Aku mengetuk pintu dan sama sekali tidak ada jawaban dari dalam setelah beberapa kali aku melakukannya. Aku mencoba untuk mengucapkan salam meskipun tetap tidak ada jawaban dari dalam. Aku masih ingat tentang kunci rumah di sini Yang biasanya ditinggal di bawah keset. Aku mencarinya dan menemukan kunci itu ada di sana.Dapat. Aku segera membukanya dan melihat rumah yang sangat berantakan dan gelap. Padahal waktu sudah sore tetapi Jani belum pulang sekolah. Atau mungkin dia mampir ke rumah teman dan malas untuk pulang karena tidak ada orang di rumah. Kasihan sebenarnya tetapi mau bagaimana lagi karena keluarganya saja tidak peduli.Aku menyalakan lampu lalu meletakkan tas yang aku bawa di atas kursi. Setelah itu aku mencari sapu dan membersihkan satu persatu ruangan di rumah ini. Suara sepeda motor terdengar berhenti di depan halaman saat aku sedang mencuci piring-piring kotor yang sudah menumpuk. Suara salam terdengar dan itu suara mas Ahmad yang ternyata sudah pulang.Hatiku berdeba
"Pemilu sudah selesai dan nggak usah kebanyakan janji kalau nggak mau masuk rumah sakit jiwa kayak yang lain!" ketusku. Aku benar-benar tidak kuasa saat masa Ahmad menjelaskan dengan wajah yang berkaca-kaca Bahkan dia memeluk erat-erat seperti balon. Padahal aku saja sedang galon. Ah, dasar Delon. Jadi istri yang melankolis Tentu nggak bisa langsung bass dan memutuskan untuk pergi. Aku dipikir orang yang nggak mau nyerah dan nggak mau mudah terpancing atau terprovokasi dengan hal yang aku ketahui dari satu pihak. Posisiku sudah aman karena punya tempat lain untuk berteduh dan aku juga punya profesi yang bisa aku gunakan untuk mendapatkan pemasukan uang. Akan aku ganti betul-betul alasan Mas Ahmad menemani Minah selain dari apa yang tadi dia sebutkan."Mas Janji Minah, Mas hanya cinta sama kamu dan gak ada yang lain. Kalaupun Minah dekat dengan aku itu karena paksaan dari keluarganya dan ibu. Itu karena aku diminta untuk menemaninya sampai selesai operasi dan tindakan medis yang dilak
"Nggak enak, Mbak. Ini asin banget, Mbak gimana sih nyaranin Kasih garamnya?" tanya Jani kesal."Lah, tadi kamu masukin setengah sendok kecil kan?" Tanyaku."Iya, Mbak. Tapi ini asin banget loh. Ah, Jani nggak berbakat buat masak. Mbak makan aja tuh, Jani males!" gerutunya.Aku mencoba untuk mencicipi makanan buatan Jani dan itu benar-benar sangat asin luar biasa. Padahal tadi resep yang aku berikan sudah benar."Ini pasti kamu salah masukin gula malah dimasukin garamnya semua. Makanya nasi gorengnya berubah jadi air laut," kekehku.Kasihan melihat wajahnya yang kelelahan akhirnya aku putuskan untuk memberikan nasi padang yang tadi aku beli."Nih! Untuk hari ini aku anggap kamu gagal dalam menjalani tes calon menantu terbaik. Besok harus di asah lagi buat masak-masak di rumah. Kalau nggak ada orang di rumah kamu itu harus mikir buat masak dan mengenyangkan perut sendiri. Kalau kamu tidak bisa menyenangkan perut sendiri Bagaimana kamu bisa menyenangkan dan mengenyangkan perut orang l
“Mbak jangan berasa seperti orang yang nggak butuh uang karena Mbak Minah juga nggak minta yang muluk-muluk kok. Dia ikhlas Mas Ahmad tetap berada di sini dan menemani Mbak sampai tua, bahkan rela berbagi meskipun harus membayar kita untuk biaya hidup setiap hari. Apalagi yang harus diperhitungkan dan dipikirkan?""Ya ampun, bocil! Di dunia ini nggak ada yang gratis dan semuanya itu harus ada pengorbanan juga timbal baliknya!" Jawabku."Tapi, enak tahu bisa mendapatkan uang tanpa harus kerja susah-susah jualan Sempol. kan?"Kutatap wajah adik iparku ini, Kenapa bisa bocah sekecil itu mengatakan hal tidak bermoral seperti ini. Itu artinya mereka sudah berkonspirasi untuk menjual suamiku kepada wanita ulat bulu itu dan aku sangat tidak terima. Aku yakin Mas Ahmad berontak dengan hal ini dan aku yakin dia pasti menyembunyikan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu. Sekarang, aku ingin tahu sejauh mana mereka melakukan rencana ini. Aku harus berpura-pura menerima dan melakukan kesepakatan de
