Sebenarnya Dewa Tombak ingin menyampaikan sesuatu, tapi tiba-tiba saja perhatian mereka beralih kembali kearah pintu gerbang, dimana tampak serombongan orang yang tengah memasuki gerbang tersebut.
Rombongan yang rata-rata lelaki itu tampak mengenakan pakaian dari kulit harimau yang dibuat menyelimpang didada mereka, sehingga sebagian tubuh mereka dibagian atas terlihat begitu kekar dan bidang. Semua bertubuh kekar dan berisi, terutama sosok yang berada paling depan. Kedua lengan tangannya tampak sedikit berbeda dari yang lain, lebih besar dari lengan pada umumnya, dialah si Tangan Dewa yang sangat terkenal dengan kekuatan tangannya. Tak lama rombongan pria-pria perkasa itu tiba dihadapan Mahaguru Ummi Ayu dan yang lainnya.
“Selamat datang Ketua Tangan Dewa” ucap Mahaguru Ummi Ayu menyambut kedatangan si Tangan Dewa beserta rombongan. Diikuti oleh ketua-ketua perguruan yang sudah lebih dulu datang.
Si Tangan Dewa dengan cepat membalas juraan-juraan ho
Sejenak kemudian, Bintang tampak menatap kearah atas, dimana langit terlihat semakin gelap, dan ;“Ayo!” ucap Bintang tiba-tiba saja meraih dan menggenggam tangan Ayu Mayrissa dan mengajaknya untuk pergi meninggalkan tempat itu. Ayu Mayrissa hanya tersenyum melihat hal itu, dibalasnya genggaman erat tangan Bintang dan mulai mengikuti langkah Bintang. Di sepanjang jalan, tak henti-hentinya Ayu Mayrissa menatap kearah langit, dimana keadaan sudah semakin gelap saja, hal ini tentu membuat Ayu Mayrissa semakin bingung karena Bintang meneruskan langkahnya.“Apa mau hujan-hujanan” pikir Ayu Mayrissa, “Tapi seru juga kali yah, hujan-hujanan sambil mesra-mesraan” ucap batin Ayu Mayrissa menjadi tersenyum-senyum sendiri membayangkan hal itu.Tak lama, keduanya tiba juga disebuah tanah lapang, Bintang menghentikan langkah, Ayu Mayrissa memperhatikan keadaan tanah lapang yang ada dihadapannya.“Disini kang?” tanya Ayu
Sembrani terus terbang melintasi awan gelap yang ada dibawahnya, sementara Ayu Mayrissa kini sudah tampak membenamkan kepalanya dipunggung Bintang seraya memeluk erat pinggang Bintang. Walaupun pemandangan begitu indah diatas sana, tapi bila memandang kebawah, Ayu Mayrissa bergidik juga melihat awan petir yang terlihat riung disana sini dibawahnya. Bintang sendiri tampak terus mengawasi jalan didepannya.Tiba-tiba saja wajah Bintang berpaling ke satu arah. Bintang tampak menyipitkan pandangannya ke arah awan gelap yang ada dibawahnya. Pergerakan tubuh Bintang membuat Ayu Mayrissa merenggangkan pelukannya.“Ada apa kang?!” tanya Ayu Mayrissa yang melihat gelagat Bintang yang berbeda.“Ada sesuatu yang datang” ucap Bintang seraya tetap tak berpaling dari arah pandangannya, Ayu Mayrissa yang terkejut mendengar perkataan Bintang segera mengikuti arah pandangan Bintang. Kedua mata Ayu Mayrissa yang sipit semakin menyipit melihat kearah awan ge
“Sepertinya malam ini kita harus menginap disini ketua” ucap salah seorang diantara mereka. Sosok yang disebut ketua itu hanya tampak mengangguk penuh wibawa saja sebagai jawaban.Sejenak semuanya tampak memperhatikan keadaan bangunan tua yang menjadi tempat persinggahan mereka itu. Cukup menggidikkan bulu kuduk juga melihat bangunan tanpa cahaya dan sangat berantakan dimana-mana.Hujan semakin lebat seiring dengan senja yang datang menghampar, hawa dingin begitu terasa menusuk tulang. Semua rombongan itu terlihat harus merangkulkan kedua tangan mereka ketubuh mereka masing-masing untuk menahan rasa dingin, ditambah lagi rasa lapar yang mulai menyerang, tapi mau bagaimana lagi, hujan lebat terpaksa membuat mereka hanya bisa diam menunggu.Di saat semua terdiam membisu, tiba-tiba saja tercium harum sesuatu yang sangat familiar dipenciuman.“Ini harum sesuatu yang dipanggang” ucap salah seorang diantara mereka, semua segera mencari-c
