"Apa-Apaan kamu alina, kamu sengaja ingin mempermalukan aku dan Gemilang?, tindakan gegabah kamu itu membuat namaku dan Gemilang tercoreng!." Teriak Angga yang baru sama memasuki kamar mereka.
"Memangnya kenapa mas?, Bukannya yang aku katakan kebenaran ya?. kalau wanita itu hanya penghangat ranjang kamu?." Angga mengeraskan rahangnya. "Harus berapa kali aku bilang sama kamu alina, itu semua hanya sebuah kecelakan. Hanya sebuah ketidak sengajan." Ucap Angga menekan setiap kalimatnya dengan wajah yang Sudah memerah menahan amarah "Tapi itu semua tidak jadi alasan buat kamu mempermalukan aku dan Gemilang di depan umum alina." Sambungnya kembali Hanya ketidak sengajan gimananya ya?, Di bagian mana ketidak sengajanitu terjadi mas?, bukannya hubungan kalian masih berlanjut hingha saat ini. Bahkan kamu berani membentak aku di depan umum mas demi dia. Wanita yang kau anggap sebagai kesalahan." Alina menipiskan bibirnya memandang Angga dengan tatapan begitu nyalang. "Kamu pikir aku apa mas?, aku boneka atau patung yang diam saja saat di perlakukan tidak adil." Alina tertawa, rasanya lucu sekali mendengar perkataan Angga. "Ah, tapi boleh juga. Aku juga bisa melakukan seperti yang kamu lakukan bersama gemilang mas, bukannya kita imm ...emmmppp." Angga membungkam bibir Alina menggunakan telapak tangannya dengan kasar. Amarah, rasa kesal dan cemburu bergabung jadi satu. Membayangkan tubuh istrinya di sentuh oleh pria lain saja sudah membuat darah di sekujur tubuhnya mendidih. Tidak boleh, Alina hanya miliknya, Angga akan membunuh siapa pun yang berani menyentuh tubuh istrinya. "Cukup Alina, Aku bilang cukup. Kamu hanya seorang istri yang harus selalu taat dengan perkataan ku sebagai suamimu. Jangan terus membuat masalah dan memperkeruh ke adaan, muak aku lina muak ngeliat sikap kamu sekarang." Ucap Angga dengan menaikkan intonasi suaranya. Ia benar benar sedang di makan api cemburu saat ini. Alina yang mendengar suara Angga meninggi terpanjat kaget bukan main. Sebelumnya Angga selalu menatap Alina dengan penuh cinta dan kelembutan tapi sekarang Angga membentaknya. Bahkan Angga meneriaki dirinya dengan begitu lantang, Anggamenarik lengan Alina dengan kasar. "Mas, aku nggak mau" "Kali ini kamu benar benar keterlaluan Alina, jelas jelas kamu tau itu acara penting buat aku, bisa bisanya kamu memperkeruh keadaan dan membuat keributan di depan umum, Sudah puas kau permalukan suamimu ini alina." Ujar Angga dengan menarik tangan Alina menuju ke atas ranjang mereka. "Aku perempuan mas, aku seorang istri. Jadi kamu mau aku diam kalau dia minta izin untuk menikah dengan kamu, Aku harus diam itu maksud kamu mas. Jangan mimpi, bilang sama gudik kamu itu jangan mimpi nama kamu tertulis di akte lahir anaknya." Jawab Alina dengan terisak, kali ini ia benar benar kecewa dengan suaminya itu. "Cukup Aku bilang Alina, Bagaimana pun dia tetap putraku walaupun dia terlahir dari rahim wanita yahg kamu sebut gudik " Teriak Angga sampai urat urat pada lehernya bermunculan mukanya sudah mulai merah padam. Alina mencoba melepaskan genggaman tangan angga,"sakit mas lepas, tangan aku sakit mas." Rintihnya menahan sakit. Angga memegang pergelangan tangan Alina dengan cukup kuat. Hingga membuat alina berkali kali meringis kesakitan. "Aaaaa..." Teriakan Angga saat Alina menggigit lengan Atas angga. Di lihatnya pergelangan tangannya itu sudah memar ke merahan membentuk lingkaran bekas cekalan tangan bram. "Kamu sekarang benar-benar keterlaluan mas, sudah aku bilang lepaskan aku mas. Kalau kamu memang gak bisa lagi bersama ku lepaskan aku, tinggalkan aku mas. Sampai kapan aku harus hidup dalam bayang-bayang dan pengkhianatan kamu mas, sampai kapan?. Kamu orang yang paling egois selama ini mas?." Teriak Alina dan meninggalkan Angga yang berdiri mematung. Sumpah demi tuhan ia benar-benar terbakar api Amarah saat ia mendengar ucapan dan