SOSOK Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang tergeletak tak jauh dari tepian telaga tampak bergerak. Dari mulutnya keluar suara mengerang Saat itu memasuki dini hari. Keadaan sekitar telaga gelap pekat dan udara dingin mencucuk sekujur tubuhnya. Perlahan-lahan orang tua yang otaknya berada di luar batok kepala ini membuka sepasang matanya. Mula-mula dia hanya melihat kegelapan menghitam. Kemudian dia mulai mengenali apa yang ada di atasnya. Langit kelam.
"Dimana aku ini... apa yang terjadi dengan diriku?" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab gerakkan tubuhnya, berusaha bangkit Sesaat dia terduduk di tanah, memandang berkeliling. "Ada telaga di sebelah sana... ada batu-batu hancur..." Lalu pandangannnya ditujukan pada dirinya sendiri. Dia menjadi kaget ketika melihat jubah putihnya berubah kuning. Bukan cuma jubah, tangan dan kakinya juga berwarna kuning. Kakek ini mengusap wajahnya berulang kali. "Walau tidak melihat, tapi aku yakin wajahku saat ini pasti juga berwarna kuning. Apa yang
Di tepi telaga Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab siap menanggalkan jubah putihnya. Tapi tiba-tiba ada suara sesuatu seperti sayap besar mengepak di udara. Dia cepat membalik. Saat itu sebuah benda besar kecoklatan melayang rendah di antara pepohonan lalu mendarat di tanah di hadapan si kakek, Ternyata benda ini adalah kura-kura raksasa bersayap lebar. Dan di atas punggung kura-kura terbang ini melompat turun seorang dara berpakaian ungu, berambut digulung ke atas dan berwajah cantik menawan. Sikapnya anggun ketika tegak berdiri berkacak pinggang memandang pada Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab.Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang sudah kenal siapa gadis ini memandang dengan wajah sinis karena dia tahu, sesuai kabar yang disirapnya di masa lalu, gadis ini adalah kekasih Jin Muka Seribu Hanya dalam hati si kakek bertanya-tanya sudah sejak berapa lama gadis itu berada di sekitar telaga. Mungkin juga telah melihat kemunculan gadis berpakaian putih panjang tadi."Aku mau membe
Makhluk yang mukanya tertutup tanah liat kering hitam itu sampai di puncak bukit kecil berbatu-batu. Dengan nafas mengengah dia tegak bersandar ke satu batu besar. Di sini dia membuka bagian atas jubah hitamnya. Begitu dadanya telanjang kelihatan bahu kirinya bengkak kemerahan. Sejak beberapa waktu lalu dia tidak sanggup menggerakkan sekujur tangan kirinya mulai dari bahu sampai ke ujung-ujung jari. Rasa sakit mendera hampir tak tertahankan. Itulah bekas dan akibat pukulan Tangan Dewa Merajam Bumi yang dilepaskan Ruhcinta sewaktu terjadi perkelahian di tepi telaga"Gadis secantik itu, tidak disangka memiliki pukulan begini! ganas. Berkali-kali aku mengerahkan tenaga dalam dan mengatur jalan darah. Tapi cidera ini seperti tak mau sembuh. Sekarang tubuhku terasa panas. Mungkin sekali pukulan ini mengandung racun jahat! Kalau saja pukulannya lebih ke sebelah tengah, mungkin jantungku sudah ambruk dan saat ini aku sudah berada di alam roh. Aku tak takut mati. Tapi kalau aku sampa
Di depan sebuah goa nenek aneh itu tegak berkacak pinggang lalu berseru. "Ruhmasigi! Aku datang! Hari sudah mau siang! Apa kau masih enak-enakan melingkar tidur di dalam sana?!"Baru saja si nenek berteriak begitu tiba-tiba ratusan ekor katak berbagai ukuran keluarkan suara mengorek riuh dan melesat menempel di kepala, muka serta tubuhnya sampai ke kaki."Katak-katak sialan!" maki si nenek walau kuduknya jadi merinding. "Ruhmasigi! Kalau kau tidak segera keluar jangan menyesal ratusan katakmu akan kujadikan bangkai untuk santapan pagimu?"Dari dalam goa terdengar suara tawa mengekeh. Sesaat kemudian muncullah sosok Ruhmasigi alias Jin Lembah Paekatakhijau. Dia tegak di mulut goa sambil kucak-kucak matanya."Tua bangka kurang ajar berjuluk Jin Penjunjung Ron alias Ruhniknik! Puluhan tahun kau menghilang! Di lobang semut mana kau sembunyi selama ini? Kini muncul untung masih kukenal! Tapi kurang ajarnya begitu datang ke tempat orang berteriak tidak karuan!
