Di depan sebuah goa nenek aneh itu tegak berkacak pinggang lalu berseru. "Ruhmasigi! Aku datang! Hari sudah mau siang! Apa kau masih enak-enakan melingkar tidur di dalam sana?!"
Baru saja si nenek berteriak begitu tiba-tiba ratusan ekor katak berbagai ukuran keluarkan suara mengorek riuh dan melesat menempel di kepala, muka serta tubuhnya sampai ke kaki.
"Katak-katak sialan!" maki si nenek walau kuduknya jadi merinding. "Ruhmasigi! Kalau kau tidak segera keluar jangan menyesal ratusan katakmu akan kujadikan bangkai untuk santapan pagimu?"
Dari dalam goa terdengar suara tawa mengekeh. Sesaat kemudian muncullah sosok Ruhmasigi alias Jin Lembah Paekatakhijau. Dia tegak di mulut goa sambil kucak-kucak matanya.
"Tua bangka kurang ajar berjuluk Jin Penjunjung Ron alias Ruhniknik! Puluhan tahun kau menghilang! Di lobang semut mana kau sembunyi selama ini? Kini muncul untung masih kukenal! Tapi kurang ajarnya begitu datang ke tempat orang berteriak tidak karuan!
"Datangnya dari arah pohon itu. Aku....” Belum habis Ruhmasigi alias Jin Lembah Paekatakhijau berucap, Jin Penjunjung Roh telah melesat, berkelebat ke balik pohon besar. Tak selang berapa lama sesosok tubuh berjubah hitam terlempar dan jatuh terbanting di depan goa, di hadapan Ruhmasigi. Si nenek delikkan matanya."Jin Budiman! Kau!""Benar, memang dial" kata Jin Penjunjung Roh yang kembali telah berada di depan goa dan memandang garang pada sosok yang tergelimpang di tanah.* * *SOSOK yang terkapar di tanah itu memang adalah makhluk bermuka tanah Hati Si Jin Budiman. Ketika dia mencoba bangun, Jin Penjunjung Roh yang tadi mencekalnya di balik pohon lalu melemparkannya kedepan goa, segera injak dadanya hingga Si Jin Budiman kembali terhantar tertelentang di tanah."Biarkan dia bangkit dan duduk di tanah! Aku ingin menanyainya!" kata Jin Lembah Paekatakhijau."Aku yakin dia sengaja menguntit aku sampai ke tempat ini! Past
Si Jin Budiman sendiri tampak berkaca-kaca dua matanya. Jin Lembah Paekatakhijau mulai sesenggukan. "Kalau...kalau kau memang Patampi anakku, di punggungmu pasti ada tanda kehijauan. " Mendengar kata-kata Jin Penjunjung Roh itu Si Jin Budiman gerakkan tangan kanan untuk menurunkan jubahnya sampai sebatas pinggang. Lalu dia memutar tubuh, mengarahkan punggungnya pada Jin Penjunjung Roh. Si nenek terdengar memekik keras ketika dia melihat pada punggung Si Jin Budiman ada tanda kehijauan sebesar telapak tangan. Si Jin Budiman tarik jubahnya ke atas kembali. Masih dalam keadaan berlutut dia memutar tubuh, berhadap-hadapan lagi dengan si nenek. "Nenek, apakah kau bisa memberikan satu kepastian siapa adanya diri saya sebenarnya?" Jin Penjunjung Roh menggerung keras. "Kau... kau jangan panggil aku Nenek. Kau adalah anakku! Patampi! Kau adalah anakku! Aku ini ibumu!" Tak dapat menahan hatinya lagi Ruhniknik alias Jin Pe
DI UJUNG pedataran berumput, pada bagian ketinggian, di bawah sebatang pohon besar Ruhcinta hentikan larinya. Dia memandang pada ketiga orang yang sejak beberapa lama ini selalu bersama-sama dengan dia. Mereka, adalah Bayu, Betina Bercula dan Arya, "Berhari-hari kita menyelidik, tapi orang yang dicari tak bisa ditemukan. Aku khawatir orang itu sudah menemui ajal. Menyusul si nenek bernama Ramahila. Berarti sia-sia semua perjalanan ini!" "Aku memang kecewa," kata Ruhcinta menanggapi ucapan Bayu tadi. "Tapi aku belum berputus asa! Bukankah kita semua ingin tahu mengapa Ramahila mati terbunuh. Siapa pembunuhnya. Lalu yang paling penting keterangan dari Paduliu yang saat ini tengah kita cari. Dan ingat Hai kawan-kawanku. Bukankah kalian yang mendesak untuk mencari bukti bahwa Bintang benar-benar telah menikah dengan seorang dara bernama Ruhrembulan. Sebenarnya aku punya kepentingan lain yakni mencari makhluk bermuka tanah liat Si Jin Budiman." "Mungkin si P
Dalam keadaan terikat begitu rupa ketiganya jatuh ke tanah. Bayu di samping kiri, Betina Bercula tertelentang di sebelah kanan. Celakanya Arya jatuh menelungkup tepat menindih sosok Betina Bercula! "Kita dalam bahaya?!" Menghardik Bayu. "Dasar geblek! Lekas keluarkan Roh Rajawali Emas yang ada di dadamu!" kata Arya. "Aku tidak tahu bagaimana caranya! Roh Rajawali Emas itu hanya muncul kalau keselamatanku benar-benar terancam. " "Dasar tolol! Punya ilmu kesaktian tapi tidak tahu bagaimana menggunakan! Apa saat ini kau kira keselamatan kita tidak terancam? Aku punya firasat orang tua berdestar hitam itu hendak membunuh kita semua!" merutuk Betina Bercula. "Ala. kau diam sajalah. Kau kan lagi keenakan ditindih begini!" "Sialan kau!" maki Betina Bercula. "Dasar setan! Dasar geblek!" ikut memaki Arya. Ruhcinta terkejut sekali melihat apa yang terjadi dengan ketiga sahabatnya itu. Sekali memperhatikan gadis berkep
