Ia merasa semuanya terasa seperti mimpi, Bagaikan di tikam palu tak kasat mata,
Orang yang kata nya sangat mencintai nya justru memberi luka, lalu bagaimana itu bisa terjadi?, cinta seperti apa yang ia maksud?. ... Pagi ini badan Alina mendadak panas, belum lagi kepalanya pusing bukan main. Memang selama beberapa hari ini ia stres dan nafsu makannya berkurang. Belum lagi ia selalu terjaga tengah malam kerena mimpi buruk. Kacau, saat ini alina benar-benar kacau, ah lebih tepatnya hancur. Angga yang melihat istrinya tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, berinisiatif untuk menyiapkan roti panggang untuk sarapan mereka. Namun setelah ia selesai menyiapkan sarapan untuk mereka berdua alina belum juga turun. Akhirnya ia masuk ke dalam kamar, angga mendapati Alina masih terbaring di atas tempat tidur. Perlahan Angga mendekati Alina, ia mengusap rambut istrinya dengan lembut. Angga mendadak panik saat mendapati telapak tangannya terasa panas. Ia saat ini istri nya sedang demam. "Sayang hei, bangun. Badan kamu panas sayang?" "Engghh" Alina melenguh, ia mengeratkan selimutnya membungkus tubuhnya yang saat ini terasa sangat dingin baginya. "Buka selimutnya sayang. Suhu tubuh kamu panas banget ini sayang." "Dingin." Sahut Alina dengan suara paruh. Ia benar benar merasa kan dingin di seluruh tubuhnya. Angga yang khawatir segera mengambil air dan kain. Ia mengompres kening istrinya yang saat ini sedang demam. Setelah itu Angga ke dapur membuatkan bubur untuk istrinya dan mengambil obat penurun panas. Setelah selesai, angga kembali ke kamar dengan membawa nampan yang berisi bubur, air hangat dan obat penurun panas. Angga meletakkan nampak di atas meja dekat ranjang. "Sayang makan dulu ya, habis itu kita minum obat biar demamnya cepat turun." Alina menggeleng, ia tak ingin makan apalagi minum obat. Perutnya saat ini benar-benar sedang tidak enak. "Sedikit aja sayang. mau ya?." Angga tersenyum saat Alina mengangguk, ia membantu istri tercintanya duduk bersandar di kepala ranjang. Melihat wajah istrinya yang pucat, Alina benar-benar merasa tidak tega dan ia sangat sedih dengan ke adaan istrinya sekarang dan itu semua tidak lepas dari kesalahannya. Angga mengambil semangkuk bubur dan menyuapinya dengan perlahan, "Maaf kalau bubur nya nggak enak." Ujar angga, karena jujur saja ia tidak tahu cara membuat bubur seenak buatan istri tercintanya.. Alina hanya diam menerima suapan dari angga. Suapan demi suapan Alina terima, tapi hanya lima kali suap Alina sudah menggelengkan kepalanya, Pertanda Alina sudah tidak lagi ingin memakan bubur tersebut. Bukan, bukan berarti rasa bubur itu tidak enak. Hanya saja perutnya yang memang tidak bisa menerima nya lagi. Angga menghela nafas berat, meletakkan bubur di atas meja. Ia lalu mengambil air dan obat penurun panas lalu di berikan kepada istrinya. Dengan malas-malasan Alina terpaksa mengambil obat tersebut. Jujur saya, ia sangat tidak menyukai obat yang pahit sama seperti cerita hidupnya. "Kamu istirahat ya, mau aku pegang kepalanya atau, mau aku..." "Nggak perlu." Sahut Alina kembali merebahkan dirinya Angga menunduk merasakan sesak di dadanya, "Kamu masih marah sama aku sayang?." Alina hanya diam dan memejamkan matanya, rasanya lucu sekali mendengar pertanyaan itu. "Maaf ya, aku minta maaf?." Nada suara Angga mulai bergetar, suara nya tercekat menahan sesak. "Aku memang bukan suami yang baik, tapi lin aku mohon jangan ke mana-mana. Jangan tinggalkan aku, aku mohon." Ini bukan sekali dua kali ia memohon, jika perlu ia akan terus memohon agar Alina tidak kemana mana, Agar istri nya tetap ada di sini nya. Karena sungguh, jika Alina pergi Angga tidak tahu lagi bagaimana menjalani hidup. "Aku minta maaf, aku terlalu egois, aku nggak akan bisa melepaskan kamu?." Ucap Angga Air mata nya sudah tumpah dan terjatuh di kedua pipi nya. "Lebih baik kamu berangkat kerja?." Sahut Alina "Mana mungkin aku berangkat kerja. Aku nggak bisa meninggalkan kamu