malam di rumah baru Bang Ashraf yang cukup nyaman ini. Aku menyajikannya di karpet yang sudah digelar dan Bang Ashraf pun terlihat sudah menunggu."Masak ini dulu deh, belum bisa masak yang berat-berat karena sudah keduluan beban hidup yang berat daripada masakannya," ucapku membuat Bang Ashraf terkekeh."Abang yakin semua yang kamu masak selalu enak. Markidang, mari kita Madang," jawab Bang Asraf.Ada ada saja. Markidang, mari kita Madang dan menikmati menu makan malam berdua dengan mantan. Dosa belakangan, soalnya kalau sedang seperti ini rasanya sulit untuk menerima kebaikan orang lain. Jika nanti Bang Ashraf punya niatan buruk maka aku bisa kembali ke rumah orang tua tetapi masalahku jelas sudah tidak begitu memuncak seperti ini. Bang Asraf hanya aku jadikan tempat singgah sementara untuk menenangkan diri. Terdengar sangat jahat memang tetapi aku memang butuh bantuan seseorang untuk membantuku menyelesaikan masalah ini. Selain meminta bantuan kepada sang pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Penyamaran

    Setelah Bang Asraf pulang aku menyiapkan berkas lamaran pekerjaan. Ijazah SMA yang pernah aku dapatkan menjadi suatu hal yang mengingatkan kepada kenangan-kenangan bersama dengan Bang Ashraf saat itu. Bang Ashraf adalah kakak yang sering menjemput adik kesayangannya itu di kelas 10. Saat itu bang Asraf sudah menjadi anak kuliahan dan aku menjadi anak ABG remaja yang lagi nakal-nakalnya. Sempat aneh juga karena ternyata kami bertemu di kota yang sama Padahal tentu saja rumah kami sangat jauh bahkan berbeda desa. Hidup memang selucu itu. Lamaran sudah siap, berkas yang dibutuhkan sudah siap dibawa dan besok aku hanya tinggal menunggu tindakan Bang Ashraf untuk membawa lamaran ini agar aku bisa mendapatkan pekerjaan. Aku juga penasaran dengan apa yang akan bangsa setelah melakukan untuk membuatku tidak dikenali keluarga suamiku. Berharap bukan operasi plastik karena itu dilarang oleh agama. Berharap juga bukan pura-pura menjadi laki-laki karena itu juga menentang kodrat. Ting!"Tidur

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bersama Suster Tania

    Hari pertamaku ke rumah sakit ditemani Bang Ashraf tentu untuk memberikan surat lamaran dan menemui kepala rumah sakit. Kesan pertama saat meninggalkan pertemuan di rumah sakit ini adalah grogi dan juga gugup karena ternyata pemilik rumah sakit ini adalah keluarga dari Bang Ashraf sendiri. Awalnya sangat grogi dan akhirnya sedikit melemah saat Omnya Bang Asraf justru mengajakku bercanda. Padahal jika kedua orang tua Bang Ashraf yang aku temui tentu mereka pasti akan menolak. Mereka pasti akan menolak jika tahu aku dekat kembali dengan Bang Ashraf.“Biasanya bukan saya yang mengurus tentang penerimaan dokter atau perawat di rumah sakit ini. Cuma keponakan saya ini meminta saya untuk melihat kamu sendiri,” kekeh Om Yudistira.“Maaf, Pak,” jawabku.“Maaf?”“Ya, maaf kalau nanti saya merepotkan semua pihak selama nanti bekerja di sini.”Selain kata maaf memangnya aku bisa mengucapkan apa? Bahkan lidah ini terasa kering untuk mengatakan apapun kecuali yang ditanyakan, itu pun sampai panas

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ada apa dengan Mas Ahmad?

    “Jangan suka membicarakan aib orang lain bersama-sama karena itu dosanya bisa berjamaah. Suster Tania, kamu siapkan ruang perawatan untuk pasien yang tadi karena kita akan memindahkannya ke ruangan yang lebih nyaman. Suster Nindira, kamu bereskan ruang periksa di sini,” ucap Bang Ashraf.“Siap, Dok,” jawabku menghormat.“Saya bukan anggota sipil jadi kamu tidak perlu hormat seperti itu. Kerjakan!”Aku mendengar Tania yang terkekeh dan keluar dari ruangan sedangkan aku merenges kembali. Untuk saat ini kita berada di ruangan Bang Ashraf berdua. “Abang kok jadi galak kalau lagi kerja?” tanyaku sambil melipat selimut yang sudah digunakan untuk periksa pasien tadi.“Emangnya aku galak?” kekeh Bang Ashraf.“Iya lah. Suster Tania sampai ketakutan loh saat ditanyai kayak tadi. Kalau Nina sih nggak masalah dan sudah terbiasa lihat wajah bang Ashraf yang kayak papan cucian pas marah,” kekehku.“Emangnya aku biasanya marah sama kamu?” tanya Bang Ashraf.“Enggak sih, tapi pernah lihat wajah Bang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Harus cari tau

