PADEPOKAN Dharma Semesta adalah sebuah padepokan yang sangat terkenal di wilayah Barat. Mahaguru Ummi Ayu yang dikenal dengan gelar Malaikat Berhati Emas yang menjadikan Padepokan Dharma Semesta sangat terkenal di rimba persilatan. Semua murid Padepokan Dharma Semesta adalah wanita, walaupun semuanya mengenakan pakaian yang serba tertutup dan cadar diwajah mereka, tapi bukan rahasia umum lagi kalau seluruh murid Padepokan Dharma Semesta merupakan gadis-gadis muda dan cantik. Bahkan yang paling terkenal cantik adalah lima pilar utama Padepokan Dharma Semesta yang disebut sebagai Limo Ayu.
Dalam beberapa hari ini, terlihat sangat kesibukan yang terjadi di Padepokan Dharma Semesta, karena dalam beberapa hari kedepan, Padepokan Dharma Semesta akan merayakan hari berdirinya Padepokan Dharma Semesta dirimba persilatan, tak heran, semua murid terlihat saling bahu membahu dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Di bawah arahan langsung Limo Ayu, semua tampak be
Gadis yang mengenakan cadar merah muda ini bernama Ayu Velansia yang tampak sibuk mengatur dan memberikan arahan kepada murid-murid lainnya yang berada dipintu gerbang untuk menyambut para tamu yang datang. Sebelum bisa memasuki Padepokan Dharma Semesta, setiap tamu yang datang harus didata terlebih dulu, setelah proses administrasi dimulai, para tamu juga akan lakukan pemeriksaan kesehatan, maklum saat ini lagi musim pandemi, jadi harus mentaati protokol kesehatan yang sangat ketat.Sementara itu Ayu Qilla sendiri tampak masih berdiri mematung, menatap jauh ke bawah Bukit Ayu, dimana tampak barisan orang-orang yang tengah naik ke Bukit Ayu untuk memenuhi undangan Padepokan Dharma Semesta. Ayu Velansia sesekali tampak mengalihkan pandangannya kearah Ayu Qilla. Melihat Ayu Qilla yang tengah melamun, Ayu Velansia segera mendekatinya.“Hei, ada apa?!” tegur Ayu Velansia dengan menyenggol bahu Ayu Qilla. Ayu Qilla tersentak kaget, menoleh lalu
"Akh!" Jiwo Satrio memekik tertahan. Tendangan Bintang keras sekali, sehingga tubuh Jiwo Satrio terpental jatuh ke belakang, lalu menabrak sebuah pohon besar hingga hancur berantakan."Huaghh!"Darah kental hitam kemerahan tersembur keluar dari dalam mulut Jiwo Satrio dan akhirnya Jiwo Satrio pingsan.Sret!Bintang kembali menyarungkan Pedang Bintang Angkasa kedalam warangka yang ada dipunggungnya. Bintang lalu berpaling kearah Ayu Mayrissa yang saat itu sudah berhasil menguasai keadaan dirinya yang tadi sempat terseret cukup jauh.Bintang menolehkan pandangannya kearah lain, tak dilihatnya lagi sosok Jonggrang ditempat itu, bahkan Bintang tak dapat merasakan keberadaan Jonggrang dalam jarak yang cukup jauh. Bintang meyakini kalau Jonggrang sudah pergi meninggalkan tempat itu saat terjadi ledakan dahsyat tadi.“Kakang.” terdengar suara lembut Ayu Mayrissa yang kini sudah berada disebelah Bintang. Bintang menoleh dan ters
Ayu Mayrissa baru tersadar saat Bintang menyadarkannya di tebing bukit tinggi menjulang ditempat mereka berada saat ini.“Apa yang sebenarnya terjadi kang?!” tanya Ayu Mayrissa cepat begitu dirinya tersadar. Bintang mengatakan kalau dia telah menyegel pilar pusaka Jiwo Satrio, sehingga seumur hidupnya Jiwo Satrio takkan bisa menggunakan pilar pusakanya lagi.“Tapi nyai Jonggrang mampu menyembuhkannya kang?” kata Ayu Mayrissa menceritakan tentang bagaimana Jonggrang menyembuhkan lemah ranjang Jiwo Satrio. Bintang tersenyum mendengar hal itu.“Tenang saja Mayrissa, tak ada yang mampu membuka Segel Dewa Kematian yang telah kulepaskan selain aku sendiri”“Segel Dewa Kematian...” ulang Ayu Mayrissa bergidik mendengarnya. <kilas balik selesai>“Mayrissa!” terdengar suara Bintang menyadarkan Ayu Mayrissa dari lamunannya.“Eh, oh iya kang” ucap A
“Terima kasih atas undangannya, Mahaguru Ummi Ayu” balas si Dewa Pedang bersama orang-orang yang ada bersamanya balas menjura hormat. Sementara itu Adidaya, putra si Dewa Pedang tampak terus mencuri-curi pandang kearah ke-4 murid Mahaguru Ummi Ayu yang menarik perhatiannya.“Oh ya, Mahaguru Ummi Ayu, perkenalkan, ini putra tunggalku!” ucap Dewa Pedang memperkenalkan Adidaya, tapi Adidaya justru tak mendengar ucapan ayahnya tersebut karena terus melirik dan jelalatan kearah ke-4 murid utama Mahaguru Ummi Ayu.Tak ada jawaban dari Adidaya, membuat Dewa Pedang mengalihkan pandangannya dan betapa terkejutnya Dewa Pedang yang melihat putranya yang masih menundukkan kepala tapi dengan mata yang melirik-lirik kedepan.“Adidaya!” kata Dewa Pedang sedikit keras hingga menyadarkan adidaya dari keadaannya.“Iya Ayah!”Adidaya dengan cepat mengambil sikap hormat kepada Mahaguru Ummi Ayu. “Terimalah salam ho
