MALAM menyambut kedatangan sang rembulan malam itu, keadaan di negeri jin atas langit terlihat sudah kembali seperti semula, setelah siang terjadi. Terjadi pertarungan dahsyat yang sampai saat ini menjadi buah bibir dikalangan bangsa jin. Sosok pemuda, bangsa manusia yang awalnya sangat tidak diunggulkan, kini mulai menarik perhatian bangsa jin. Pangeran Burkhan, putri Raja Thamrith dari Utara. Kalah dalam pertarungan pertamanya siang tadi melawan bangsa manusia yang bernama Bintang.
Sementara itu, sosok yang menjadi buah bibir saat ini di negeri atas langit. Bintang, tengah mengistirahatkan tubuhnya diatas sebuah pembaringan mewah yang telah disiapkan untuknya di istana negeri atas langit. Pertarungan kemarin cukup menguras tenaga Bintang. Bintang tak menyangka, kalau bangsa jin memiliki kesaktian dan kekuatan yang demikian hebat, hingga memaksanya bertarung dari pagi sampai petang. Karena itu, malam ini Bintang harus benar-benar mengistirahatkan tubuhnya untuk persiapan eso
“Kita ini bangsa manusia, Lyn. Kita tak bisa selamanya tinggal disini. Suatu saat nanti, kita harus kembali ke dunia kita, dunia manusia. Dan saat kita kembali. Aku ingin menikahimu” jelas Bintang hingga membuat Una Lyn terdiam. Ditatapnya dengan tajam kedua mata Bintang, seakan ingin mencari kebenaran dari ucapan Bintang barusan.“B-benarkah kau sangat mencintaiku, Bintang”“Bukan hanya mencintai Lyn, aku juga sangat menyayangimu. Dimasa depan, aku berjanji akan membahagiakanmu dengan segenap hatiku, Lyn”Kedua mata indah Una Lyn, langsung berbinar-binar mendengar ucapan Bintang barusan dan tanpa menunggu waktu lebih lama lagi. Una Lyn langsung menjatuhkan dirinya ke pelukan Bintang. Di peluknya dengan erat tubuh Bintang. Bintang tersenyum lega melihat Una Lyn luluh hatinya mendengar penjelasannya, karena itu kemudian, Bintang membalas pelukannya.“Kukira, aku akan kehilanganmu. Bintang”“Aku y
“Hari ini, hamba ingin melawan putra mahkota kerajaan timur” kata Bintang dengan mantap. Mendengar ucapan Bintang, semua perhatian kini langsung tertuju kearah Pangeran Mazhab dan Pangeran Marrah. Siapakah yang akan Bintang pilih untuk dihadapinya. Pangeran Mazhab dan Pangeran Marrah terlihat sangat antusias untuk bisa bertanding dengan Bintang, karena ini kesempatan mereka bila bisa menenangkan adu kesaktian ini, maka salah satu diantara mereka akan dapat mempersunting Putri Zhena sebagai istri. Dan ini membuat keduanya sangat bersemangat sambil terus menanti-nanti, siapa diantara mereka berdua yang akan dipilih untuk menjadi lawan.“Hamba serahkan masalah ini kepada pangeran berdua, siapa yang ingin pertama kali menghadapi hamba disini” kata Bintang akhirnya menyerahkan keputusan itu kepada Pangeran Mazhab dan Pangeran Marrah sendiri. Kedua pangeran ini terlihat saling memandang satu sama lain. Walaupun mereka saudara kembar, tapi kali ini harus ada
“Katakan!”“Pangeran angkuh dan sombong, kurasa nama itu sangat cocok, ha ha ha...!” Bintang tertawa keras setelah menyebutkan kata-katanya dengan keras. Seketika saja tempat itu diriuhi oleh suara-suara yang mengecam hinaan Bintang kepada Pangeran Marrah.“Benar-benar cari mati, dia!” kata salah seorang penonton.“Benar-benar tak bisa diampuni, dia!” sahut yang lain lagi.Sementara itu, di panggung kehormatan, terlihat raut wajah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal mengkelam, tapi masih terlihat wibawanya yang kuat. Sedangkan Putri Zhena yang ada disebelahnya tampak sibuk menahan tawanya mendengar ucapan Bintang yang telah membuat Pangeran Marrah terhina.“Zhena, jaga sikapmu!” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sampai harus memperingatkannya.“Habisnya lucu ayahanda raja, lihat saja wajah Pangeran Marrah, sampai merah begitu seperti kepiting rebus” ucap Putri Zhena tersenyum-
Jurus demi jurus terlewati dan sejauh ini Bintang masih cukup mampu mengimbangi kedahsyatan Kilat Halilintar Langit Membelah Lautan milik Pangeran Marrah.Memasuki jurus ke 56, Pangeran Marrah melompat mundur. Dia sadar lawannya juga memiliki karakter jurus yang sama dengan miliknya.“Kilat Halilintar Langit Menyambar Mangsa, Heaa...”Zzzzgghh...!Pangeran Marrah mengerahkan jurus keduanya. Kilat Halilintar Langit Menyambar Mangsa. Dengan jurus ini Pangeran Marrah terlihat langsung mengibaskan tangannya kearah Bintang, seketika kilatan halilintar langsung menyambar kearah Bintang.Bintang menunjukkan kelasnya sebagai pendekar tanpa tanding didunia persilatan, dengan kecepatan Gerak Kilatnya, Bintang bergerak menghindari serangan Pangeran Marrah.Duarr... Duarrr... Duarrrr...!Kembali tempat-tempat kosong menjadi sasaran serangan Pangeran Marrah dengan Tangannya. Kecepatan Gerak Kilat
“Aku terlalu meremehkanmu, Hai! Manusia” Ucap Pangeran Marrah lagi dengan tajam. Bintang hanya tersenyum tipis. “Tapi kau jangan senang dulu, aku masih punya jurus terakhir, Kutuk ‘Kilat Halilintar Langit Ke-9’”. Ucap Pangeran Marrah seraya mengangkat Tangan kearah langit.Cleetarr... Clleeetarrrr..!Dua halilintar menggelegar dan menyambar tangan Pangeran Marrah. Seketika tangan itu langsung dialiri oleh kilat halilintar yang bergejolak hebat. Perlahan tapi pasti arus kilat halilintar yang ada di tangan Pangeran Marrah mulai menjalar ke ujung tangannya dan membentuk satu cahaya hitam yang berbentuk bola. Semakin lama cahaya hitam berbentuk bola ini semakin besar dan terus membesar.Di tempatnya Bintang terkejut melihat hal itu, tapi tidak ada waktu bagi Bintang untuk terkesima. Seketika Bintang membuka kuda-kudanya dan langsung mengarahkan kedua telapak tangannya kearah langit.Cleetarrr... ! Zzzgghh...!
“Aku mengaku kalah”. ucap Pangeran Marrah dengan wajah tertunduk. Sementara itu Bintang terlihat tersenyum dan dapat menarik nafas lega mendengar hal itu. Bersamaan dengan itu, cahaya petir yang ada ditubuh Bintang lenyap dan seketika itu juga sosok Bintang jatuh lemas.Pangeran Marrah sendiri sangat terkejut melihat hal itu, rupanya energi DEWA PETIR yang tadi Bintang pergunakan, telah menguras habis tenaganya hingga akhirnya membuat Bintang langsung lemah. Itulah kenapa Bintang sangat jarang menggunakan energi DEWA PETIRnya, tapi kalau saja saat ini. Di tubuh Bintang masih memiliki Kuasa Dewa Tanpa Batasnya, mungkin keadaan Bintang tidak akan seperti ini.Serrr...!Sebelum tubuh Bintang jatuh ketanah, sesosok bayangan yang menebarkan bau harum melesat kearah Bintang dan langsung memapahnya. Ternyata dia adalah Ratu Dewi yang cantik jelita, Ratu Dewi langsung membantu mengangkat sosok Bintang.
Cukup lama Una Lyn pergi meninggalkan kamarnya, hingga saat dia kembali ke kamar itu, terlihat Una Lyn tengah mengenakan jubah besar yang menutupi sekujur tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.Di hadapan Bintang yang masih duduk diperaduan, Una Lyn melepaskan jubah panjang yang dikenakannya.Glek...Bintang meneguk ludahnya memandangi sosok menggoda Una Lyn yang kini berdiri dihadapannya. Una Lyn hanya mengenakan pakaian sutra berwarna pink yang benar-benar serasi dengan kulitnya yang putih mulus. Dibagian bawah terdapat rumbai-rumbai berbulu yang hanya sebatas selangkangannya saja, hingga paha dan kedua kakinya yang jenjang, putih dan mulus terlihat dengan jelas dipandangan Bintang. Sementara itu dibagian atasnya, juga sedikit renda hingga belahan gunung kembar yang membusung indah dibalik pakaian sutra yang dikenakannya terlihat dengan jelas.Una Lyn tampak tersenyum melihat Bintang yang menatapnya dengan tatapan penuh birahi. Una Lyn menarik ta
“Pangeran Mazhab. Maaf, izin tidak bisa kuberikan. Bagaimana kalau setelah pertarungan ini, aku justru tidak mendapatkan kesempatan untuk bertarung dengan manusia itu” ucap Pangeran Ahmar menunjuk kearah Bintang. Pangeran Mazhab memalingkan pandangannya ke jurusan Bintang. Pangeran Mazhab mengerti maksud ucapan Pangeran Ahmar, karena dia juga melihat kalau kondisi lawannya terlihat tidak dalam keadaan terbaiknya.“Sebaiknya kita serahkan keadilan ini kepada Tuanku Maharaja untuk memutuskan” sambung Pangeran Ahmar lagi. Kini semua perhatian tertuju kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sendiri tampak mengalihkan pandangannya ke jurusan Jin Ifrit yang ada beberapa langkah dihadapannya. Jin Ifrit seakan mengerti arti pandangan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal kepadanya, segera menganggukkan kepalanya. Jin Ifrit mengerti kalau Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal menyerahkan hal ini kepadanya. Maka Jin Ifrit pun berkata d