    Tanganku bergetar mendengar semua ungkapan Mas Ahmad yang terdengar manis di depan Minah. Padahal selama ini Suamiku terlihat yang paling setia dan yang paling tidak mungkin tergoda dengan wanita lain. Aku membantu dan menjaga Mas Ahmad selama sakit, aku mengurusnya dan menerimanya meski keadaan Kami sulit dan tidak punya apa-apa saat itu. Namun sekarang? Perlakuan-perlakuan manisnya itu membuatku merasa penasaran, Kenapa bisa suamiku berubah seperti ini. Apa yang sedang terjadi?Semua catatan medis yang dibutuhkan oleh Bang Ashraf sudah aku catat dan kami keluar setelah memberikan informasi bahwa Minah akan melakukan proses sesar dan juga penanganan untuk kanker yang menyebar di tubuhnya. Membayangkannya mungkin sangat menyakitkan dan kasihan tetapi jika mengingat kelakuannya yang menginginkan suamiku tentu rasanya aku ingin memakinya saja. Soalnya, masih sakit saja bikin toxic hidup orang apalagi kalau dia sehat nanti."Kenapa murung?" Tanya bang Ashraf membuyarkan lamunanku saat k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20

Bab terbaru

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    end

    Aku baru tahu ternyata papa sengaja mengundang keluarga besar. Papa merencanakan untuk menghadiahkan kami tiket liburan bersama dengan keluarga besar. Kali ini liburan kami bukan kaleng kaleng. Selain ke tanah suci untuk umrah bersama, Papa juga memberikan liburan ke Dubai dan juga perjalanan wisata keluarga ke kota kota wisata di sekitarnya. Keluarga besar Papa diajak untuk ikut dan niatnya kami akan seminggu di luar negeri untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Semua sengaja mengosongkan waktu bahkan yang membuatku bahagia adalah Papa dan keluarga mama papa yang patungan membiayai semua perjalanan bulan madu ini."Di mana-mana Kalau bulan madu itu ya hanya berdua. Kok bisa-bisanya satu keluarga diikutkan semua?" Tanya Cinta."Emang elo aja yang pengin have fun?" Tanya Fildan. "Memangnya nggak mau ngintip pengantin baru belah duren? Kalau gue sih, hayo aja!" kekeh Fildan."Huu …." Om Yudistira melempar kulit kacang pada Fildan yang jadi sponsor rencana papa liburan bersama."Berhu

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Kumpul keluarga

    Sejak Mama menampakkan penerimaannya terhadap keberadaanku, aku dan Mama sudah tak lagi seperti air dan minyak. Mama mulai perlahan mau mengajakku mengobrol. Dari hal yang sepele, sampai hal yang cukup pribadi seperti sekarang.“Papa mertua kamu itu, sibuknya minta ampun akhir akhir ini. Mama jadi kesepian dan sebal sama dia,” ucap Mama.“Sabar ya, Ma. Namanya juga aki aki, kalau nggak lambat kerjanya ya … lambat pekanya,” kekehku.“Iya juga ya?”“Huum, kan memang begitu. Mama harus sering doakan Papa, semoga sehat dan bisa selalu ada di sampung kita. Mama nggak mau kan papa kenapa napa?”“Kadang kalau sibuk begini suka kasihan, semua anak anaknya sibuk juga. Untung ada Ashraf yang juga bantu usaha papanya,” ucap Mama.“Bang Ashraf nguli juga?” tanyaku.“Kok nguli?”“Lah, kerja sama Papa namanya nguli lah. Kalau buka usaha sendiri, baru namanya bos,” jawabku.Mama tersenyum, meski hanya sekilas. “Itu juga setelah menikahi kamu, Ashraf mau bantuin Ppaa.”“Eh,, gitu?”“Iya, dari dulu an