“Oh ya, namaku Bintang” ucap sosok itu memperkenalkan dirinya yang ternyata adalah Bintang.“Aku Dewa Panah” ucap sang ketua memperkenalkan diri, rupanya mereka berasal dari rombongan Perguruan Panah Dewa.“Aku Veninur…” ucap gadis yang ada disebelah Dewa Panah memperkenalkan diri. Hal ini membuat Dewa Panah tampak melototkan kedua matanya kearah Veninur yang merupakan putri tunggalnya.“Kapan daging rusa ini matang tuan, sudah lapar banget nih…” bukannya menghiraukan tatapan melotot ayahnya, dengan polosnya Veninur mengungkapkan rasa laparnya.“Veninur, jaga sikap!” ucap Dewa Panah memperingatkan putrinya.“Sebentar lagi nona, tunggu ya”“Kita harus berhati-hati ketua” bisik salah seorang anggota rombongan itu lagi kepada Dewa Panah, Dewa Panah yang diam dan menganggukkan kepalanya saja mendengar hal itu.“Maaf tuan, bila melihat p
Pandangan Veninur terlihat berhenti pada sosok yang baru saja dikenalnya beberapa saat yang lalu, siapa lagi kalau Bintang, sampai disini Veninur tampak menatap sosok Bintang yang juga tenggelam dialam semedinya. Veninur memang kurang perhatian sama orang yang telah memberi makan dirinya, karena bagi Veninur sendiri, bergaul dan bersenda gurau dengan laki-laki sudah terbiasa baginya, karena hampir semua murid Perguruan Panah Dewa adalah laki-laki.Setelah cukup berpuas diri menatap sosok Bintang, Veninur pun memutuskan untuk tidur melepas lelah setelah seharian menunggang kuda.“Nona…!” baru saja memejamkan mata, tiba-tiba saja ditelinganya, Veninur mendengar sebuah suara, kontan seketika saja Veninur membuka kedua matanya. Masih dalam keadaan berbaring, Veninur mengedarkan pandangannya, tak ada yang aneh. Veninur mulai ragu dengan apa yang didengarnya barusan, berusaha menenangkan hati dan pikirannya, Veninur kembali memejamkan matanya.&ldqu
“Kalian berdua satu kuda ya, tuan Bintang akan ikut bersama kita” ucap Veninur hingga membuat kedua pemuda ini saling pandang satu sama lain.“Kenapa harus kami den ayu?”“Karena kalian berdua yang paling banyak makan tadi malam” ucap Veninur lagi tersenyum mengejek, ucapan Veninur dengan serta merta disambut tawa oleh para murid yang lain. Bahkan Dewa Panah sendiri sampai geleng-geleng kepala melihat hal itu. “Sudah seharusnya kalian berkorban sebagai balas terima kasih kalian kepada tuan Bintang” sambung Veninur lagi.“Tidak perlu repot nona! biarkan saya mengikuti dari belakang saja” ucap Bintang tiba“Nah, itu baru benar” ucap jarot dengan wajah gembira. Tapi senyum diwajah jarot langsung hilang saat melihat Veninur melotot kearahnya.-o0o-Perjalanan itu akhirnya dilanjutkan, rombongan berkuda Perguruan Panah Dewa terlihat menjalankan kuda mereka denga
“Apa apa?” Tanya murid tertua Mahaguru Ummi Ayu yang bernama Ayu Rhenata.“Diluar ada ketua Dewa Tombak ingin bertemu Mahaguru” ucap murid penjaga pintu itu lagi.“Baik! persilahkan masuk” ucap Mahaguru Ummi Ayu seraya menyuruh murid-muridnya pergi meninggalkan tempat itu, kecuali Limo Ayu.Murid penjaga pintu segera menjura hormat dan berlalu pergi. Tak lama kemudian dia sudah kembali bersama si Dewa Tombak dan kedua murid yang menemaninya. Dihadapan Mahaguru Ummi Ayu, Dewa Tombak dan kedua muridnya segera menjura hormat. Sekilas tampak Dewa Tombak menatap kearah Ayu Mayrissa yang sudah mengenakan cadar merahnya.“Maaf kalau kedatanganku telah menganggu kesibukan mahaguru” ucap Dewa Tombak membuka pembicaraan.“Tidak apa-apa Dewa Tombak, aku tidak merasa terganggu” ucap Mahaguru Ummi Ayu lembut. “Apa ada yang ingin dibicarakan berdua?” sambung Mahaguru Ummi Ayu lagi.
Ayu Rhenata sendiri segera kembali kepada Mahaguru Ummi Ayu yang saat itu juga tengah menunggu kabar darinya.“Perguruan Panah Dewa telah tiba mahaguru” lapor Ayu Rhenata lagi. Mahaguru Ummi Ayu tampak mengangguk mantap mendengar laporan itu, lalu kembali mengalihkan pandangan kearah Dewa Tombak.“Ketua Dewa Tombak, masalah ini akan kita bicarakan lagi nanti setelah Jiwo Satrio datang”“Baik Mahaguru”“Sekarang, mari kita sambut kedatangan Perguruan Panah Dewa”“Baik”-o0o-Rombongan berkuda Perguruan Panah Dewa akhirnya tiba di Bukit Ayu tempat berdirinya Padepokan Dharma Semesta, tapi sayang saat tiba disana, tidak terlihat lagi Bintang mengikuti dibelakang mereka. Yang paling kehilangan, tentunya adalah Veninur, kalau saja tidak dilarang ayahnya, mungkin Veninur sudah mencari-cari keberadaan Bintang.Rombongan Perguruan Panah Dewa akhirnya tiba dipuncak