"Bintang, kau sudah bangun...?" Lalu ada satu benda lembut, hangat dan basah menjilati daun telinganya, membuat Ksatria Pengembara jadi merinding menggeliat. "Ruhtinti?" Bintang menyebut nama gadis itu karena suara yang barusan didengar dan dikenalinya adalah suara Ruhtinti. Cepat-cepat Bintang bangkit dan duduk. Karena si gadis tidak mau melepaskan rangkulannya, sosoknya jadi ikut bangkit dan kini terduduk diatas pangkuan Bintang. "Bintang, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Aku lupa memberi tahu sebelumnya '! "Aku... Ruhtinti aku..." "Aku ingat satu cara yang bisa membuat kita keluar dari dalam rimba Alas Diam Salawasan ini " "Katakanlah" jawab Bintang ketika Ruhtinti hentikan ucapannya. "Tapi harap kau duduk di lantai. Kalau kau duduk di pangkuanku rasanya aku tak bisa bernafas!" Ruhtinti tertawa. Dengan manja dia turun dari pangkuan Bintang, lepaskan rangkulannya dan duduk di lantai. Walau keadaan di dalam goa itu redup dan agak gelap namun Bintang masih bisa melihat
"Ruhtinti, aku tidak bisa melakukan permintaanmu" “Aku yakin kau bisa. Jika kau mau... Jika tidak, berarti kau bukan saja tega mencelakai diri sendiri tapi juga tega membiarkan sahabat-sahabatmu menemui malapetaka!" Sambil berkata Ruhtinti semakin rapatkan tubuhnya ke badan Bintang. Dua tangannya merangkul ke pinggang dan punggung Ksatria Pengembara. Lalu perlahan-lahan tubuh Bintang dibawanya luruh jatuh ke lantai goa. Ketika gadis itu hendak menanggalkan pakaian di tubuh Bintang, sang Pendekar segera sadar. Dia melompat berdiri dan lari keluar goa. "Bintang!" Ruhtinti bangkit berdiri, menyambar pakaian daunnya lalu mengejar. Bintang sengaja menyembunyikan diri di tempat gelap, di antara dua batu besar dibalik serumpunan semak belukar. Di sekelilingnya suara jangkrik ditingkah suara kodok terdengar tidak berkeputusan. Sambil duduk Bintang genggam Pedang Pilar Bumi yang diletakkannya di pangkuannya. "Ruhtinti, aku menaruh curiga. Jangan-jangan gadis itu menyembunyikan satu niat jah
"Aku sudah curiga!" kata Bintang dalam hati. Matanya tak berkesip terus mengawasi Ruhtinti. Tiupan serulingnya semakin menggila. Kemudian terjadilah beberapa keanehan. Kawasan sekitar goa yang tadinya redup perlahan-lahan menjadi terang. Pemandangan yang tadinya sangat terbatas berangsur-angsur menjadi luas dan jauh. Lalu yang sama sekali tidak terduga dan membuat Ksatria Pengembara jadi merinding ialah perubahan yang terjadi atas diri Ruhtinti. Pakaian Ruhtinti yang sebelumnya berupa daun-daun hijau kini berubah menjadi sehelai jubah hitam. Ketika Bintang melirik dirinya sendiri dia juga kaget karena dapatkan pakaian putih birunya yang sebelumnya sirna secara aneh kini telah melekat kembali di badannya sementara celana yang terbuat dari daun-daun hijau masih menempel diatas pakaian putih birunya. Namun Bintang tidak perdulikan keanehan yang ada pada dirinya karena dia lebih memperhatikan apa yang terjadi pada Ruhtinti. Wajah si gadis yang tadinya hitam manis cantik jelita ini berubah
Dengan tangan kanannya Jin Santet Laknat tiba-tiba merorotkan bagian dada jubah hitamnya sebelah atas hingga dia kini tegak dalam keadaan setengah telanjang. Gagang Pedang Pilar Bumi diciumnya sambil tertawa terkekeh-kekeh. Bagian gagang pedang dihisap-hisapnya dengan cara menjijikkan. Lalu senjata itu diletakannya di atas dadanya yang peot. Secara aneh Pedang Pilar Bumi itu menempel di dadanya. "Hai! Kau tunggu apa lagi? Kau inginkan Pedang Pilar Bumi-mu kembali, silakan ambil!" berseru Jin Santet Laknat sambil berkacak pinggang dan senyum-senyum genit. "Jahanam!" rutuk Ksatria Pengembara. Sesaat dia hanya bisa tegak dengan mata mendelik. "Ho ... ooo! Kau tak mau mendekati diriku, tak mau mengambil pedang karena takut menyentuh dadaku yang buruk. Jangan takut anak muda! Saat ini aku bukan lagi Jin Santet Laknat si nenek buruk. Tapi aku adalah gadis-gadis yang mengasihimu! Lihat! Kau tinggal memilih mana yang kau suka! Pandang baik-baik!" Saat itu Ksatria Pengembara memang masih m