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    balik

    "Mama kok bisa kepikiran nyusul ke sini?" tanyaku saat kami sudah kembali dari sawah."Pengin," jawab mama singkat.Aku tersenyum saja. Padahal saat di sawah tadi Mama begitu menikmati pemandangan bahkan bertepuk tangan Saat melihatku mencari banyak Tutut di tengah-tengah sawah yang sedang dipanen padinya. Mama bahkan menggendong Altaf yang saat aku tinggalkan untuk mencari tutut dan memanen genjer yang ada di sekitar tanaman-tanaman padi."Ma, aku harus balik ke rumah sakit. Fildan bilang, dokter yang piket malam mendadak minta libur karena istrinya meninggal.""Innalillahi, kasihan sekali. Iya, ayo! Kita pulang sekarang!" ajak Mama. "Altaf gendong, Ash," perintah mama sembari memberikan Altaf pada Bang Ashraf. Aku tersenyum, perilaku mama yang seperti ini aku anggap menggemaskan karena secara tidak sengaja memintaku untuk pulang dan ikut dengan Mama."Bang," panggilku."Altaf nggak bisa jauh dari ibunya jadi lebih baik kamu berkemas dan ikut Abang pulang. Lain kali kita main lagi

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Mama?

    Abang abangku sudah kembali ke tempat mereka bekerja karena aja tahu libur mereka sudah habis. Kini tinggallah Aku di rumah ini bersama dengan anakku dan juga Ibu serta Abang Hadi dan istrinya.Pagi ini aku membantu ibu menyiapkan bekal menuju ke sawah. Bang Hadi sedang panen dan aku ingin melihat mereka memanen padi di sawah."Nina ikut ya, Bang," ucapku."Kamu di rumah saja sama Altaf. Di sawah itu panas dan nanti kulit kamu jadi gosong dan jelek. Bisa-bisa nanti suamimu ala pangling saat tahu kamu berubah jadi item dan dekil," balas Bang Hadi."Mana ada seharian di bawah sinar matahari langsung hitam? Lagian dari awal juga udah sama matang. Bosen banget di rumah kalau nggak ada temen ngobrol, Mbak Aminah juga ikut ke pasar sama Nisa. Nina ikut ya, Bang?" rengekku."Udah, Hadi. Biarkan saja adikmu itu. Barangkali dia pengen nyicipin air sawah," sahut Ibu.Ye, akhirnya aku diperbolehkan untuk ikut ke sawah setelah hampir satu minggu aku di rumah ibu. Aku mengajak Altaf dan menggendon

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ibuku, pahlawanku.

    Ternyata aku yang sudah menikah ini masih diperlakukan seperti bayi oleh Abang abangku. Mereka menanyakan apakah aku bahagia menikah dengan Bang Ashraf, apa aku tercukupi kebutuhannya, apa aku diterima keluarga suamiku. Mereka layaknya ayah yang terlahir kembali dalam hidupku. Malam ini Abang Abangku mengadakan syukuran. Ibu bilang, Bang Cakra naik jabatan dan akan dipindah tugaskan ke luar kota. Ibu tak menangisi atau sedih akan hal ini. Bahkan, Ibu begitu senang dan malah mendoakan agar Bang Cakra bisa sukses dan kembali dengan kabar bahagia.“Bu, Cakra sekalian mau minta izin lamar anak orang tahun ini. Bukan apa, Cakra udah nggak muda. Takutnya ketuaan kalau nunggu sukses dulu. Boleh, Bu?” tanya Bang Cakra di sela sela kami mengemasi sisa sisa makanan di ruang tamu.“Ya Allah, tentu boleh, Nak. Ibu sedang menunggu anak anak ibu ini laku, tapi kalau mau jadi bujang lama juga gak apa apa. Ibu gak pernah melarang anak anak Ibu menikah. Siapa aja, boleh. Asal bisa menerima anak Ib

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bahagia

    Aku sampai terbengong saat bangun tidur dan duduk begitu lama di sisi tempat tidur. Hingga suara pintu terbuka dan panggilan kakak ipar mengagetkanku."Aku kira kamu belum bangun, Nin. Ibu tadi berpesan kalau kamu bangun suruh langsung mandi. Tadi ibu udah masakin air anget.""Memang udah sore?""Tadi kan kamu tidur siang lama banget sekarang udah sore."Aku melirik ke arah jam dinding yang ada di sisi lemari dan ternyata memang sudah jam setengah lima. Altaf terlihat sudah tidak ada di sisiku."Altaf ke mana, Mbak?""Tadi dibawa ibu ke warung depan. Kamu tidurnya pules banget sampai nggak denger anaknya nangis."Aku tersenyum dan bangkit dari tempat tidur. Aku langsung mandi terlebih dahulu.Selesai mandi aku langsung shalat ashar dan menyusul ibu yang ternyata sudah pulang dari warung bersama dengan Altaf. Altaf juga sudah mandi dan wangi sepertinya karena sudah berganti pakaian."Anak mama udah ganteng, tadi mandi sama siapa nih?" Tanyaku sambil menciumi pipi Altaf."Tadi nangis ka

