“Jadi sekarang apa yang akan kita lakukan dinda ?” tanya Bintang tiba-tiba hingga membuat Putri Samudra kembali menatap kearah Bintang.
“Katanya kanda kangen sama dinda... apa kanda boong ya sama dinda ?” ucap Putri Samudra lagi dengan cemberut.
“Hahaha.... istri kanda memang yang terbaik” ucap Bintang lagi seraya mencubit lembut hidung bangir dan mancung Putri Samudra yang ikut tersenyum kearahnya.
Bagaikan saling mengerti, baik Bintang dan Putri Samudra terlihat sama-sama mulai melepaskan pakaian masing-masing yang melekat ditubuh.
"Oohh.. kanda.., !" jerit Putri Samudra tak tertahankan.
Tulang-tulangnya serasa lolos dari persendiannya. Tubuhnya lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 5 jam! Gila! Jeritnya dalam hati. Belum pernah rasanya bercinta sampai sedemikian lamanya.
-o0o-
Pagi harinya, setelah berpamitan dengan Peramal 5 Benua dan Satria, Putri Samudra mengajak Bintang untuk pergi menemui Nyi Ipat Koco.
Sebuah pulau kecil yang berada di salah satu pesisir pantai selatan. Disekeliling pulau tersebut hanya pantai yang terlihat disepanjang mata memandang. Deburan ombak menyapu bibir pantai.
Werrr....!! Werrrr.......!!
Tiba-tiba saja laut yang tenang bergejolak hebat dan yang lebih luar biasa lagi, tiba-tiba saja air laut terbelah menjadi dua.
Hiiekkk !! Hiiekkk !!
Dari laut yang terbelah tiba-tiba saja muncul 2 ekor kuda yang dipacu oleh dua orang gadis jelita yang cantik. Tapi bukan itu yang menakjubkan, dibelakang kedua kuda tersebut, tiba-tiba saja muncul sebuah kereta kuda kencana yang ditarik oleh 2 ekor kuda jantan dengan 2 orang sais yang juga gadis jelita.
Kereta kencana yang diiringi oleh 2 ekor kuda itu melaju melewati jalan dilaut yang terbelah menuju kearah bibir pantai. Tak lama kemudian merekapun tiba ditepian pantai, secara menakjubkan air laut kembali menyatu seperti sedia kala, tak seberapa lama kemudian, rombongan itu tiba didepan sebuah gubuk tua yang ada ditepian pantai tersebut. Kereta kencana itu berhenti tepat didepan gubuk tua tersebut.
Dua orang gadis yang sejak dari tadi mengiringi kereta kencana tersebut terlihat turun dari kuda mereka, sedangkan dua orang gadis yang menjadi sais dikereta kencana tersebut juga terlihat turun dan membuka pintu kencana tersebut. Dari dalam kencana turun sepasang muda mudi, menapak tangga kecil dikereta kencananya. Salah satunya adalah sosok tubuh yang begitu anggun dan cantik yang turun dari kereta kencana tersebut. Sosok gadis berparas cantik nan jelita, mengenakan baju putih hijau, dengan tongkat berkepala naga ditangannya, terlihat sosoknya begitu anggun dan mempesona. Pakaian setengah dada yang dikenakannya memperlihatkan betapa putih dan mulus kulit yang dimilikinya. Raut wajahnya menampilkan kelembutan dan keanggunan sosoknya sebagai seorang wanita. Ikut bersama adalah sosok seorang laki-laki tampan dan gagah. Keduanya tak lain adalah Bintang dan Putri Samudra adanya. Langkah keduanya tampak menuju kearah gubuk tua yang ada dihadapan mereka.
Kreaakkkk....!!
Belum lagi keduanya melangkah lebih jauh, pintu gubuk sudah terbuka terlebih dahulu. Dari dalam gubuk, keluar seorang wanita tua yang tubuhnya sedikit bungkuk, wanita tua ini terlihat berjalan juga menggunakan sebatang tongkat pendek ditangannya, rambutnya yang sudah memutih menandakan kalau wanita tua ini sudah berumur lanjut. Tapi walaupun sudah berusia lanjut, mata wanita tua ini masih terlihat begitu tajam dan awas, ini dapat terlihat dari raut pandangannya yang mengarah tajam pada sosok-sosok yang ada didepan pintu gubuknya.