Sebenarnya Dewa Tombak ingin menyampaikan sesuatu, tapi tiba-tiba saja perhatian mereka beralih kembali kearah pintu gerbang, dimana tampak serombongan orang yang tengah memasuki gerbang tersebut.Rombongan yang rata-rata lelaki itu tampak mengenakan pakaian dari kulit harimau yang dibuat menyelimpang didada mereka, sehingga sebagian tubuh mereka dibagian atas terlihat begitu kekar dan bidang. Semua bertubuh kekar dan berisi, terutama sosok yang berada paling depan. Kedua lengan tangannya tampak sedikit berbeda dari yang lain, lebih besar dari lengan pada umumnya, dialah si Tangan Dewa yang sangat terkenal dengan kekuatan tangannya. Tak lama rombongan pria-pria perkasa itu tiba dihadapan Mahaguru Ummi Ayu dan yang lainnya.“Selamat datang Ketua Tangan Dewa” ucap Mahaguru Ummi Ayu menyambut kedatangan si Tangan Dewa beserta rombongan. Diikuti oleh ketua-ketua perguruan yang sudah lebih dulu datang.Si Tangan Dewa dengan cepat membalas juraan-juraan ho
Sejenak kemudian, Bintang tampak menatap kearah atas, dimana langit terlihat semakin gelap, dan ;“Ayo!” ucap Bintang tiba-tiba saja meraih dan menggenggam tangan Ayu Mayrissa dan mengajaknya untuk pergi meninggalkan tempat itu. Ayu Mayrissa hanya tersenyum melihat hal itu, dibalasnya genggaman erat tangan Bintang dan mulai mengikuti langkah Bintang. Di sepanjang jalan, tak henti-hentinya Ayu Mayrissa menatap kearah langit, dimana keadaan sudah semakin gelap saja, hal ini tentu membuat Ayu Mayrissa semakin bingung karena Bintang meneruskan langkahnya.“Apa mau hujan-hujanan” pikir Ayu Mayrissa, “Tapi seru juga kali yah, hujan-hujanan sambil mesra-mesraan” ucap batin Ayu Mayrissa menjadi tersenyum-senyum sendiri membayangkan hal itu.Tak lama, keduanya tiba juga disebuah tanah lapang, Bintang menghentikan langkah, Ayu Mayrissa memperhatikan keadaan tanah lapang yang ada dihadapannya.“Disini kang?” tanya Ayu
Sembrani terus terbang melintasi awan gelap yang ada dibawahnya, sementara Ayu Mayrissa kini sudah tampak membenamkan kepalanya dipunggung Bintang seraya memeluk erat pinggang Bintang. Walaupun pemandangan begitu indah diatas sana, tapi bila memandang kebawah, Ayu Mayrissa bergidik juga melihat awan petir yang terlihat riung disana sini dibawahnya. Bintang sendiri tampak terus mengawasi jalan didepannya.Tiba-tiba saja wajah Bintang berpaling ke satu arah. Bintang tampak menyipitkan pandangannya ke arah awan gelap yang ada dibawahnya. Pergerakan tubuh Bintang membuat Ayu Mayrissa merenggangkan pelukannya.“Ada apa kang?!” tanya Ayu Mayrissa yang melihat gelagat Bintang yang berbeda.“Ada sesuatu yang datang” ucap Bintang seraya tetap tak berpaling dari arah pandangannya, Ayu Mayrissa yang terkejut mendengar perkataan Bintang segera mengikuti arah pandangan Bintang. Kedua mata Ayu Mayrissa yang sipit semakin menyipit melihat kearah awan ge
“Sepertinya malam ini kita harus menginap disini ketua” ucap salah seorang diantara mereka. Sosok yang disebut ketua itu hanya tampak mengangguk penuh wibawa saja sebagai jawaban.Sejenak semuanya tampak memperhatikan keadaan bangunan tua yang menjadi tempat persinggahan mereka itu. Cukup menggidikkan bulu kuduk juga melihat bangunan tanpa cahaya dan sangat berantakan dimana-mana.Hujan semakin lebat seiring dengan senja yang datang menghampar, hawa dingin begitu terasa menusuk tulang. Semua rombongan itu terlihat harus merangkulkan kedua tangan mereka ketubuh mereka masing-masing untuk menahan rasa dingin, ditambah lagi rasa lapar yang mulai menyerang, tapi mau bagaimana lagi, hujan lebat terpaksa membuat mereka hanya bisa diam menunggu.Di saat semua terdiam membisu, tiba-tiba saja tercium harum sesuatu yang sangat familiar dipenciuman.“Ini harum sesuatu yang dipanggang” ucap salah seorang diantara mereka, semua segera mencari-c