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    mimpi

    Aku disambut baik oleh Bang Hadi dan juga Ibu. Mereka sangat senang melihatku pulang bersama dengan Bang Ashraf. Kami juga membawa banyak oleh-oleh yang sengaja dibeli di jalan untuk orang tuaku dan keluarga abangku."Mau pulang ke rumah nggak ngomong-ngomong," sambut Ibu sambil berpelukan denganku dan bersalaman dengan Bang Ashraf."Ini juga nggak sengaja karena kebetulan Bang Ashraf lagi nggak kerja pagi ini. Dia piket malam jadi bisa nganter Nina pulang pagi ini," jawabku sambil memberikan Altaf pada ibu yang sudah mengulurkan tangannya dan meminta Altaf untuk digendong oleh beliau."Kangen sekali sama cucu nenek, tambah gemuk saja tinggal sama papanya," ucap Ibu sambil mencium kedua pipi Altaf."Kalian sehat?" Tanya Bang Hadi."Alhamdulillah Bang. Mbak Mel, ada hadiah di Bagasi buat Mbak Mel. Mbak Mel mau?" tanyaku."Mau dong, masa dikasih hadiah nggak mau."Bang Ashraf dan Bang Hadi masuk ke dalam membawa Altaf dan ibu sedangkan aku dan Mbak Amelia membongkar oleh-oleh yang sudah

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Gantian

    "Baru bangun, ya?" tanyaku. "Biasa, bujang mah tidurnya bebas apalagi kalau hari libur. Dari mana gendut?" tanya Fildan sambil mencubit pipi anakku dan akhirnya anakku menangis karena cubitan Fildan pastilah keras dan sakit. "Aduh, Omnya pagi-pagi udah bikin anak orang nangis," sahut Papa yang juga sudah siap dengan pakaian olahraganya. "Hehehe, Papa nih. Mau ke mana, Pa?" tanya Fildan sambil menggaruk kepalanya tidak kasar karena ketahuan mencubit Altaf. "Olahraga lah, mumpung anak-anak semuanya di rumah. Nin, olahraga yuk!" ajak Papa. "Tadi Nina udah olahraga, Pa. Altaf juga udah keringetan dan pengen mandi. Mama dan Bang Ashraf masih di depan kok, lagi minum susu sama makan camilan," jawabku. "Weh, udah akur tah?" tanya Fildan. "Emangnya dari kemarin kita nggak akur? Kita kan Besti," kekehku yang langsung berjalan membawa Altaf masuk ke dalam kamar. Terlihat keduanya saling melirik saat aku hendak pergi tadi. Semudah itu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Meskipun ke

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    senyum

    Saat aku bangun ternyata Bang Ashraf sudah pulang. Entah jam berapa suamiku sampai di rumah yang jelas aku sangat gelap malam ini hingga tidak sadar jika suamiku sudah pulang pagi-pagi buta.Aku tersenyum saat melihat wajah polos Bang Ashraf yang terlihat sangat kelelahan. Dia sudah memakai piyamanya saat tidur dan itu menambah kesan menggemaskan brondong yang aku nikahi saat ini.Berondong? Bahkan umur dia lebih tua dariku tetapi karena aku yang lebih dulu menikah jadinya aku merasa lebih tua darinya. Aku sama sekali tidak kelihatan jika harus mengalah dalam segala hal termasuk Jika dia mendadak seperti anak kecil seperti sekarang. Tidur dengan memelukku dan menaikkan satu kakinya di atas pinggul.Aku angkat kakinya perlahan agar dia tidak terbangun tetapi rupanya dia sengaja malah menghukum tubuhku agar tidak bangkit."Sudah jam 04.40 lah, Bang. Nanti keburu Altaf bangun aku belum setting sarapan," ucapku sambil berbalik dan menatap wajahnya yang tersenyum meskipun masih memejamkan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status