"Tentu saja tidak, aku sudah mempunyai istri sepertimu Kenapa harus mencari wanita yang lebih sempurna dari mu? Minah hanyalah masa lalu dan kedatangannya saat ini hanya untuk membantu ibu dan Mbak minta sedangkan aku hanya disebut jadikan sebagai objek sasaran mereka untuk melunasi hutang.""Maksudnya?" tanyaku heran."Sebenarnya rumah ini dan juga tanah yang ada adalah milik dari keluarga Minah. Selama ini kita menumpang dan berhutang kepada mereka. Minah dan keluarga nya ingin ibu dan Mbak Mita keluar dari rumah ini jika tidak bisa mengembalikan uang yang pernah digunakan oleh Bapak saat masih hidup. Minah hamil tetapi tidak mempunyai suami sehingga dia memintaku untuk bertanggung jawab. Jadi, terjadilah kesepakatan itu dan akhirnya Mas harus menyetujui Kalau Mas harus ada di samping Minah sampai kapanpun jika dibutuhkan.""Jadi lelaki yang kemarin datang itu?""Ayah Minah, dia yang punya tanah ini dan dia pula yang melakukan perjanjian saat malam itu. Mungkin kamu tidak mendengark
"Maaf kan Mas, Dek. Mas akan antar kamu ke rumah abang dan akan meminta izin untuk menitipkan kamu ke rumah mereka dengan alasan merantau. Mas akan pastikan kebutuhan kamu selama di kampung halaman tercukupi. Mas janji itu," ucapnya."Gak perlu! Itu akan sangat menyakitkan hati abang-abang ku dan mungkin saja mereka akan bertanya banyak hal seperti ini jika tahu aku pulang diantar untuk hal semacam itu. Mas kan sudah janji, lalu buat apa menambah dosa dengan kebohongan-kebohongan lagi? Kebohongan kecil akan menjadi sebuah kebiasaan yang memicu kebohongan besar dan Nina nggak mau kalau Mas melakukan dosa yang lebih banyak. Mas tidak perlu khawatir untuk mencari Nina. Mungkin, Nina akan bekerja setelah ini. Nina akan bekerja untuk mencukupi kebutuhan Nina sendiri di luar sana. Anggap kita bukan siapa siapa, agar saat Mas sudah jauh mas bisa menyadari Apa arti sebuah pengorbanan."Aku bangkit, melepas mukena dan Mas Ahmad memelukku. Dia Justru malah menangis di pelukanku membuatku semaki
"Kok bisa?" tanya Bang Ashraf yang terlihat sangat kaget."Ya bisa dong, sepertinya memang ini sudah rencana Tuhan untuk membuatku lebih strong jadi wanita degan gelar istri yang belum mempunyai anak sama Mas Ahmad Setelah 5 tahun menikah."Aku menceritakan semua yang terjadi malam itu dan Bang Ashraf terlihat diam sambil mendengarkan semua ceritaku. Percakapan kami terhenti saat Tania masuk ke dalam ruangan untuk memberikan daftar pasien hari ini."Saya mengganggu ya Dok?" Tania tersenyum kepada kami berdua."Kamu kan sudah biasa mengganggu, jadi biasa saja," kekeh Bang Ashraf. "Pasien sudah banyak ya?""Lumayan. Ini daftarnya. Mau mulai pemeriksaan atau mau melanjutkan perbincangan dengan Suster Nina nih?" ledek Tania."Silakan mulai saja karena kami memang sedang menunggu kamu datang ke ruangan ini," jawab bang Ashraf yang sudah mulai serius untuk profesinya dan pekerjaannya hari ini.Aktivitas pagi ini kami mulai seperti yang kemarin sudah dikerjakan. Aku menemani Bang Ashraf mem
Aku mendengar bahwa operasi Minah berhasil dengan baik dan anak pertamanya sudah dilahirkan secara sesar setelah penanganan yang gawat itu pulih. Kondisinya juga stabil membuat aku menjadi was-was mendengarnya. Pernah aku berdoa untuk kematiannya tetapi saat melihat dia kesakitan ketika hendak dioperasi membuatku menarik ulang doa burukku. Aku sadar bahwa doa buruk akan berbalik kepada diri sendiri dan aku pun mengulang doa itu akan memberikan Minah keselamatan dan anaknya juga bisa dilahirkan dengan selamat.Bayi berjenis kelamin laki-laki itu kini berada di ruang NICU. Kondisinya cukup stabil dan berat badannya juga normal. Aku melihat dengan mata kepala sendiri bahwa suamiku mengadzankannya. Air mataku menetes dan rasanya nelangsa sekali mendengar suamiku mengajarkan anak yang bukan lahir dari rahimku. Aku mengusap perutku dan berandai-andai jika ada buah hati kami yang hadir ke dunia ini lewat rahimku pastilah hidup kami sangatlah sempurna. Namun, semua ini sudah takdir yang har