Dewa Panah terlihat menatap kearah atas, dimana matahari sedang bersinar dengan terik-teriknya siang itu, sehingga peluh tampak sudah membasahi tubuh keduanya.
“Sabdo Siji, aku ingin menguji ilmu ‘Mata Malaikat’ mu dengan ilmu ‘Panah Matahari’ ku? apa kau bersedia?!”
“Silahkan saja ketua, jangan sungkan!”
“Tapi ini taruhannya nyawa!” ucap Dewa Panah dengan tegas.
“Sejak memutuskan menjadi seorang pendekar, bukankah nyawa sudah menjadi taruhan disetiap pertarungan”.
“Saya sungguh kagum denganmu Sabdo Siji” ucap Dewa Panah seraya mengatupkan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda hormat. Sabdo Siji dengan cepat membalasnya.
Dewa Panah kemudian terlihat menatap kearah rombongannya, seorang gadis cantik jelita yang tak lain adalah Veninur, putri tunggal Dewa Panah tampak melangkah turun dari tempatnya berada, ditangannya tampak tergenggam s
Untunglah disaat Sabdo Siji terdesak hebat menghindari serangan-serangan panah tersebut, tiba-tiba saja serangan panah berhenti, Sabdo Siji menarik nafas lega menyadari kalau lawannya telah menghentikan serangan, dugaan Sabdo Siji, anak panah lawannya pasti sudah habis. Setelah berdiri dengan tenang, Sabdo Siji kembali menghadap kearah Dewa Panah.Seketika saja wajah Sabdo Siji berubah saat melihat kearah Dewa Panah, bukan sosok Dewa Panahnya yang mengejutkannya, melainkan kantung anak panah yang ada dihadapan Dewa Panah, dimana didalam kantong anak panah tersebut, tidak seperti dugaan Sabdo Siji yang telah habis, tapi didalam kantong anak panah tersebut masih begitu banyak anak panah, seakan-akan sejak tadi anak-anak panah itu tidak pernah berkurang, padahal menurut Sabdo Siji, serangan Dewa Panah sudah menghabiskan belasan anak panah, tapi kenapa didalam kantong anak panah tersebut masih begitu banyak anak-anak panah yang seakan-akan tak pernah berkurang. Sabdo Siji kini me
"Yeaaa...!""Heaaa...!"Dewa Pedang terus berusaha memburu lawannya dengan tebasan dan tusukan cepat. Sinar putih keperakan bergulung-gulung, menyerang ke arah Sabdo Siji."Heaaa...!""Yeaaa...!"Kembali terdengar teriakan keras menggelegar mengiringi serangan kedua tokoh itu.Wut! Bet!Trang!"Heaaa!"Setelah terjadi benturan keras, Dewa Pedang membabatkan Pedangnya ke kepala lawan. Sabdo Siji yang melihat gerakan lawan, dengan cepat merundukkan tubuh. Sehingga sabetan pedang Dewa Pedang itu meleset beberapa jari saja di atas kepalanya. Kemudian tanpa membuang waktu, Sabdo Siji langsung menusukkan pedangnya sebagai serangan balasan."Yeaaa!" "Heit..!"Dewa Pedang tersentak kaget, ketika tahu-tahu pedang Sabdo Siji meluncur deras ke dadanya. Dewa Pedang pun langsung melompat cepat ke belakang mengelakkan serangan berbahaya itu. Kemudian dengan gerak cepat Pedangnya ditebaskan ke arah pedang lawan.Tr
“Tenaga murniku sedang bergejolak, ini gara-gara Tuan Bintang yang mampu memuaskan hasratku hingga melebihi takaran tenaga murniku, kalau tidak kusalurkan dalam pertarungan, ini bisa gawat!” batin Mahaguru Ummi Ayu. Sejenak Mahaguru Ummi Ayu terlihat menatap kearah barat, dimana masih beberapa jam lagi sebelum akhirnya matahari tergelincir diufuk barat.“Ayo kita bermain-main sekali lagi Dewa Pedang!” ucap Mahaguru Ummi Ayu akhirnya.Ucapan Mahaguru Ummi Ayu tentu saja mengejutkan Dewa Pedang, apalagi hari itu sudah semakin sore, Dewa Pedang heran dengan sikap Mahaguru Ummi Ayu yang terlihat begitu bersemangat dan wajah yang berseri-seri, karena Dewa Pedang tau, wajah berseri-seri Mahaguru Ummi Ayu dikarenakan sesuatu hal, hal yang sama disetiap wanita setelah habis bercumbu.“Apakah dia ingin bercumbu lagi denganku setelah pertarungan ini, karena itu hasratnya terlihat begitu menggebu-gebu” batin Dewa Pedang lagi. Setelah men