"Datangnya dari arah pohon itu. Aku....” Belum habis Ruhmasigi alias Jin Lembah Paekatakhijau berucap, Jin Penjunjung Roh telah melesat, berkelebat ke balik pohon besar. Tak selang berapa lama sesosok tubuh berjubah hitam terlempar dan jatuh terbanting di depan goa, di hadapan Ruhmasigi. Si nenek delikkan matanya."Jin Budiman! Kau!""Benar, memang dial" kata Jin Penjunjung Roh yang kembali telah berada di depan goa dan memandang garang pada sosok yang tergelimpang di tanah.* * *SOSOK yang terkapar di tanah itu memang adalah makhluk bermuka tanah Hati Si Jin Budiman. Ketika dia mencoba bangun, Jin Penjunjung Roh yang tadi mencekalnya di balik pohon lalu melemparkannya kedepan goa, segera injak dadanya hingga Si Jin Budiman kembali terhantar tertelentang di tanah."Biarkan dia bangkit dan duduk di tanah! Aku ingin menanyainya!" kata Jin Lembah Paekatakhijau."Aku yakin dia sengaja menguntit aku sampai ke tempat ini! Past
Si Jin Budiman sendiri tampak berkaca-kaca dua matanya. Jin Lembah Paekatakhijau mulai sesenggukan. "Kalau...kalau kau memang Patampi anakku, di punggungmu pasti ada tanda kehijauan. " Mendengar kata-kata Jin Penjunjung Roh itu Si Jin Budiman gerakkan tangan kanan untuk menurunkan jubahnya sampai sebatas pinggang. Lalu dia memutar tubuh, mengarahkan punggungnya pada Jin Penjunjung Roh. Si nenek terdengar memekik keras ketika dia melihat pada punggung Si Jin Budiman ada tanda kehijauan sebesar telapak tangan. Si Jin Budiman tarik jubahnya ke atas kembali. Masih dalam keadaan berlutut dia memutar tubuh, berhadap-hadapan lagi dengan si nenek. "Nenek, apakah kau bisa memberikan satu kepastian siapa adanya diri saya sebenarnya?" Jin Penjunjung Roh menggerung keras. "Kau... kau jangan panggil aku Nenek. Kau adalah anakku! Patampi! Kau adalah anakku! Aku ini ibumu!" Tak dapat menahan hatinya lagi Ruhniknik alias Jin Pe
DI UJUNG pedataran berumput, pada bagian ketinggian, di bawah sebatang pohon besar Ruhcinta hentikan larinya. Dia memandang pada ketiga orang yang sejak beberapa lama ini selalu bersama-sama dengan dia. Mereka, adalah Bayu, Betina Bercula dan Arya, "Berhari-hari kita menyelidik, tapi orang yang dicari tak bisa ditemukan. Aku khawatir orang itu sudah menemui ajal. Menyusul si nenek bernama Ramahila. Berarti sia-sia semua perjalanan ini!" "Aku memang kecewa," kata Ruhcinta menanggapi ucapan Bayu tadi. "Tapi aku belum berputus asa! Bukankah kita semua ingin tahu mengapa Ramahila mati terbunuh. Siapa pembunuhnya. Lalu yang paling penting keterangan dari Paduliu yang saat ini tengah kita cari. Dan ingat Hai kawan-kawanku. Bukankah kalian yang mendesak untuk mencari bukti bahwa Bintang benar-benar telah menikah dengan seorang dara bernama Ruhrembulan. Sebenarnya aku punya kepentingan lain yakni mencari makhluk bermuka tanah liat Si Jin Budiman." "Mungkin si P
Dalam keadaan terikat begitu rupa ketiganya jatuh ke tanah. Bayu di samping kiri, Betina Bercula tertelentang di sebelah kanan. Celakanya Arya jatuh menelungkup tepat menindih sosok Betina Bercula! "Kita dalam bahaya?!" Menghardik Bayu. "Dasar geblek! Lekas keluarkan Roh Rajawali Emas yang ada di dadamu!" kata Arya. "Aku tidak tahu bagaimana caranya! Roh Rajawali Emas itu hanya muncul kalau keselamatanku benar-benar terancam. " "Dasar tolol! Punya ilmu kesaktian tapi tidak tahu bagaimana menggunakan! Apa saat ini kau kira keselamatan kita tidak terancam? Aku punya firasat orang tua berdestar hitam itu hendak membunuh kita semua!" merutuk Betina Bercula. "Ala. kau diam sajalah. Kau kan lagi keenakan ditindih begini!" "Sialan kau!" maki Betina Bercula. "Dasar setan! Dasar geblek!" ikut memaki Arya. Ruhcinta terkejut sekali melihat apa yang terjadi dengan ketiga sahabatnya itu. Sekali memperhatikan gadis berkep
Yang pertama seorang kakek berambut putih awut-awutan. Sebagian kepalanya tampak sulah dan ada bekas luka yang belum kering. Dia mengenakan sehelai jubah kuning gelap. Mukanya dan bagian tubuhnya yang tersembul dari balik jubah dipenuhi cacat mengerikan. Dagingnya seolah terbakar melepuh mengerikan! Ini semua adalah akibat pukulan Menebar Budi Hari Pertama yang dilancarkan Si Jin Budiman ketika terjadi pertempuran beberapa waktu lalu. Tidak mengherankan kalau orang ini yang dikenal dengan nama Pajahilio memendam dendam hebat terhadap Si Jin Budiman. Orang kedua bukan lain si nenek pasangan Pajahilio yakni Ruhjahilio. Cacat akibat pukulan Kasih Mendorong Bumi yang pernah dihantamkan Ruhcinta pada nenek jahat ini membuat tubuhnya mengerikan luar biasa. Hidungnya gerumpung, dagingnya di bagian muka, dada dan perut bertanggatan. Lalu ketika dia berhadapan dengan Jin Terjungkir Langit, dia dipaksa menerima hantaman keras yang membuat mata kanannya mencelat lepas. Kini mata itu ha