dalam keadaan begini lin." Alina memilih diam mengabaikan Angga yang masih duduk di sisi ranjang. Mata Alina sudah mulai terpejam, mungkin saja karena efek obat yang ia minimum. Melihat istrinya sudah terlelap Angga pun bangkit mengganti pakaian nya kembali dengan pakaian rumah. .... Siang hari, Alina membuka matanya melihat sekeliling ruangan, Angga sudah tidak ada di ruangan tersebut, Alina mengira Angga sudah berangkat ke kantor. Tubuhnya sudah jauh lebih baik. Kepalanya juga sudah tidak terlalu sakit dan suhu tubuh nya sudah kembali normal. Dengan langkah gontai, Alina mencuci wajahnya di kamar mandi dan bergegas turun ke lantai bawah. Netra matanya bersitatap dengan angga, rupanya laki-laki itu benar-benar tidak berangkat ke kantor. "Sayang kamu kok udah bangun?, gimana kamu udah mendingan belum sayang?." Tanya Angga yang khawatir melihat Alina "Iya." Angga mengatupkan bibirnya, tidak tahu lagi ingin bertanya apa. Melihat jawaban Alina seperti itu sudah cukup menandakan bahwa Alina sudah tidak ingin lagi berbicara dengannya. "Mas" "Iya sayang" "Boleh aku bicara sebentar." angga menelan ludah dengan kasar, takut dengan apa yang akan istrinya bicarakan. Ia takut jika itu berkaitan dengan,,, tidak, tidak demi tuhan jangan. Angga terkejut saat melihat istrinya duduk bersimpuh di bawah kakinya. "Sayang, hei, kamu..." Alina menggelengkan kepalanya meminta angga untuk diam, di tempat nya. "Tolong mas, lepaskan aku," bibir alina mulai bergetar, air matanya mengalir bak anak sungai. "Aku nggak tau lagi bagaimana cara melupakan semuanya, aku nggak tau bagaimana caranya, tolong." Alina menyentuh dadanya yang terasa sesak, bukan ia tak berusaha, ia sudah sangat berusaha melupakan semuanya, lalu ia ingin bersikap seperti semula. Tapi demi tuhan ia benar-benar tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia bukan satu satunya yang memberikan Angga kenikmatan dan seorang putra. Ia tidak sanggup membayangkan bagaimana tubuh Angga di sentuh dan menyentuh wanita lain, berkali kali dan menanam kan benih nya di dalam rahim wanita itu. Sungguh rasa nya sarah hampir gila. "Kamu lagi sakit sayang, mangkanya kamu ngelantur gini hemm?," angga tersenyum ia masih berfikir positif dan mensugeati dirinya bahwa alina istrinya itu tidak serius dengan hal ini. Tapi senyum angga memudar tat kala kedua matanya bersitumbruk dengan netra mata Alina yang nampak lelah dan sayu. Saat ini juga angga terdiam kaku, saat mendengar istrinya berkata. "Aku sehat, aku sehat tapi hati ku tidak baik baik saja, aku mohon mas aku mohon. Tolong mas." Angga menggeleng, ia duduk bersimpuh di depan istrinya, menyentuh tangan istrinya dan menggenggam nya erat erat, "tolong sayang, tolong jangan begini." Alina terisak dan itu sangat menyakitkan di mata Angga. Rasanya tak mampu lagi menahan rasa sakit di dada saat melihat wanita yang ia cintai menangis seperti ini karena diri nya. Apakah ia harus melepaskan Alina?, tapi demi tuhan ia tidak mau ini terjadi. ....Melepaskan mu, rasanya aku asing dengan itu, karena secuil pun aku tidak pernah memikirkan itu apalagi sampai melakukannya. ... "Kamu itu harus bersyukur dapat suami kayak Angga, lagian pelakor itu kan tidak di nikahi oleh suami mu, anaknya pun tidak berada di sini masih dengan ibunya, jadi kamu aman gak usah berlagak minta cerai." Suara ibu Alina kembali terdengar, orang tua alina berkunjung ke rumah mereka karena ingin melihat kedua cucunya. Sementara Angga menemani ayahnya di ruang tamu. Alina menyampaikan maksud ke inginannya untuk bercerai dengan angga kepada sang ibu, Alina ingin sekali bercerai dengan Angga namun na'as semuanya kembali sia-sia. "Nggak usah aneh-aneh, anak kamu udah dua, kamu nggak kerja, nggak punya tempat tinggal, kamu tau sendirikan rumah ibu kamarnya sudah full, tidak ada kamar lagi yang bisa kamu tempati jika seandainya kamu tinggal dengan ibu, sudahlah kamu tidak akan bisa apa-apa tanpa angga lina jadi jangan betingkah." "Banyak wanita yang ingi