"Kembalikan pedangku!" teriak Bintang. Di udara Bintang melihat Jin Santet Laknat melayang terbang semakin jauh dan akhirnya lenyap dari pemandangan. ''Mati aku!" keluh Bintang sambil tepuk keningnya sendiri lalu jatuhkan diri. Untuk beberapa lamanya dia terduduk menjelepok di tanah. Kemudian pandangannya membentur sosok Ruhtinti yang tergelimpang pingsan. Ketika tubuh gadis itu bergerak menggeliat. Bintang segera mendekati untuk menolong "Ruhtinti... Kau betulan Ruhtinti?!" tanya Bintang. Dia khawatir kalau-kalau gadis itu lagi-lagi adalah jelmaan ilmu hitam Jin Santet Laknat. Ruhtinti buka dua matanya. "Bintang ..." katanya perlahan. "Syukur kau masih hidup. Tadinya aku sudah putus asa" "Tunggu! Bagaimana aku tahu kau adalah Ruhtinti yang asli. Bukan jejadian Jin Santet Laknat!" kata Bintang sambil tetap menjaga jarak dan berlaku waspada. "Aku memang tidak bisa membuktikan..." kata Ruhtinti pula. "Tapi jika kau bersangsi, Hai, tinggalkan saja diriku sekarang juga!" "Kalau begi
Sekali ini si nenek memandang berkeliling, lalu pegang-pegang pantatnya sendiri. Bola matanya yang kuning berputar-putar. "Kentutku terdengar aneh sekali ini! Buutnya pendek lalu ada prettnya! Hik ... hik. .. hik! Enak juga kedengarannya! Jangan Jangan aku memang siap sembuh!" Girang sekali si nenek jadi bersemangat. Lalu dia ambil salah seekor ayam dalam keranjang. Dengan cepat binatang itu dipesianginya. Dijebol ujung duburnya lalu dimakan mentah-mentah. Begitu habis disambarnya ayam kedua. Masih megap-megap dia tancap ayam ketiga! Dengan mata mendelik setelah menelan kibul ayam yang terakhir si nenek berteriak seraya melompat. "Tujuh puluh tujuh! Aku sudah menelan tujuh puluh tujuh kibul ayam! Aku sudah sembuh!" Si nenek merasakan geli-geli di sekitar duburnya. Lalu "butt.. prett!" Dia kentut lagi, dengan suara aneh tidak seperti biasanya. "Heh, bagaimana ini! Aku masih kentut! Berarti belum sembuh! Kurang ajar! Apakah aku telah tertipu! Aku harus mencari anak itu!"
"Baik hati dan engg.... Lumayan cakep!" kata Bayu menyambungi. "Cakep? Apa itu cakep?" tanya Ruhkentut tak mengerti. "Cakep artinya kau cantik selangit tembus!" jawab Bayu. Si nenek tertawa mengekeh. "Kau pandai memuji. Tapi dibalik pujianmu itu kau masih bercanda nakal mempermainku! Mana ada di dunia ini nenek-nenek punya kecantikan selangit tembus! Kau salah berucap. Bukan selangit tembus tapi selangit gosong! Hik ... hik ... hik!" Setelah mendongak ke langit sebentar si nenek berkata. "Kita segera saja mencari sahabatmu itu. Aku khawatir anak murid Jin Santet Laknat bernama Jin Bara Neraka itu telah berbuat macam-macam mencelakai orang!" Bayu lalu menceritakan di mana dan bagaimana terakhir kali dia dan Arya melihat Bintang dalam keadaan tanpa pakaian berada di satu pedataran liar dalam rimba belantara Alas Diam Salawasan. "Kawanmu itu sudah kena sirap nenek dukun jahat itu! Kalau kita sampai terlambat bisa-bisa mereka berdua sudah jadi suami istri!" "Suami istri?" Bayu terke
Sosok berjubah hitam Jin Santet Laknat serta merta berhenti melangkah dan berbalik begitu ada suara menegur di belakangnya. "Dari pada jauh-jauh dan susah-susah pergi ke Gunung Patinggimeru untuk membuang Pedang itu, lebih baik serahkan saja padaku!" Lalu menyusul suara lain berucap. "Pemiliknya dicintai tapi barangnya mau dibuang! Hik... hik... hik! Lucu juga nenek peot satu ini!" Dua mata Jin Santet Laknat yang tak memiliki alis, menyembul berputar. Di hadapannya berdiri seorang nenek bermuka kuning, seorang pemuda yang daun telinga sebelah kanannya terbalik aneh, lalu seorang pemuda berambut kaku tegak, berpakaian serba hitam. "Mereka mampu mengikutiku tanpa mengeluarkan suara. Mereka pasti memiliki kepandaian tinggi. Tapi si Muka kuning ini agaknya harus aku awasi..." membatin Jin Santet Laknat. Setelah pandangi ke tiga orang itu sesaat Jin Santet Laknat lantas berkata. "Sebelumnya kalian bertiga kulihat di pinggir Rimba Alas Diam Salawasan. Tahu-tahu berada disini. Sikap kali
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig