Di tepi telaga Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab siap menanggalkan jubah putihnya. Tapi tiba-tiba ada suara sesuatu seperti sayap besar mengepak di udara. Dia cepat membalik. Saat itu sebuah benda besar kecoklatan melayang rendah di antara pepohonan lalu mendarat di tanah di hadapan si kakek, Ternyata benda ini adalah kura-kura raksasa bersayap lebar. Dan di atas punggung kura-kura terbang ini melompat turun seorang dara berpakaian ungu, berambut digulung ke atas dan berwajah cantik menawan. Sikapnya anggun ketika tegak berdiri berkacak pinggang memandang pada Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang sudah kenal siapa gadis ini memandang dengan wajah sinis karena dia tahu, sesuai kabar yang disirapnya di masa lalu, gadis ini adalah kekasih Jin Muka Seribu Hanya dalam hati si kakek bertanya-tanya sudah sejak berapa lama gadis itu berada di sekitar telaga. Mungkin juga telah melihat kemunculan gadis berpakaian putih panjang tadi.
"Aku mau membe
Makhluk yang mukanya tertutup tanah liat kering hitam itu sampai di puncak bukit kecil berbatu-batu. Dengan nafas mengengah dia tegak bersandar ke satu batu besar. Di sini dia membuka bagian atas jubah hitamnya. Begitu dadanya telanjang kelihatan bahu kirinya bengkak kemerahan. Sejak beberapa waktu lalu dia tidak sanggup menggerakkan sekujur tangan kirinya mulai dari bahu sampai ke ujung-ujung jari. Rasa sakit mendera hampir tak tertahankan. Itulah bekas dan akibat pukulan Tangan Dewa Merajam Bumi yang dilepaskan Ruhcinta sewaktu terjadi perkelahian di tepi telaga"Gadis secantik itu, tidak disangka memiliki pukulan begini! ganas. Berkali-kali aku mengerahkan tenaga dalam dan mengatur jalan darah. Tapi cidera ini seperti tak mau sembuh. Sekarang tubuhku terasa panas. Mungkin sekali pukulan ini mengandung racun jahat! Kalau saja pukulannya lebih ke sebelah tengah, mungkin jantungku sudah ambruk dan saat ini aku sudah berada di alam roh. Aku tak takut mati. Tapi kalau aku sampa
Di depan sebuah goa nenek aneh itu tegak berkacak pinggang lalu berseru. "Ruhmasigi! Aku datang! Hari sudah mau siang! Apa kau masih enak-enakan melingkar tidur di dalam sana?!"Baru saja si nenek berteriak begitu tiba-tiba ratusan ekor katak berbagai ukuran keluarkan suara mengorek riuh dan melesat menempel di kepala, muka serta tubuhnya sampai ke kaki."Katak-katak sialan!" maki si nenek walau kuduknya jadi merinding. "Ruhmasigi! Kalau kau tidak segera keluar jangan menyesal ratusan katakmu akan kujadikan bangkai untuk santapan pagimu?"Dari dalam goa terdengar suara tawa mengekeh. Sesaat kemudian muncullah sosok Ruhmasigi alias Jin Lembah Paekatakhijau. Dia tegak di mulut goa sambil kucak-kucak matanya."Tua bangka kurang ajar berjuluk Jin Penjunjung Ron alias Ruhniknik! Puluhan tahun kau menghilang! Di lobang semut mana kau sembunyi selama ini? Kini muncul untung masih kukenal! Tapi kurang ajarnya begitu datang ke tempat orang berteriak tidak karuan!
"Datangnya dari arah pohon itu. Aku....” Belum habis Ruhmasigi alias Jin Lembah Paekatakhijau berucap, Jin Penjunjung Roh telah melesat, berkelebat ke balik pohon besar. Tak selang berapa lama sesosok tubuh berjubah hitam terlempar dan jatuh terbanting di depan goa, di hadapan Ruhmasigi. Si nenek delikkan matanya."Jin Budiman! Kau!""Benar, memang dial" kata Jin Penjunjung Roh yang kembali telah berada di depan goa dan memandang garang pada sosok yang tergelimpang di tanah.* * *SOSOK yang terkapar di tanah itu memang adalah makhluk bermuka tanah Hati Si Jin Budiman. Ketika dia mencoba bangun, Jin Penjunjung Roh yang tadi mencekalnya di balik pohon lalu melemparkannya kedepan goa, segera injak dadanya hingga Si Jin Budiman kembali terhantar tertelentang di tanah."Biarkan dia bangkit dan duduk di tanah! Aku ingin menanyainya!" kata Jin Lembah Paekatakhijau."Aku yakin dia sengaja menguntit aku sampai ke tempat ini! Past
Si Jin Budiman sendiri tampak berkaca-kaca dua matanya. Jin Lembah Paekatakhijau mulai sesenggukan. "Kalau...kalau kau memang Patampi anakku, di punggungmu pasti ada tanda kehijauan. " Mendengar kata-kata Jin Penjunjung Roh itu Si Jin Budiman gerakkan tangan kanan untuk menurunkan jubahnya sampai sebatas pinggang. Lalu dia memutar tubuh, mengarahkan punggungnya pada Jin Penjunjung Roh. Si nenek terdengar memekik keras ketika dia melihat pada punggung Si Jin Budiman ada tanda kehijauan sebesar telapak tangan. Si Jin Budiman tarik jubahnya ke atas kembali. Masih dalam keadaan berlutut dia memutar tubuh, berhadap-hadapan lagi dengan si nenek. "Nenek, apakah kau bisa memberikan satu kepastian siapa adanya diri saya sebenarnya?" Jin Penjunjung Roh menggerung keras. "Kau... kau jangan panggil aku Nenek. Kau adalah anakku! Patampi! Kau adalah anakku! Aku ini ibumu!" Tak dapat menahan hatinya lagi Ruhniknik alias Jin Pe