"Apa-Apaan kamu alina, kamu sengaja ingin mempermalukan aku dan Gemilang?, tindakan gegabah kamu itu membuat namaku dan Gemilang tercoreng!." Teriak Angga yang baru sama memasuki kamar mereka. "Memangnya kenapa mas?, Bukannya yang aku katakan kebenaran ya?. kalau wanita itu hanya penghangat ranjang kamu?." Angga mengeraskan rahangnya. "Harus berapa kali aku bilang sama kamu alina, itu semua hanya sebuah kecelakan. Hanya sebuah ketidak sengajan." Ucap Angga menekan setiap kalimatnya dengan wajah yang Sudah memerah menahan amarah "Tapi itu semua tidak jadi alasan buat kamu mempermalukan aku dan Gemilang di depan umum alina." Sambungnya kembali Hanya ketidak sengajan gimananya ya?, Di bagian mana ketidak sengajanitu terjadi mas?, bukannya hubungan kalian masih berlanjut hingha saat ini. Bahkan kamu berani membentak aku di depan umum mas demi dia. Wanita yang kau anggap sebagai kesalahan." Alina menipiskan bibirnya memandang Angga dengan tatapan begitu nyalang. "Kamu pikir aku apa
Katamu, aku wanita satu satunya yang kamu cintai sepanjang hidup. Katamu, aku akan menjadi wanita satu satunya yang akan menjadi ibu dari anak anak kamu?, Bukan kah begitu?, Ah, rupanya tidak, itu hanya janji manis, dan aku benar benar menyesal percaya akan hal itu?. .... "Siapa mereka mas?" tanya Alina. Tubuh Alina bergetar, menahan sesak di hati melihat wanita berdiri di hadapannya dengan menggendong seorang bayi, yang wanita itu klaim sebagai anak dari suaminya. "Aku Gemilang mbak, sekretaris mas angga." Jawabnya dengan menatap tajam alina. "Aku kesini ingin meminta pertanggung jawaban dari mas angga, tidak ada seorang ibu yang ingin anaknya tidak mendapat kasih sayang seorang ayah." Sambungnya kembali. Tubuh alina terhuyung ke belakang, Jantung alina seakan berhenti berdetak mendengar jika suaminya ternyata memiliki anak bersama wanita lain. Tatapan alina beralih menatap angga. "Mas dia berbohong bukan?, Ti-tidak mungkin kamu mengkhianatikukan mas?." Tanya Alina deng
Bukankah Keluarga Tempat Ternyaman Untuk Menetap, Tapi Kenapa Tidak Untukku. Mereka Menjadi Luka Terdalam Seumur Hidupku. ....... "Cukup Alina, Hentikan omong kosongmu itu. Kau tidak akan bisa mendapatkan laki-laki seperti angga kembali. Biarkan saja wanita itu memiliki anak dari angga, toh cinta angga hanya untuk kamu bukan yang lain." Jawab sang ibu dengan enteng. Alina menatap tidak percaya dengan ucapan wanita yang telah melahirkannya itu, bagaimana ibunya meminta alina bertahan dengan pria yang telah mengkhianatinya. "Tapi bu, mas angga berselingkuh. Dia mengkhianati pernikahan suci kami bu, bagaimana ibu meminta untuk bertahan." Jawab alina dengan menatap wajah sang ibu penuh kekecewaan. "Wajar laki-laki seperti angga memiliki wanita lain alina, pria sukses, mapan dan tampan seperti Angga merupakan impian setiap wanita. Mereka berlomba-lomba ingin tidur di atas ranjang suamimu. Kau malah ingin bercerai dimana pikiranmu?." Teriak sang ibu, Alina memejamkan matanya,
Kalau saja, andai saja.Kata itulah yang selama ini ia rasakan.Beribu penyesalan tidak akan dapat merubah keadaan. Tapi bisakah ia perbaiki masa depan ..... "Mas angga, dia, di-dia punya anak dari sekretarisnya Kia." Ucapnya dengan nada bergetar, Kia yang mendengar itu langsung memeluk Alina dengan erat, memberikan kekuatan untuk iparnya itu. Sedangkan Basmal, ia memejamkan kedua matanya. Ternyata praduganya benar, wanita ular itu tidak akan melepaskan kakaknya begitu saja. "Dia khianati aku kia, dia rusak pernikahan suci kami. Hiks...." Sambungnya dengan lirih. Bahu alina bergetar di dalam pelukan kia, hidupnya hancur dalam sekejam. Kedatangan wanita itu menghancurkan segalanya. Kia mengusap lembut punggung Alina, Kia merelai pelukan itu ketika Alina sudah mulai tenang. "Maafkan aku, aku terlalu terbawa suasana," Ujarnya dengan lirih. "Lalu apa Keputusan kakak?." Alina hanya menggelengkan kepalanya, kejadian ini terlalu tiba-tiba, bahkan tidak pernah terlint