hinaan orang orang karena perkataan istrinya di acara tersebut. Angga mulai bergerak dengan cepat, namun sayang ia terlambat. Alina lebih dulu menutup pintu kamar kedua anak-anaknya itu dan mengguncihya dari dalam. Tok Tok Tok "Alina sayang buka, maafin mas, mas terbawa emosi sayang." Teriak Angga, tapi sayang tidak ada sahutan dari dalam sedikit pun, hanya ke heningan dan itu membuat angga semangkin takut dan semangkin merasa bersalah. "Sayang, Alina sayang buka sayang. Mas benar benar hilaf sayang buka pintunya ya, maafin mas sayang. Maafi mas sayang, mas udah nyakiti kamu sayang maaf ya." Teriak Angga, Angga mendesah frustasi. Harusnya angga tidak berbuat kasar pada Alina. Apalagi Alina juga terlalu sering mendapat kekerasan oleh ke dua orang tua dan saudara saudaranya. Sekarang ia harus menerima suara Bentakkan dari suami tercintanya itu. Angga mengacak-acak rambutnya dengan kedua t tangan miliknya. Berkali kali ia mengeruk pintu dan memanggil istri nya tetap saja tidak ada sahutan dari dalam kamar itu. Angga pun pergi meninggal kan tempat itu, ia masuk ke dalam ruang kerja dan duduk di atas kursi kebesaran nya. "Maaf sayang lagi dan lagi mas nyakitin kamu sayang maafin mas." Gumanya dengan memandang photo pernikahan dirinya dan Alina yang tergantung di atas sana. Tak terasa air mata Angga mengalir membasahi ke dua pipi pria tampan tersebut. Ia menarik nafas dan menghembuskannya kembali guna untuk mengendalikan emosinya sedang berada di puncak hingga tanpa sadar ia melukai istri tercintanya. Di dalam kamar Alina menangis pilu, ia menangis hingga terisak tangisannya benar benar menyayat hati bagi siapa saja yang mendengarnya. Semangkin hari semangkin kuat juga alasannya untuk tidak lagi bersama dengan Angga. Dan alina semangkin percaya bahwa perceraian saat ini terbaik untuk mereka berdua. Hatinya, mental dan sekarang fisiknya pun juga ikut merasakan sakit. Laki-laki yang sangat ia cintai, laki-laki yang menjadi ayah dari ke dua putra-ya kini benar bener tega melukainya. "Kamu berubah mas, kamu benar-benar berubah mas." Guma Alina dari sela sela Isak tangisnya. "Perbuatan kamu sekarang semangkin membuatku percaya mas, jika kamu juga memiliki perasaan pada wanita yang kau sebut sebagai kesalahan mas!" lirih Alina, hatinya begitu sakit. Tok Tok Tok "Sayang buka, maafin mas sayang." Angga terus saja mengetuk pintu kamar itu hingga dirinya tanpa sengaja tertidur di depan pintu kamar kedua putranya. Alina mengusap kedua matanya, hatinya sudah merasa lebih baik. "kamu harus kuat lina, devan dan david masih butuh kamu. Kalau kamu lemah siapa yang menguatkan mereka ia kaku harus kuat alina." Ujarnya dengan menatap cermin yang berada di ruangan itu. ..... "Jika tidak mencintainya kenapa harus membuat wanita yang kau cintai terluka tuan?." -Alina-Katamu, aku wanita satu satunya yang kamu cintai sepanjang hidup. Katamu, aku akan menjadi wanita satu satunya yang akan menjadi ibu dari anak anak kamu?, Bukan kah begitu?, Ah, rupanya tidak, itu hanya janji manis, dan aku benar benar menyesal percaya akan hal itu?. .... "Siapa mereka mas?" tanya Alina. Tubuh Alina bergetar, menahan sesak di hati melihat wanita berdiri di hadapannya dengan menggendong seorang bayi, yang wanita itu klaim sebagai anak dari suaminya. "Aku Gemilang mbak, sekretaris mas angga." Jawabnya dengan menatap tajam alina. "Aku kesini ingin meminta pertanggung jawaban dari mas angga, tidak ada seorang ibu yang ingin anaknya tidak mendapat kasih sayang seorang ayah." Sambungnya kembali. Tubuh alina terhuyung ke belakang, Jantung alina seakan berhenti berdetak mendengar jika suaminya ternyata memiliki anak bersama wanita lain. Tatapan alina beralih menatap angga. "Mas dia berbohong bukan?, Ti-tidak mungkin kamu mengkhianatikukan mas?." Tanya Alina deng