Yang pertama seorang kakek berambut putih awut-awutan. Sebagian kepalanya tampak sulah dan ada bekas luka yang belum kering. Dia mengenakan sehelai jubah kuning gelap. Mukanya dan bagian tubuhnya yang tersembul dari balik jubah dipenuhi cacat mengerikan. Dagingnya seolah terbakar melepuh mengerikan! Ini semua adalah akibat pukulan Menebar Budi Hari Pertama yang dilancarkan Si Jin Budiman ketika terjadi pertempuran beberapa waktu lalu. Tidak mengherankan kalau orang ini yang dikenal dengan nama Pajahilio memendam dendam hebat terhadap Si Jin Budiman. Orang kedua bukan lain si nenek pasangan Pajahilio yakni Ruhjahilio. Cacat akibat pukulan Kasih Mendorong Bumi yang pernah dihantamkan Ruhcinta pada nenek jahat ini membuat tubuhnya mengerikan luar biasa. Hidungnya gerumpung, dagingnya di bagian muka, dada dan perut bertanggatan. Lalu ketika dia berhadapan dengan Jin Terjungkir Langit, dia dipaksa menerima hantaman keras yang membuat mata kanannya mencelat lepas. Kini mata itu ha
"Pemuda jahanam! Kau yang dulu mengencingi mulut temanku, Pawungu! Hari ini kau terima pembalasan dariku!" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mengangkat si kakek tinggi-tinggi. Ketika dia hendak menghantam muka Arya dengan jotosan tangan kanannya, Bayu berteriak. "Jin pengecut! Dia itu dalam keadaan lumpuh tak berdaya! Kau mau apakan dia?!" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab menyeringai. Dia melirik ke arah Bayu lalu melangkah mendekati Bayu. Tiba-tiba kaki kanannya bergerak. "Bukkk!" Bayu menjerit keras. Tubuhnya mencelat sampai dua tombak ketika tendangan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mendarat di sisinya. Dari mulutnya keluar suara mengerang. Rusuknya sakit bukan main. Mungkin ada tulang iganya yang patah atau remuk. "Seerrr...!" Air liur Arya mancur deras. karena berbarengan yang itu Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab menjambak dan mengangkat tubuh si kakek tinggi-tinggi, akibatnya air liur mengguyur jatuh membasahi jubah putihnya. Amarah Jin Seju
Jin Muka Seribu merasakan dadanya bergetar hebat dan lututnya bergoyang keras sedang dua tangannya seperti kesemutan begitu pukulan "Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi" dan pukulan "Jin Hijau Penjungkir Roh" yang dilepaskannya untuk menyelamatkan Sepasang Jin Bercinta bentrokan dengan pukulan "Menebar Budi Hart Ke Empat" Dengan mata berkilat-kilat dan wajah serta merta berubah menjadi wajah-wajah raksasa, Jin Muka Seribu memandang ke depan. Tapi saat itu Si Jin Budiman telah melesat beberapa tombak sambil mendukung sosok Ruhcinta di bahu kirinya. "Sepasang Jin Bercinta! Kalian tolol semual Lekas kejar orang itu! Kau harus dapatkan Ruhcinta! Kalau gagal jangan harap jabatan tinggi di Istana Surga Dunia! Dan ilmu Bubuk Penjungkir Syaraf akan kuambil kembali!" Saat itu dalam keadaan masih terbaring menelungkup di tanah, Pajahilio berbisik pada kekasihnya. "Makhluk yang melarikan gadis itu luar biasa ilmunya. Kita bisa celaka di tangannya."
Habis berkata begitu Jin Muka Seribu keluarkan bentakan keras. Empat wajahnya berubah menjadi muka-muka raksasa. Tubuhnya melesat ke depan. Tangannya sebelah kanan melepas pukulan Menghancur Karang Membentuk Debu. Kehebatan pukulan sakti ini sanggup membuat batu besar hancur berubah menjadi debu. Dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau yang kena hantam adalah sosok tubuh manusia! Jin Selaksa Angin tertawa panjang lalu berkelebat dan siapa menghadapi serangan lawan. Tapi tiba-tiba tangan Jin Muka Seribu membuat gerakan aneh. Lalu "desss... desss!" Terdengar dua kali letusan kecil. Tempat itu serta merta diselubungi asap hijau. Ketika asap lenyap, sosok Jin Muka Seribu ikut menghilang! "Pengecut kurang ajar! Kabur dia rupanya!" teriak Jin Selaksa Angin lalu pancarkan kentutnya "butt prett!" Sementara itu antara Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab dengan Ksatria Pengembara telah terjadi perkelahian seru. Si kakek yang dipenuhi dendam kesumat ini jadi terkejut