“Terimalah sembah hormat saya kanjeng Putri dan gusti Yudha Manggala.....”. ucap wanita tua ini lagi dengan cepat menjura hormat dihadapan Bintang dan Putri Samudra.
“Bangunlah Nyi Ipat Koco....bagaimana kabarmu nyi ?”. ucap Putri Samudra.
“Hamba baik-baik saja kanjeng Putri, mari...mari silahkan masuk kanjeng Putri, gusti prabu.....”. ucap wanita tua itu lagi mempersilahkan Putri Samudra dan Bintang untuk masuk kedalam gubuknya, sebelum melangkah masuk, Putri Samudra terlihat memberikan tanda kepada ke-4 dayang setianya untuk menunggu diluar gubuk, sedangkan Putri Samudra dan Bintang sendiri masuk bersama wanita tua yang disebut Putri Samudra dengan panggilan Nyi Ipat Koco tersebut.
Setelah berada didalam pondok, Nyi Ipat Koco segera mempersilahkan kanjeng Putri Samudra dan Bintang untuk duduk dihadapannya.
“Ini pertama kalinya gusti prabu Yudha Manggala berkunjung ke gubuk kecil hamba ini” ucap Nyi Ipat Koco lagi, Bintang hanya tersenyum. Nyi Ipat Koco tampak mengalihkan pandangannya kearah Putri Samudra.
“Sudah lama sekali kanjeng Putri tidak berkunjung kemari....” ucap Nyi Ipat Koco.
“Iya nyi.... sejak ayahanda menyerahkan kekuasaan istana dasar samudra, saya sangat sibuk mengurusi masalah-masalah kerajaan”. Ucap Putri Samudra lagi
“Heemmm..... ada maksud apa gerangan kanjeng Putri dan gusti prabu Yudha Manggala datang kemari, pastinya bukan sekedar untuk berkunjung bukan ?” tanya Nyi Ipat Koco. Putri Samudra dan Bintang terlihat saling pandang.
Dengan menarik napas panjang, Putri Samudrapun menceritakan maksud tujuannya datang ketempat Nyi Ipat Koco.
“Segel kutukan selaput dara....” ulang Nyi ipat koco lagi dengan wajah berubah seraya menatap kearah Bintang.
“Dari siapa raden mendapatkan segel kutukan selaput dara itu ?” tanya Nyi ipat koco lagi.
“Ratu Bunian” jawab Bintang singkat.
“Puti ayu pitaloka ?!!” tanya Nyi ipat koco lagi.
“Bukan nyi, tapi Puti Ayu Ningrum....” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Nyi ipat koco kembali berubah.
“Puti Ayu Ningrum, setahuku Ratu Bunian adalah puti ayu pitaloka... apakah putrinya atau apa ya ?” ucap Nyi ipat koco lagi seakan bertanya pada dirinya sendiri. Bintang sendiri bingung, karena Putri Samudra pun mengatakan demikian.
“Ah sudahlah, lalu bagaimana caranya gusti prabu bisa terkena segel kutukan selaput dara itu ? setahu hamba, segel itu tidak bisa digunakan untuk laki-laki, karena segel itu digunakan untuk merapatkan milik perempuan agar selalu seperti perawan” ucap Nyi ipat koco lagi.
“Itu juga yang saya tidak mengerti nyi, bagaimana kanda prabu bisa terkena segel kutukan selaput dara itu ?” ucap Putri Samudra lagi. “Mungkinkah Ratu Bunian memiliki cara untuk melakukannya....” ucap Nyi ipat koco lagi. “Oh tidak nyi, segel kutukan ini bukan berasal dari Ratu Bunian, tapi dipasang oleh seorang datuak dari nagari Negeri Batuah yang bergelar datuak malenggang dilangit.... saat itu Ratu Bunian menjadi tawanan datuak malenggang dilangit” jelas Bintang lagi hingga membuat wajah Nyi ipat koco dan Putri Samudra berubah. “Negeri Batuah....” ulang Putri Samudra terkejut. “Jauh juga pengembaraan kanda ya” sambung Putri Samudra lagi. “Dimaklumin aja kanjeng putri, gelar gusti prabukan Ksatria Pengembara, jadi wajar bila mengembara kemana-mana” sambung Nyi ipat koco ikut tersenyum. “Oh ya gusti, apakah selain segel kutukan selaput dara itu, datuak malenggang dilangit juga menggunakan ilmu yang lain yang menempel di
Bintang akhirnya kembali ke Bukit Bayangan dengan diantar oleh Putri Samudra, kembalinya Bintang tentu saja disambut dengan hangat oleh seluruh keluarga Bintang, karena memang sudah cukup lama Bintang tidak kembali. Terlebih para istri-istri Bintang yang kelihatannya begitu sangat rindu sekali dengan Bintang. Kondisi Bintang saat ini memang sengaja tidak diceritakan kepada seluruh keluarga Bintang, sebelum Putri Samudra kembali dari istana alam lelembut. Malam purnama, malam yang paling Bintang takutkan akhirnya datang juga. Perlahan tapi pasti keadaan Bintang mulai panas, semakin panas bila tidak segera melampiaskan hasrat birahinya, dan atas saran Putri Samudra, malam itu, Bintang tidak menggunakan bayangannya untuk menggauli istri-istrinya secara bersamaan, Putri Samudra menyarankan agar Bintang menggauli istrinya satu demi satu agar pemenuhan hasratnya dapat terpenuhi secara maksimal, karena itulah malam itu, Bintang mendatangi satu demi satu kamar-kamar istrinya, keganasan dan ke
Istana alam lelembut yang dipimpin Raja alam lelembut dengan sebutan Maharaja Yudha, adalah salah satu kerajaan lelembut diantara banyak kerajaan lelembut yang ada didunia ini, tapi alam lelembut yang dipimpin oleh Maharaja Yudha sangat disegani dan dihormati oleh kerajaan-kerajaan lelembut lainnya. Selain karena kesaktiannya, Maharaja Yudha juga diketahui memiliki saudara seperguruan yang juga memimpin Istana Dasar Samudra, kedua maharaja ini kemudian didapuk sebagai ketua negeri alam lelembut dan negeri alam ghaib. Tapi bersamaan dengan moksanya Maharaja Manggala dan Maharaja Yudha, kini Istana Dasar Samudra dipimpin oleh Putri Samudra dan Istana Alam Lelembut dipimpin oleh putri tertua Maharaja Yudha yang bernama Putri Dewi Kencana. Hari itu Istana Alam Lelembut terlihat lebih meriah, barisan para prajurit lelembut terlihat berdiri berjejer disepanjang jalan, suasana ini seakan-akan Istana Alam Lelembut seperti akan menyambut tamu agung, karena memang, Putri Samudra yang
NEGERI ATAS ANGIN adalah sebuah negeri yang selalu berpindah-pindah, tak banyak orang yang tau tentang adanya Negeri Atas Angin ini, karena memang tidak ada seorangpun yang pernah melihat atau pernah kesana, konon hanya orang-orang dari Negeri Atas Angin sendiri yang bisa masuk dan keluar dari negeri tersebut. Sehingga Negeri Atas Angin masih dianggap sebagai negeri mitos atau hayalan saja oleh sebagian orang. Tapi hal ini tentunya tidak berlaku untuk orang-orang linuwih yang sudah hidup ratusan tahun. Keberadaan sebuah kerajaan di Negeri Atas Angin benar-benar ada, tapi Negeri Atas Angin ini selalu berpindah-pindah tempatnya sehingga sangat sulit dicari keberadaannya, tapi entahlah, penulis sendiri masih meragukan tentang hal itu. Mudah-mudahan kedepan tabir mengenai kerajaan diNegeri Atas Angin akan terungkap, apakah hanya mitos belaka atau memang benar-benar nyata. Menyadari hal itulah kenapa Putri Samudra terlihat menarik nafas panjang, harapannya untuk mendapatkan m