DI UJUNG pedataran berumput, pada bagian ketinggian, di bawah sebatang pohon besar Ruhcinta hentikan larinya. Dia memandang pada ketiga orang yang sejak beberapa lama ini selalu bersama-sama dengan dia. Mereka, adalah Bayu, Betina Bercula dan Arya, "Berhari-hari kita menyelidik, tapi orang yang dicari tak bisa ditemukan. Aku khawatir orang itu sudah menemui ajal. Menyusul si nenek bernama Ramahila. Berarti sia-sia semua perjalanan ini!" "Aku memang kecewa," kata Ruhcinta menanggapi ucapan Bayu tadi. "Tapi aku belum berputus asa! Bukankah kita semua ingin tahu mengapa Ramahila mati terbunuh. Siapa pembunuhnya. Lalu yang paling penting keterangan dari Paduliu yang saat ini tengah kita cari. Dan ingat Hai kawan-kawanku. Bukankah kalian yang mendesak untuk mencari bukti bahwa Bintang benar-benar telah menikah dengan seorang dara bernama Ruhrembulan. Sebenarnya aku punya kepentingan lain yakni mencari makhluk bermuka tanah liat Si Jin Budiman." "Mungkin si P
Dalam keadaan terikat begitu rupa ketiganya jatuh ke tanah. Bayu di samping kiri, Betina Bercula tertelentang di sebelah kanan. Celakanya Arya jatuh menelungkup tepat menindih sosok Betina Bercula! "Kita dalam bahaya?!" Menghardik Bayu. "Dasar geblek! Lekas keluarkan Roh Rajawali Emas yang ada di dadamu!" kata Arya. "Aku tidak tahu bagaimana caranya! Roh Rajawali Emas itu hanya muncul kalau keselamatanku benar-benar terancam. " "Dasar tolol! Punya ilmu kesaktian tapi tidak tahu bagaimana menggunakan! Apa saat ini kau kira keselamatan kita tidak terancam? Aku punya firasat orang tua berdestar hitam itu hendak membunuh kita semua!" merutuk Betina Bercula. "Ala. kau diam sajalah. Kau kan lagi keenakan ditindih begini!" "Sialan kau!" maki Betina Bercula. "Dasar setan! Dasar geblek!" ikut memaki Arya. Ruhcinta terkejut sekali melihat apa yang terjadi dengan ketiga sahabatnya itu. Sekali memperhatikan gadis berkep
Yang pertama seorang kakek berambut putih awut-awutan. Sebagian kepalanya tampak sulah dan ada bekas luka yang belum kering. Dia mengenakan sehelai jubah kuning gelap. Mukanya dan bagian tubuhnya yang tersembul dari balik jubah dipenuhi cacat mengerikan. Dagingnya seolah terbakar melepuh mengerikan! Ini semua adalah akibat pukulan Menebar Budi Hari Pertama yang dilancarkan Si Jin Budiman ketika terjadi pertempuran beberapa waktu lalu. Tidak mengherankan kalau orang ini yang dikenal dengan nama Pajahilio memendam dendam hebat terhadap Si Jin Budiman. Orang kedua bukan lain si nenek pasangan Pajahilio yakni Ruhjahilio. Cacat akibat pukulan Kasih Mendorong Bumi yang pernah dihantamkan Ruhcinta pada nenek jahat ini membuat tubuhnya mengerikan luar biasa. Hidungnya gerumpung, dagingnya di bagian muka, dada dan perut bertanggatan. Lalu ketika dia berhadapan dengan Jin Terjungkir Langit, dia dipaksa menerima hantaman keras yang membuat mata kanannya mencelat lepas. Kini mata itu ha
"Pemuda jahanam! Kau yang dulu mengencingi mulut temanku, Pawungu! Hari ini kau terima pembalasan dariku!" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mengangkat si kakek tinggi-tinggi. Ketika dia hendak menghantam muka Arya dengan jotosan tangan kanannya, Bayu berteriak. "Jin pengecut! Dia itu dalam keadaan lumpuh tak berdaya! Kau mau apakan dia?!" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab menyeringai. Dia melirik ke arah Bayu lalu melangkah mendekati Bayu. Tiba-tiba kaki kanannya bergerak. "Bukkk!" Bayu menjerit keras. Tubuhnya mencelat sampai dua tombak ketika tendangan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mendarat di sisinya. Dari mulutnya keluar suara mengerang. Rusuknya sakit bukan main. Mungkin ada tulang iganya yang patah atau remuk. "Seerrr...!" Air liur Arya mancur deras. karena berbarengan yang itu Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab menjambak dan mengangkat tubuh si kakek tinggi-tinggi, akibatnya air liur mengguyur jatuh membasahi jubah putihnya. Amarah Jin Seju
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig