Jurus demi jurus terlewati dan sejauh ini Bintang masih cukup mampu mengimbangi kedahsyatan Kilat Halilintar Langit Membelah Lautan milik Pangeran Marrah.
Memasuki jurus ke 56, Pangeran Marrah melompat mundur. Dia sadar lawannya juga memiliki karakter jurus yang sama dengan miliknya.
“Kilat Halilintar Langit Menyambar Mangsa, Heaa...”
Zzzzgghh...!
Pangeran Marrah mengerahkan jurus keduanya. Kilat Halilintar Langit Menyambar Mangsa. Dengan jurus ini Pangeran Marrah terlihat langsung mengibaskan tangannya kearah Bintang, seketika kilatan halilintar langsung menyambar kearah Bintang.
Bintang menunjukkan kelasnya sebagai pendekar tanpa tanding didunia persilatan, dengan kecepatan Gerak Kilatnya, Bintang bergerak menghindari serangan Pangeran Marrah.
Duarr... Duarrr... Duarrrr...!
Kembali tempat-tempat kosong menjadi sasaran serangan Pangeran Marrah dengan Tangannya. Kecepatan Gerak Kilat
“Aku terlalu meremehkanmu, Hai! Manusia” Ucap Pangeran Marrah lagi dengan tajam. Bintang hanya tersenyum tipis. “Tapi kau jangan senang dulu, aku masih punya jurus terakhir, Kutuk ‘Kilat Halilintar Langit Ke-9’”. Ucap Pangeran Marrah seraya mengangkat Tangan kearah langit.Cleetarr... Clleeetarrrr..!Dua halilintar menggelegar dan menyambar tangan Pangeran Marrah. Seketika tangan itu langsung dialiri oleh kilat halilintar yang bergejolak hebat. Perlahan tapi pasti arus kilat halilintar yang ada di tangan Pangeran Marrah mulai menjalar ke ujung tangannya dan membentuk satu cahaya hitam yang berbentuk bola. Semakin lama cahaya hitam berbentuk bola ini semakin besar dan terus membesar.Di tempatnya Bintang terkejut melihat hal itu, tapi tidak ada waktu bagi Bintang untuk terkesima. Seketika Bintang membuka kuda-kudanya dan langsung mengarahkan kedua telapak tangannya kearah langit.Cleetarrr... ! Zzzgghh...!
“Aku mengaku kalah”. ucap Pangeran Marrah dengan wajah tertunduk. Sementara itu Bintang terlihat tersenyum dan dapat menarik nafas lega mendengar hal itu. Bersamaan dengan itu, cahaya petir yang ada ditubuh Bintang lenyap dan seketika itu juga sosok Bintang jatuh lemas.Pangeran Marrah sendiri sangat terkejut melihat hal itu, rupanya energi DEWA PETIR yang tadi Bintang pergunakan, telah menguras habis tenaganya hingga akhirnya membuat Bintang langsung lemah. Itulah kenapa Bintang sangat jarang menggunakan energi DEWA PETIRnya, tapi kalau saja saat ini. Di tubuh Bintang masih memiliki Kuasa Dewa Tanpa Batasnya, mungkin keadaan Bintang tidak akan seperti ini.Serrr...!Sebelum tubuh Bintang jatuh ketanah, sesosok bayangan yang menebarkan bau harum melesat kearah Bintang dan langsung memapahnya. Ternyata dia adalah Ratu Dewi yang cantik jelita, Ratu Dewi langsung membantu mengangkat sosok Bintang.
Cukup lama Una Lyn pergi meninggalkan kamarnya, hingga saat dia kembali ke kamar itu, terlihat Una Lyn tengah mengenakan jubah besar yang menutupi sekujur tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.Di hadapan Bintang yang masih duduk diperaduan, Una Lyn melepaskan jubah panjang yang dikenakannya.Glek...Bintang meneguk ludahnya memandangi sosok menggoda Una Lyn yang kini berdiri dihadapannya. Una Lyn hanya mengenakan pakaian sutra berwarna pink yang benar-benar serasi dengan kulitnya yang putih mulus. Dibagian bawah terdapat rumbai-rumbai berbulu yang hanya sebatas selangkangannya saja, hingga paha dan kedua kakinya yang jenjang, putih dan mulus terlihat dengan jelas dipandangan Bintang. Sementara itu dibagian atasnya, juga sedikit renda hingga belahan gunung kembar yang membusung indah dibalik pakaian sutra yang dikenakannya terlihat dengan jelas.Una Lyn tampak tersenyum melihat Bintang yang menatapnya dengan tatapan penuh birahi. Una Lyn menarik ta
“Pangeran Mazhab. Maaf, izin tidak bisa kuberikan. Bagaimana kalau setelah pertarungan ini, aku justru tidak mendapatkan kesempatan untuk bertarung dengan manusia itu” ucap Pangeran Ahmar menunjuk kearah Bintang. Pangeran Mazhab memalingkan pandangannya ke jurusan Bintang. Pangeran Mazhab mengerti maksud ucapan Pangeran Ahmar, karena dia juga melihat kalau kondisi lawannya terlihat tidak dalam keadaan terbaiknya.“Sebaiknya kita serahkan keadilan ini kepada Tuanku Maharaja untuk memutuskan” sambung Pangeran Ahmar lagi. Kini semua perhatian tertuju kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sendiri tampak mengalihkan pandangannya ke jurusan Jin Ifrit yang ada beberapa langkah dihadapannya. Jin Ifrit seakan mengerti arti pandangan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal kepadanya, segera menganggukkan kepalanya. Jin Ifrit mengerti kalau Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal menyerahkan hal ini kepadanya. Maka Jin Ifrit pun berkata d