Hup!""Haps...!"Tepat di saat matahari hampir tenggelam di balikcakrawala belahan Barat, keduanya yang tengahbertarung sengit itu melompat mundur beberapa tindak.Tring!Dewa Pedang kembali memasukkan pedangnya kedalam warangkanya, Melihat lawannya memasukkan pedang, Mahaguru Ummi Ayupun segera memasukkan pedang pusaka ke dalam warangkanya.“Ayo mahaguru, keluarkan Ilmu ‘Gadis Suci’ pamungkasmu!” ucap Dewa Pedang tersenyum.“Aku takkan sungkan ketua Dewa Pedang, keluarkan ajian ‘Gembala Geni’ mu!” ucap Mahaguru Ummi Ayu lagi.“Baik, ayo!”Keduanya berdiri saling berdiri berhadapan, sudah mempersiapkan ilmu pamungkas.Bila ditangan Mahaguru Ummi Ayu keluar semburat cahaya putih keperakan, ditangan Dewa Pedang keluar semburat cahaya kemerahan."Hiyaaa...!" Tiba-tiba Dewa Pedang berteriak menggelegar sambil melompat deras. Kedu
“Apa-apaan kau ini Hanny!” ucap Ayu Rhenata gusar.“Loh, kan emang benar, malam ini giliran kakak, nanti menyesal loh!” goda Ayu Hanny lagi.“Benar kak, pergi sana temui Tuan Bintang, kalau kakak tidak mau, Valensia mau menggantikan kakak untuk menemani Tuan Bintang malam ini” ucap Ayu Valensia tersenyum menggoda.“Hanny juga mau kak...!” ucap Ayu Hanny cepat.“Apa-apaan sih kalian ini!” gerutu Ayu Rhenata seraya memperhatikan keadaan sekelilingnya.“Sudah beres semua?!” sambungnya bertanya kepada Ayu Hanny dan Ayu Valensia.“Sudah dari tadi kak!” jawab keduanya bersamaan.“Mayrissa, Qilla.. dimana mereka?”“Malam ini mereka berdua yang berjaga dipintu gerbang kak Rhenata” jawab Ayu Valensia“Bagaimana urusan dapur untuk persiapan besok?!”“Urusan dapur serahkan saja sama kami kak, kak Rhen
Bintang memang sudah mengetahui sedikit banyak tentang sosok Ayu Rhenata dari Ayu Hanny, Ayu Rhenata adalah wanita yang selalu bersikap dingin dan terkesan angkuh kepada laki-laki, walaupun adik-adik seperguruannya tidak pernah melihat Ayu Rhenata memiliki hubungan dengan laki-laki, tapi ayu hanny pernah memergoki Ayu Rhenata yang tengah meraih puncak birahinya dengan bermain dengan jari-jarinya sendiri. Ayu hanny memaklumi hal itu, karena sebagai seorang wanita, tentulah Ayu Rhenata juga harus memenuhi kebutuhan hasrat seksualnya, hanya saja Ayu Rhenata lebih memilih bermain birahi sendiri tanpa harus melibatkan lawan jenisnya dan entah kenapa Bintang justru tertantang untuk menundukkan Ayu Rhenata.Saat Bintang mencoba menggeser duduknya lebih dekat kearah Ayu Rhenata, Ayu Rhenata justru kembali ingin beringsut mundur dari tempat duduknya, tapi gerakannya tertahan saat Bintang telah menggenggam tangannya, hal ini membuat Ayu Rhenata semakin tertunduk dengan wajah yang semak
Duer!Guntur menggelegar dengan dahsyat malam itu, rembulan tak tampak dikaki langit, Bintang-Bintangpun juga tak tampak yang biasanya ada menemani sang bulan. Sebagian langit malam itu tampak telah ditutupi awan hitam, sesekali kilat terlihat saling sambar menyambar diantara awan-awan hitam yang berarak secara perlahan kearah utara.Duer!!Guntur kembali menggelegar, seiring dengan tetesan hujan yang secara perlahan mulai berjatuhan ke bumi. Semakin lama semakin deras.Hujan yang demikian deras membuat suasana malam itu terasa lebih dingin, orang-orang yang tengah terlelap tidur semakin terlelap dengan suasana seperti itu. Demikian pula yang terjadi di Padepokan Dharma Semesta yang sudah sepi melenggang. Para tamu sudah tidur dikamarnya masing-masing. Tapi tidak halnya dengan murid-murid Padepokan Dharma Semesta yang tampak masih sibuk dengan tugasnya masing-masing, dari yang membersihkan tempat, peralatan makan dan lain-lain, bahkan dibagian dapur juga
“Maksud Tuan, dengan bercinta, Tuan mengobati mahaguru”“Benar, hasilnya bukankah kau sudah lihat sendiri, tenaga murni mahaguru kalian sudah kembali sepenuhnya” jelas Bintang hingga membuat Ayu Rhenata terdiam.“Oh ya, bisa ceritakan padaku, apa yang terjadi di arena pertarungan hari ini Rhenata?” sambung Bintang lagi bertanya.Ayu Rhenata lalu menceritakan apa yang terjadi hari ini di arena pertarungan, terutama tentang pertarungan Sabdo Siji menghadapi Dewa Panah.“Jadi Sabdo Siji telah dikalahkan oleh Dewa Panah” gumam Bintang pelan. Ayu Rhenata mengangguk membenarkan.Ayu Rhenata melanjutkan ceritanya tentang kekalahan telak Sabdo Siji terhadap Dewa Pedang, juga kemunculan Mahaguru Ummi Ayu yang menyelamatkan Sabdo Siji dan akhirnya bertarung dengan Dewa Pedang. Sementara Bintang terus mendengarkannya dengan seksama dengan sesekali merapikan rambut Ayu Rhenata yang ada dihadapannya.&ldquo