Bukankah Keluarga Tempat Ternyaman Untuk Menetap, Tapi Kenapa Tidak Untukku. Mereka Menjadi Luka Terdalam Seumur Hidupku. ....... "Cukup Alina, Hentikan omong kosongmu itu. Kau tidak akan bisa mendapatkan laki-laki seperti angga kembali. Biarkan saja wanita itu memiliki anak dari angga, toh cinta angga hanya untuk kamu bukan yang lain." Jawab sang ibu dengan enteng. Alina menatap tidak percaya dengan ucapan wanita yang telah melahirkannya itu, bagaimana ibunya meminta alina bertahan dengan pria yang telah mengkhianatinya. "Tapi bu, mas angga berselingkuh. Dia mengkhianati pernikahan suci kami bu, bagaimana ibu meminta untuk bertahan." Jawab alina dengan menatap wajah sang ibu penuh kekecewaan. "Wajar laki-laki seperti angga memiliki wanita lain alina, pria sukses, mapan dan tampan seperti Angga merupakan impian setiap wanita. Mereka berlomba-lomba ingin tidur di atas ranjang suamimu. Kau malah ingin bercerai dimana pikiranmu?." Teriak sang ibu, Alina memejamkan matanya,
Kalau saja, andai saja.Kata itulah yang selama ini ia rasakan.Beribu penyesalan tidak akan dapat merubah keadaan. Tapi bisakah ia perbaiki masa depan ..... "Mas angga, dia, di-dia punya anak dari sekretarisnya Kia." Ucapnya dengan nada bergetar, Kia yang mendengar itu langsung memeluk Alina dengan erat, memberikan kekuatan untuk iparnya itu. Sedangkan Basmal, ia memejamkan kedua matanya. Ternyata praduganya benar, wanita ular itu tidak akan melepaskan kakaknya begitu saja. "Dia khianati aku kia, dia rusak pernikahan suci kami. Hiks...." Sambungnya dengan lirih. Bahu alina bergetar di dalam pelukan kia, hidupnya hancur dalam sekejam. Kedatangan wanita itu menghancurkan segalanya. Kia mengusap lembut punggung Alina, Kia merelai pelukan itu ketika Alina sudah mulai tenang. "Maafkan aku, aku terlalu terbawa suasana," Ujarnya dengan lirih. "Lalu apa Keputusan kakak?." Alina hanya menggelengkan kepalanya, kejadian ini terlalu tiba-tiba, bahkan tidak pernah terlint
Ia merasa semuanya terasa seperti mimpi, Bagaikan di tikam palu tak kasat mata, Orang yang kata nya sangat mencintai nya justru memberi luka, lalu bagaimana itu bisa terjadi?, cinta seperti apa yang ia maksud?. ... Pagi ini badan Alina mendadak panas, belum lagi kepalanya pusing bukan main. Memang selama beberapa hari ini ia stres dan nafsu makannya berkurang. Belum lagi ia selalu terjaga tengah malam kerena mimpi buruk. Kacau, saat ini alina benar-benar kacau, ah lebih tepatnya hancur. Angga yang melihat istrinya tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, berinisiatif untuk menyiapkan roti panggang untuk sarapan mereka. Namun setelah ia selesai menyiapkan sarapan untuk mereka berdua alina belum juga turun. Akhirnya ia masuk ke dalam kamar, angga mendapati Alina masih terbaring di atas tempat tidur. Perlahan Angga mendekati Alina, ia mengusap rambut istrinya dengan lembut. Angga mendadak panik saat mendapati telapak tangannya terasa panas. Ia saat ini istri nya sedang
Melepaskan mu, rasanya aku asing dengan itu, karena secuil pun aku tidak pernah memikirkan itu apalagi sampai melakukannya. ... "Kamu itu harus bersyukur dapat suami kayak Angga, lagian pelakor itu kan tidak di nikahi oleh suami mu, anaknya pun tidak berada di sini masih dengan ibunya, jadi kamu aman gak usah berlagak minta cerai." Suara ibu Alina kembali terdengar, orang tua alina berkunjung ke rumah mereka karena ingin melihat kedua cucunya. Sementara Angga menemani ayahnya di ruang tamu. Alina menyampaikan maksud ke inginannya untuk bercerai dengan angga kepada sang ibu, Alina ingin sekali bercerai dengan Angga namun na'as semuanya kembali sia-sia. "Nggak usah aneh-aneh, anak kamu udah dua, kamu nggak kerja, nggak punya tempat tinggal, kamu tau sendirikan rumah ibu kamarnya sudah full, tidak ada kamar lagi yang bisa kamu tempati jika seandainya kamu tinggal dengan ibu, sudahlah kamu tidak akan bisa apa-apa tanpa angga lina jadi jangan betingkah." "Banyak wanita yang ingi