Walau cukup terperanjat melihat apa yang terjadi dihadapannya, Bintang terlihat tak gentar, gumpalan bulatan besar api yang ada ditelapak tangan kanannya semakin besar dan terus membesar dan membentuk sebuah wujud hewan.“Naga Api, Heaaa!”. Bintang melepaskan pukulan Naga Api dari salah satu jurus ‘Lima Naga Penakluk’nya kearah Pangeran Ahmar.“Kuasa Air, Yeaahh..!”. Pangeran Ahmarpun tak mau kalah, sosok mahluk jin bertanduk yang terbentuk dari air hujan segera melesat menyongsong Naga Api besar, hingga :Blammm ... ! Blamm ... !Semua orang yang melihat hal itu sampai terpana dan harus menahan nafas dengan yang terjadi di depan mata mereka, suasana sontak bagai dicekam sebentuk hawa menakutkan disertai dentuman keras di mana-mana.Hampir bersamaan, sosok Bintang dan Pangeran Ahmar sama-sama terseret kebelakang. Pangeran Ahmar dengan cepat bersalto beberapa kali diuda
“Sekuat inikah manusia ini!”. Batin Pangeran Ahmar lagi. Pangeran Ahmar bangkit berdiri dengan susah payah.Sementara itu sosok Bintang sendiri perlahan mulai ikut bangkit dari jatuhnya, tatapannya tajam seperti seseorang yang sangat haus akan hawa pembunuh dan ini cukup membuat hati Pangeran Ahmar tergetar. Bintang menyadari kalau luka dalam parah yang dideritanya saat ini, membuat Bintang hanya mampu melakukan serangan untuk terakhir kalinya dalam satu serangan. Berfikir seperti itu, Bintangpun segera mengerahkan kekuatan Hawa sakti ‘Matahari Terik Dan Rembulan Dingin’ ke tingkat tertinggi. Sekujur tubuh Bintang terlihat memancarkan cahaya kuning keemasan yang semakin terang benderang.Untuk pertama kalinya Pangeran Ahmar merasakan kemampuannya masih berada dibawah lawan yang saat ini dihadapinya. Tak ingin kalah dan dipermalukan, maka;“Enam kuasa menyatu, Heaaa..”. Pangeran Ahmar berteriak dengan keras. S
SUASANA di arena pertarungan terasa sunyi mencekam, tak ada satupun suara yang terdengar. Bahkan suara desau anginpun tak ada. Semua perhatian kini tampak tertuju kearah arena, dimana ditengah-tengah arena, dua sosok tubuh terlihat masih berada ditempatnya masing-masing. Sosok pertama adalah sosok Bintang yang masih jatuh berlutut ditempatnya, sementara itu beberapa tombak dihadapan Bintang, sosok Pangeran Ahmar tampak masih berdiri dengan gagah.Berakhirkah pertarungan antara Bintang dan Pangeran Ahmar? Siapakah pemenangnya? Apakah Pangeran Ahmar? Semua pertanyaan ini kini melintas dipikiran setiap bangsa jin yang melihat pertarungan itu. Semua menantikan dengan perasaan yang berdebar-debar"Huaghh!!"Bintang memuntahkan darah kental hitam kemerahan dari mulutnya hingga membasahi tanah yang ada dihadapannya.“Akhirnya dia kalah!” sebuah suara terdengar nyaring dari salah satu penonton.“Ya, dia kalah!”“Dia kal
MALAM ITU. DI PAVILIUN BARAT, di istana Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Tampak sekumpulan orang tengah berkumpul, mereka adalah orang-orang dari Raja Shughal dari Barat. Seperti biasa, malam ini mereka berkumpul untuk membahas tentang pertarungan yang telah terjadi sebelumnya antara Pangeran Ahmar dan bangsa manusia, bernama Bintang yang saat ini tengah menjadi buah bibir bagi semua bangsa jin di negeri atas langit. Pangeran Syaywarodpun terlihat ada diruangan itu.“Jadi, bagaimana menurutmu Masauth?” tanya Raja Shughal kepada salah satu penasehat utamanya di kerajaan barat. Jin Masauth adalah sejenis jin yang bertugas mengadu domba agar manusia saling curiga dan akhirnya saling membenci. Jin ini biasanya suka mengadu domba hal kecil maupun hal besar.Jin Masauth terlihat terdiam sejenak, matanya terpejam, lalu terlihat jari-jari tangannya bergerak seperti orang yang tengah menghitung. Semua orang yang berada ditempat itu tampak dengan sabar menunggu jin M