Bukit bayangan malam itu terlihat sepi, karena memang malam telah larut, disalah satu kamar yang ada dirumah tempat kediaman keluarga besar Bintang, tepatnya dikamar yang ditempati Putri Samudra, terlihat sosok Bintang yang terbaring sendiri diatas peraduan. Malam ini Putri Samudra memang tidak menemani Bintang karena sudah kembali Istana Dasar Samudra untuk terus memberikan perintah dan pengawasan dalam pencarian letak wilayah Negeri Atas Angin. Sementara itu dikamar-kamar yang lain, terlihat pula sosok Bintang yang tidur bersama istri-istrinya, rupanya Bintang kembali menggunakan bayangannya untuk menemani istri-istrinya. Diatas pembaringan, Bintang tampak terbaring, tapi kedua matanya tetap terbuka. Berbagai pikiran berkecamuk, sulit sekali Bintang untuk menutup matanya malam itu, jauh didasar hatinya, sebenarnya Bintang cukup khawatir dengan keadaannya saat ini. Bintang berharap segel kutukan selaput dara yang dideritanya dapat segera teratasi sebelum malam purnama mendatang, kare
Negeri bunian. Ratusan orang bunian terlihat menyambut kedatangan Bintang bersama panglima Messya, sepanjang jalan menuju istana bunian, terlihat orang-orang yang dilewati Bintang segera berlutut memberikan hormat mereka kepada Bintang. Di istanapun terjadi hal seperti itu, para prajurit bunian yang semuanya adalah wanita tampak menjura hormat begitu Bintang melewati mereka. Panglima Messya membawa Bintang menuju aula utama, dimana disana telah menunggu wanita-wanita cantik jelita. Yang tentu salah satunya adalah sosok ratu bunian, Puti Ayu Ningrum yang tampak duduk disinggasana emasnya, sosok Puti Ayu Ningrum kali ini tampak tampil lebih anggun dan cantik, sudah mengenakan pakaian layaknya seorang ratu dengan mahkota emas dikepalanya. Begitu Bintang memasuki ruangan tersebut, Puti Ayu Ningrum bersama para panglimanya tampak langsung bangkit dan langsung menjura hormat kepada Bintang. Ayu Ningrum sendiri tampak turun dari singgasana kebesarannya dan langsung menjura
Sebuah goa dengan lubang yang sangat besar terpampang jelas dihadapan Bintang, Ayu Ningrum dan 6 orang panglima harimau yang ikut ke goa watu telo. Bintang tampak memperhatikan lubang Goa watu telo dengan seksama. Tidak ada yang aneh, sama seperti goa-goa lainnya, hanya saja goa watu telo memang memiliki lubang yang sangat besar sekali. “Apakah Ratu Ayu Pitaloka ada didalam sana ?” tanya Bintang tanpa menoleh. “Benar paduka, Ratu Ayu Pitaloka ada didalam sana” ucap Ayu Ningrum lagi. “Kenapa tidak kalian sendiri yang menyelamatkannya ?” tanya Bintang menoleh kearah Ayu Ningrum dan yang lain. “Kami tak sanggup paduka...” ucap Ayu Ningrum lagi. “Karena tempat ini dijaga oleh Siluman Angin Lahar paduka....” sambung panglima kitty lagi. “Siluman Angin Lahar....” ulang Bintang terkejut. “Benar paduka, Siluman Angin Lahar memiliki jurus 'ANGIN LAHAR” yang sangat ditakuti oleh bangsa lelembut dan bangsa ghaib seperti kami.... apa saja
Wuuussshhhhh !!! Baru saja Bintang membatin, tiba-tiba saja sebuah pusaran angin panas puting beliung terbentuk dari arah sebelah kanan Bintang, Bintang segera berpaling melihat pusaran angin panas yang membentuk angin puting beliung yang kini tengah menuju kearahnya dengan dahsyat. Bintang menyadari hal ini bisa membahayakan wanita yang ada didekatnya saat ini, berfikir kesitu, maka Bintangpun segera berkelebat menjauh, untungnya pusaran angin panas itu bergerak mengikuti sosok Bintang. Mengerikan !! semua yang dilewati pusaran angin panas itu tampak langsung berubah menjadi arang panas yang mengeras. Bintang yang melihat hal itu menyadari betapa bahayanya puasaran angin panas yang kini tengah memburunya itu. Sambil terus menghindar, Bintang terlihat menghimpun tenaganya, puncaknya, Bintang menghentikan larinya dan langsung berbalik menghadap kearah pusaran angin panas yang sedang menuju kearahnya. Kedua telapak tangan Bintang yang menyatu didepan da